62

916 59 4
                                    

Revan pulang agak malam, saat itu Eliza sudah tertidur pulas. Karena tidak tega membangunkan istrinya, selesai mandi, Revan pun ikut tidur di samping istrinya.

Pagi hari, setelah sholat subuh, Revan pergi ke dapur untuk mengambil susu. Revan memang terbiasa minum susu ketika bangun tidur.

Melihat istrinya yang sedang mencuci piring di dapur, Revan segera memeluknya dari belakang.

"Hayo, ketangkep!"

"Maaf, Pak. Nyonya lagi jalan-jalan di luar."

Revan kaget ketika perempuan yang dipeluknya menoleh.

"Ka-kamu siapa? Mana istri saya?" Revan gelagapan bercampur malu.

"Lagi jalan-jalan ke luar, Pak." Titin menjawab lagi. "Saya Titin, saya dikirim dari yayasan. Katanya disuruh interview dulu. Karena saya kemarin kemalaman, saya minta ijin nginep di sini."

Revan hanya melongo mendengar penjelasan Titin yang panjang lebar.

"Oh, jadi semalam kamu nginep di sini?"

"Benar, Pak. Karena hujan lebat, saya ijin menginap di sini. Rumah saya jauh, Pak. Di Tasik." Titin menjawab sambil menunduk.

"Istri saya udah setuju terima kamu?" tanya Revan lagi. Ia heran karena melihat Titin sudah cuci piring pagi-pagi.

"Itulah, Pak. Kata ibu, mau dirundingkan dulu sama Bapak. Kira-kira gimana, Pak? Saya diterima tidak?"

Revan tampak berpikir sejenak, tidak enak melihat tatapan memelas dari Titin.

"Adik saya banyak, Pak. Ibu saya sakit-sakitan. Saya kesini pinjam uang tetangga buat ongkos, kalau saya nggak jadi kerja, gimana caranya saya balikin uang tetangga saya itu?"

"Di rumah nggak ada kambing atau ayam yang bisa dijual, Tin?" tanya Revan.

"Nggak ada, Pak. Keluarga saya sangat miskin. Adanya cuma kucing aja, Pak." Titin menjawab sambil berlinang air mata. "Setiap hari saya cuma makan nasi aking, Pak. Lauknya cuma genjer sama keong sawah."

Revan kasihan mendengar cerita Titin. Tapi mata Revan terbelalak melihat ponsel Titin yang menyembul di saku bajunya. Ada logo apel digigit.

"Tapi ponsel kamu bagus loh, Tin."

"Eh, ini ... kw, Pak. Iya, Kw ...." Titin menjawab sambil gelagapan.

"Ya udah, kamu boleh kerja sini. Tapi kamu kerja yang rajin, ya. Yang sopan sama istri saya. Sebenarnya istri saya orangnya baik kok." Revan akhirnya memutuskan untuk menerima Titin.

"Makasih, Pak. Sekali lagi makasih." Titin reflek mencium tangan Revan.

Sialnya, saat itu Eliza tiba-tiba masuk ke dapur. Sepertinya ia sudah selesai jalan pagi.

"Ini ada apa, ya?" tanya Eliza curiga, sambil mengamati Revan dan Titin bergantian. Revan segera melepaskan tangannya dari genggaman Titin.

"Dia cuma berterima kasih sama aku, Sayang. Aku memutuskan untuk menerima dia kerja." Revan menjelaskan. "Kamu setuju, kan?"

"Ya gimana. Kan udah diputuskan. Ngapain tanya aku?" Eliza ngeloyor dan masuk kamar. Membuat Revan resah. Sementara Titin bodoh amat, yang penting dia sudah diterima kerja. Titin pun melanjutkan cuci piringnya.

Revan segera menyusul istrinya ke kamar, dan mengunci pintunya.

"Sayang, kamu marah?" Revan bertanya takut-takut.

"Nggak. Ngapain marah?" Eliza mengelak.

"Karena aku terima Titin."

"Terserah kamulah, mau terima atau enggak. Kan kamu yang gaji dia, bukan aku. Kesannya kayak aku nggak tau terimakasih banget, udah dicariin pembantu malah nggak bersyukur." Eliza sengaja menyindir Revan.

"Si Titin itu, hidupnya belangsak banget tau."

"Masih banyak kok, yang hidupnya lebih belangsak daripada dia. Tuh, di Ethiopia, banyak. Pindahin aja mereka semua ke rumah kita, Mas. Kalau mau dermawan jangan nanggung. Jangan sama yang good looking doang," sindir Eliza lagi.

"Ya nggak mungkinlah, Sayang. Uang aku 'kan nggak banyak-banyak amat? Yang di Ethiopia itu, biar jadi urusannya PBB aja." Revan mengelak.

"Yang jadi urusan kamu cuma si Titin 'kan? Baiklah. Aku ngerti." Eliza meninggalkan Revan dan masuk kamar mandi.

Revan hanya bisa menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Revan bergumam seorang diri.

"Gue salah apa, ya?"

***

Pakai nanya lu, Bambang! 🤣
Udah bener-bener aman sentosa hidup berdua, malah nambah personel baru 🤣
Dikasih jalan mulus, malah milih jalan Lampung 🤣

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang