Sesampainya di Villa, ketiga orang itu langsung disambut oleh Eliza dengan wajah paniknya. Kiera langsung berjalan ke kamarnya. Menyisakan Steven dan Revan.
"Kiera kenapa, Mas?" tanya Eliza kepada Revan.
"Ngantuk kali." Revan menjawab santai.
"Gue masuk duluan deh." Pamit Steven kepada Revan.
"Oh iya, silahkan. Lanjutkan kegiatan kalian yang tertunda." Revan malah melempar candaan.
"Apaan, sih? Nggak jelas." Dengan muka memerah, Steven pun bergegas meninggalkan Revan.
"Udah malem. Kita masuk juga." Revan menggandeng istrinya dan mengajaknya masuk kamar.
Di dalam kamar, bukannya tidur, Eliza malah beberes. Memasukkan semua bajunya ke dalam koper.
"Kamu ngapain?" tanya Revan keheranan.
"Kayaknya, besok kita balik aja deh, Mas." Eliza menjawab sambil tetap sibuk dengan kegiatannya.
"Loh, kenapa?"
Eliza mengangkat bahu. "Aku tiba-tiba pingin balik ke rumah."
"Omongan Kiera jangan dimasukin hati. Pasti kamu jadi nggak mood liburan gara-gara dia, ya? Emang bener-bener itu anak ...."
"Bukan karena dia, Mas. Aku cuma pingin pulang aja."
"Lah, terus gimana? Aku udah terlanjur ambil cuti loh. Apa mau pindah villa? Nenek masih punya lagi, di daerah atas sana." Revan menawarkan. Villa neneknya memang banyak, bertebaran di daerah Lembang sini. Maklum orang kaya.
"Nggak usah. Aku cuma pingin pulang. Besok kita pulang ya, Mas?" rengek Eliza.
"Bumil nggak jelas." Revan menggerutu pelan. Kurang jelas terdengar oleh Eliza.
"Kamu bilang apa, Mas?" Eliza memastikan pendengarannya.
"Oh, enggak. Aku nggak ada bilang apa-apa kok." Revan segera mengelak, kemudian pura-pura membantu pekerjaan istrinya mengepak baju.
***
Keesokan harinya, Steven yang hendak pergi ke dapur untuk membuat kopi, heran melihat suasana hening di villa.
"Sepi banget? Apa penghuni kamar sebelah masih tidur?" Steven melirik kamar Eliza dan Revan yang masih tertutup.
"Mereka itu, ya ... bener-bener pemalas. Mentang-mentang dingin ck."
Saat hendak mengambil gelas di rak, Steven menemukan sebuah notes menempel di kulkas, terhimpit magnet kulkas berbentuk Minion.
Gue balik duluan. Lo terusin aja liburan sama Kiera.
Steven mengerutkan dahi membaca tulisan tangan Revan.
"Apa-apaan itu orang? Gimana konsepnya coba? Dia yang ngajak, dia yang ninggalin."
Steven tidak jadi membuat kopi, pria itu malah berbalik ke kamar untuk mengambil ponselnya. Ia melirik ke arah Kiera yang masih tertidur pulas. Tidak sholat subuh lagi. Alasannya datang bulan.
Steven berjalan ke arah balkon, sambil menunggu ponselnya tersambung dengan Revan, ia sempatkan menikmati pemandangan kebun teh dari atas balkon. Sambil mendengarkan nada sambung di ponsel Revan, lagunya Nadia Amiza yang judulnya Rayuan Perempuan Gila.
Menurutmu, apa benar ... saat ini kau mencintaiku ... Menurutmu .... (Gak usah ikutan nyanyi, ya!)
"Apa? Gue lagi dijalan." Terdengar jawaban Revan di seberang sana.
"Ini maksudnya apa? Kenapa gue ditinggal berdua sama Keira di villa? Kan konsepnya liburan berempat."
"Istri gue. Tiba-tiba minta pulang. Yah, you know lah. Hormonnya bumil emang suka diluar prediksi BMKG."
![](https://img.wattpad.com/cover/334557021-288-k454606.jpg)