Revan tergesa berjalan ke parkiran, Kiera berlari-lari kecil menyusul di belakangnya. "Kak, aku nebeng!"
Revan menoleh, ia melihat Kiera bergegas masuk mobilnya. Di dalam mobil, Kiera segera mengadu kepada Revan.
"Kak, masa Eliza ninggalin gue sendiri di resto."
Revan diam, tidak menanggapi pengaduan dari Kiera. Pria itu fokus memikirkan, apa yang akan dia katakan nanti kepada Eliza. Masalah memang ada-ada saja bentuknya, padahal mereka baru saja baikan. Revan jadi menyesal, coba dia tadi jujur saja.
Revan mengumpat pelan ketika lampu merah menyala, padahal dia sedang buru-buru. Raut wajahnya yang kesal tidak luput dari pengamatan Kiera.
"Kakak udah bucin banget, ya ... sama Eliza?"
Revan hanya melirik Kiera sekilas, tanpa niat untuk menjawab.
"Kenapa, sih, Kak? Cewek gitu doang. Aku lihat-lihat, kayaknya Kakak lebih serasi sama Grace. Kenapa kalian nggak balikan aja?" Kiera bertanya dengan lancangnya.
"Bisa diem nggak? Mau, aku turunin di jalan?" ancam Revan.
Kiera seketika menutup mulutnya, bahaya juga kalau Revan benar-benar merealisasikan ancamannya.
Sampai di apartemen, ternyata Eliza tidak ada. Revan tau, kemana istrinya itu pulang, pasti ke rumah lama orang tuanya.
"Aku pergi sebentar. Kamu jaga rumah. Awas, jangan sampai keluyuran!" pesan Revan kepada Kiera.
Revan segera menyusul istrinya ke rumah orang tuanya, benar saja Eliza sudah ada di sana, sedang mengobrol dengan Steven di teras. Dengan langkah lebar, Revan segera menghampiri mereka berdua.
"Jam kerja kok malah di sini?" sindir Revan.
"Tadi gue pulang sebentar, mau ambil berkas." Steven menjawab sambil bersiap berdiri. "Ya udah, gue balik."
Revan mengamati Steven yang berjalan ke luar pagar. Pandangannya baru beralih ketika Steven sudah menghilang dari pandangannya.
"Tadi bicara apa?" tanya Revan kepada Eliza.
Eliza menjawab dengan malas, bahkan tanpa memandang wajah Revan. "Nggak bicara apa-apa."
"Masa?"
"Iya. Cuma tanya kabar. Nggak percaya ya udah." Eliza bersiap masuk ke rumah. Revan mengikutinya dari belakang.
"Yang tadi itu, aku minta maaf ...."
Eliza tidak menganggapi permintaan maaf dari Revan, wanita itu malah pura-pura sibuk di dapur. Revan tidak menyerah untuk membujuk istrinya.
"Beneran aku minta maaf, El. Aku nggak ada maksud buat bohong, atau nutup-nutupin. Aku cuma takut kamu salah paham."
"Sekarang udah salah paham, Mas," Eliza memotong ucapan Revan. "Seharusnya kamu jujur aja. Aku juga nggak bakal kenapa-kenapa. Yang jadi masalah itu, kenapa kamu nggak jujur, kan jadi tanda tanya buat aku."
"Iya, maaf. Besok nggak akan diulang. Janji." Revan tersenyum sambil memeluk istrinya.
"Udah, nggak usah peluk-peluk! Enak aja, habis bikin salah juga!" Eliza pura-pura marah, padahal dalam hati senang.
"Udah nggak marah 'kan?" Revan memastikan lagi.
"Kenapa kamu takut banget kalau aku marah? Penting banget gitu?" sindir Eliza.
"Takutlah. Namanya juga suami takut istri. Habis istrinya galak." Revan malah balik menyindir istrinya.
"Takut apanya?"
"Takut ... nggak dikasih jatah."
"Dih." Eliza pergi menghindari Revan. Ia berjalan cepat ke ruang tamu.
"Kok 'dih' sih?" Revan mengikuti Eliza dari belakang. Eliza malah berputar balik lagi ke dapur, tidak jadi ke ruang tamu.
"Ini kenapa jadi kejar-kejaran gini, sih?" Revan mengeluh karena pegal mengikuti Eliza kesana kemari.
"Salah sendiri, siapa juga yang nyuruh kamu ngikutin aku." Eliza terus saja menghindar, dia malah naik tangga ke lantai dua.
"Kamu balik ajalah, Mas. Ke kantor. Hari ini aku mau nginep di rumah sini." Eliza malah mengusir suaminya.
"Kok ngusir?"
"Ya nggak papa lah, ini kan rumah aku." Eliza menjawab dengan sengit.
"Tapi kan rumah mertuaku juga." Revan tidak mau kalah. "Kalau kamu nginep di sini, ya aku ikutlah."
"Tapi Kiera di rumah sendiri."
"Biarin lah, udah gede juga."
"Pulang sana!" Eliza masuk ke kamarnya, Revan segera menyelinap ikut masuk. Kemudian Revan mengunci pintunya.
"Mau apa, sih? Keluar sana!" Eliza mendorong tubuh Revan, bukannya bergeser, malah tubuhnya sendiri yang jadi terdesak ke tembok. Revan menghimpit Eliza.
"Kenapa, sih, kamu kalau marah jadi tambah cantik?"
"Gombal!"
"Apa aku bikin marah aja tiap hari ...."
"Setres!"
***
Selepas Magrib, Eliza dan Revan baru pulang ke apartemen. Melihat kakaknya yang kelihatan baru mandi dan juga keramas, sepertinya Keira tau, apa yang menyebabkan kedua orang itu jam segini baru pulang.
"Nih, makan malam." Revan meletakkan nasi goreng yang dibelinya di pinggir jalan tadi di hadapan Kiera.
"Kakak nggak makan?" tanya Keira sembari mengambil piring di dapur. Sedang Eliza segera masuk ke kamarnya.
"Udah, tadi." Revan menjawab singkat, sambil mengikuti istrinya masuk kamar.
Kiera hanya diam melihat tingkah kedua orang itu.
"Anjay! Bukannya berantem. Mereka malah ngecas. Ini nggak seperti yang gue harapkan." Kiera menggeleng pelan sambil memakan nasi gorengnya.
***
