30

2.2K 90 17
                                    

Eliza resah karena setelah malam pertama mereka yang gagal tadi, Revan memutuskan untuk pergi. Entah kemana.

"Mas Revan kayaknya marah, deh." Eliza berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Sejak tadi Eliza sudah berusaha menghubungi Revan, tapi tidak diangkat.

"Jangan-jangan dia pergi menemui Grace." Pikiran Eliza jadi kemana-mana.

Eliza berpikir, karena Eliza tidak memberikan j4t4h, pasti pria itu mencari di tempat lain. Memikirkan kemungkinan itu, air mata Eliza kembali menetes. Apalagi ini sudah pukul dua, dan Revan belum juga ada tanda-tanda mau pulang.

"Tega banget kamu, Mas."

Karena terlalu lama menangis, akhirnya Eliza tertidur di sofa. Pagi harinya, Revan baru pulang ke rumah. Pria itu kaget melihat Eliza tidur di sofa.

"El, kenapa kamu tidur di sini?" Revan berusaha membangunkan Eliza.

Eliza membuka mata, tampak Revan yang sudah segar, seperti habis mandi. Seketika Eliza menangis lagi.

"Ada apa?" Revan kebingungan.

"Kamu beneran nginep di rumah Grace, Mas?" tuduh Eliza.

"Kamu bicara apa, sih?" Revan jadi semakin bingung mendengar pertanyaan Eliza.

"Buktinya kamu udah mandi, udah ganti baju juga. Jujur, Mas. Sebenarnya kalian semalam ngapain aja? Kamu minta jatah sama Grace kan?" Eliza bertanya sambil berderai air mata.

"Sembarangan kamu, ya! Aku semalam nginep di kantor. Ada masalah kerjaan yang mendadak. Aku mandinya di kantor, bukan di rumah Grace. Kebetulan aku sedia baju ganti di kantor. Lagian kamu apa-apaan, sih? Nuduh sembarangan. Suami baru pulang udah dimarahin, ngajak berantem?" Revan tidak terima dituduh begitu saja. (Kayak kenal sama dialog yang terakhir 🤭)

"Yakin, Mas?"  Eliza menatap ragu ke arah Revan.

Revan mengusap wajahnya kasar. "Ya ampun, El. Kalau kamu nggak percaya, telepon saja Steven. Aku menginap di kantor sama dia. Berdua."

Akhirnya Eliza memutuskan untuk mempercayai ucapan Revan. Eliza berkata dengan malu. "Maafin aku, ya, Mas? Tadi aku udah sembarangan menuduh kamu."

"Makanya, jangan over thinking terus." Revan cemberut. "Udah nggak dikasih jatah, dituduh selingkuh lagi."

"Maaf, Mas. Aku nggak sengaja."

"Udahlah, aku mau tidur. Ngantuk, semalam begadang. Iya kalau begadang buat yang lain, ini malah begadang ngurusin kerjaan. Nasib!" Revan berjalan ke kamarnya, Eliza mengikutinya.

"Mas nggak mau makan dulu?" tanya Eliza lagi.

"Nggak." Revan menjawab singkat sambil sibuk menata bantal.

"Kenapa enggak? Nanti sakit lho."

Revan mulai kesal dengan sikap cerewet Eliza. "Lebih baik kamu diam, El. Kepala aku pusing dengar suara kamu. Kalau kamu terus maksa aku buat makan, lama-lama kamu yang aku makan."

"Kan lebih enak makan nasi, Mas. Daripada makan orang. Memangnya Mas kanibal?" Eliza bertanya dengan polos.

"Udah, jangan banyak bicara lagi. Kalau kamu mau menemani aku tidur, buruan sini. Kalau enggak, kamu keluar, jangan lupa tutup pintu."

Eliza menggeleng pelan. "Aku mau nyuci, Mas. Kemarin kan cucian aku belum beres."

Eliza berjalan keluar kamar Revan. Pria itu hanya memandang istrinya dengan frustrasi. "Percuma. Percuma punya istri cantik, kalau nggak bisa diapa-apain. Untung aku ini pria baik-baik. Kalau enggak, pasti aku udah order di luar."

Revan merebahkan tubuhnya, bersiap untuk tidur. Bodoh amat Eliza mau nyuci kek, mau apa kek.

Setelah mencuci baju, Eliza segera mandi. Kemudian ia mengenakan baju yang diberikan nenek Mutia tempo hari, baju dinas.

Eliza terdiam cukup lama di depan lemari, bingung memilih warna.

"Mudah-mudahan mas Revan suka warna hijau." Tapi sesaat kemudian, Eliza jadi ragu. "Apa nggak keliatan kayak tabung LPG, ya?"

"Merah aja deh, kek banteng, Red Bulls."

(Semoga abis ini akun gue nggak kenapa-kenapa, takutnya ada tukang bakso bawa HT lewat depan rumah 🤭)

Dengan gelisah Eliza berdiri di depan pintu kamar Revan.

"Semoga kali ini nggak gagal kayak kemarin. Tapi nanti judulnya jadi first morning."

***
Raju (opet) : Kau ni kenape?

Eliza             : Pasih, pasipa, pasipasi ....

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang