15

1.8K 104 0
                                    

Dengan malas Eliza pergi ke rumah sakit untuk membawakan pesanan Revan, yaitu nasi goreng dekat bioskop. Katanya bosan makan menu sehat ala rumah sakit.

"Ini." Eliza menyerahkan pesanan Revan. Gadis itu mengamati sekitarnya, hanya ada dia dan Revan di tempat ini.

"Grace sudah aku suruh pulang." Revan seolah mengerti isi hati Eliza.

"Oh." Eliza hanya memberi tanggapan singkat.

Eliza memperhatikan Revan yang sedang makan nasi goreng dengan lahap.

"Maaf sudah merepotkan," kata Evan.

Eliza hanya menanggapi dengan senyuman miris. "Ya mau gimana lagi, aku kan memang pembantu kamu. Merangkap kurir."

Revan menghentikan suapannya. Ia memandang tajam ke arah Eliza. Gadis itu malah membuang muka.

"Tenang saja. Aku tidak aku mengadu pada nenek. Aku janji. Sekarang kamu bisa tenang." Eliza mengambil tasnya, bersiap untuk pergi.

"Kamu mau pulang?" tanya Revan heran.

"Apa tugas asisten rumah tangga termasuk menunggui majikannya di rumah sakit? Baiklah, akan aku laksanakan." Eliza kembali duduk dengan tenang.

Revan berhenti menyuap, nafsu makannya telah hilang seketika. Ia meletakkan piringnya di nakas.

"Pulanglah. Kalau kamu memang mau pulang," ucap Revan.

Tanpa banyak kata Eliza segera bangkit dari duduknya, membuat Revan melotot. "Aku suruh pulang, kamu langsung pulang? Begitu istri yang baik? Meninggalkan suaminya yang sedang sakit sendirian?"

"Apa masih kurang setelah ditemani mantan terindah?" sindir Eliza.

"Nggak usah cemburuan. Aku juga nggak ada niatan balikan sama dia." Revan menjelaskan.

"Siapa juga yang nanya." Eliza membuang muka.

"Nanti aku jelaskan ke dia, tentang siapa kamu. Aku cuma lagi nunggu saat yang tepat." Revan beralasan.

"Kapan itu?" desak Eliza.

"Belum tau. Tapi pasti nanti aku kasih tau kok. Kamu tenang saja. Lagian kamu mau cemburu buat apa? Jelas-jelas dia cuma mantan. Yang jadi istri aku itu kamu. Surat nikahnya juga ada."

Diam-diam Eliza merasa lega di dalam hatinya, tapi kejadian itu hanya berlangsung sebentar. Karena tiba-tiba Grace kembali datang sambil membawa parcel buah.

"Mbak, tolong cuci buah-buahan ini, ya." Seenaknya Grace memberi perintah kepada Eliza.

Eliza menuruti perintah Grace dalam diam, gadis itu berjalan ke arah wastafel sambil membawa sekeranjang buah.

Dengan kesal Eliza mencuci buah-buahan mahal bawaan Grace. Semua buah itu tidak terlihat seperti dibeli di kios pinggir jalan, semua buah-buahan itu tampak segar dan glowing.

"Sekalian dikupas ya, Mbak."

Terdengar suara Grace lagi, membuat hati Eliza semakin mendidih. Sebagai istri sah, dia tidak bisa melakukan apa-apa saat suaminya didekati wanita lain.

Karena kusut pikiran, akhirnya Eliza tak fokus dengan pisau yang ada ditangannya. Hal itu berakibat tangannya terluka.

Eliza meringis pelan. Dengan langkah lebar Grace mendekati Eliza yang sedang sibuk menghentikan darah yang mengalir dari jarinya. Bukannya simpati dengan keadaan Eliza, Grace malah menyalahkannya.

"Kamu gimana, sih, Mbak? Kan jadi kotor buah-buahannya, kena darah gini?" Grace berkata dengan kesal.

Melihat ada kata 'darah' sontak Revan pun menoleh, pria itu tampak khawatir dengan keadaan Eliza.

"Kenapa bisa luka segala? Ngupas buah aja nggak becus!" Malah itu yang keluar dari mulut Revan. Padahal dalam hatinya tak ada niatan untuk menyalakan Eliza, Revan hanya spontan saja karena panik.

Mendengar pedasnya ucapan Revan dan Grace, sontak air mata Eliza berlomba-lomba untuk keluar. Dengan kasar gadis itu menyusut air matanya menggunakan lengan bajunya. Dengan tergesa Eliza bergegas keluar dari ruangan Revan.

Saat hendak mencapai pintu, Eliza sempat mendengar ucapan Grace kepada Revan .

"Cari pembantu baru aja lah, Van. Mbak kamu aneh gitu. Masa main pergi gitu aja. Nggak sopan deh."

***

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang