69

874 55 4
                                    

"Mau ya, Steve? Masa kamu tega sama Nenek." Mutia terus mendesak Steven. Wanita tua itu memasang wajah sendu, agar Steven kasihan padanya.

"Masalahnya, saya belum kepikiran nikah, Nek. Tahun ini saya ada rencana merintis startup." Steven berusaha mengelak.

"Nanti Nenek yang modalin. Bilang aja kamu butuh berapa."

"Nggak gitu, Nek ...."

"Apa lagi masalahnya?"

"Saya orang Batak, ribet kalau mau nikah sama saya. Cari yang lain aja, ya. Nanti saya bantu." Steven menolak dengan halus.

"Tapi Nenek sregnya sama kamu. Kenapa nggak dari kemarin Nenek kepikiran buat jodohin kamu sama Kiera, ya?"

"Tapi, Nek ...."

Steven berusaha menyela pembicaraan, tapi susah.

"Biar nanti Nenek yang atur, Nenek yang akan bicara sama orangtuamu." Mutia memutuskan semuanya dengan semena-mena, membuat Steven frustasi setengah mati.

"Kenapa jadi gini? Tau gitu, tadi gue buru-buru pulang aja, bareng sama Revan. Daripada gue mendadak jadi pemeran pengganti gini."

Di saat Steven meratapi hidupnya, Kiera lewat di depannya. Gadis itu yang semula memakai kebaya, kini berganti memakai daster rumahan.

"Kiera! Sini lo!"

Kiera menghampiri Steven tanpa curiga sama sekali.  "Masih di sini, Bang? Mau nginep di sini apa gimana lo?"

"Jangan ngadi-ngadi lo, ya! Bicara apa lo sama Nenek?" Steven menjewer telinga Kiera.

"Nggak bicara apa-apa. Orang gue dari tadi di kamar. Memang ada apa, sih?" Kiera bertanya dengan ekspresi bingung.

"Nenek nyuruh gue nikahin lo, tau! Ini pasti kerjaan lo 'kan? Karena hasutan lo."

"Gue nggak tau apa-apa. Itu inisiatif nenek sendiri. Sumpah." Kiera menyangkal tuduhan Steven.

"Bujuk nenek, gue nggak mau tau. Bisa-bisanya gue disuruh nikahin bocah mentah kayak lo. Lulus kuliah aja nggak."

"Gue diemin dari tadi lo makin keterlaluan ya. Seenaknya aja menghina gue. Iya tau, gue ini nggak pinter, tukang bikin masalah, tapi gue juga bisa sakit hati! Emang sebagus apa, sih, lo? Sampai ngerasa gue nggak pantes?" Kiera berkata dengan mata berkaca-kaca.

Steven merasa bersalah karena sudah menyinggung perasaan Kiera.

"Maksud gue bukan gitu ...."

"Tenang aja. Gue juga nggak sudi dinikahin sama lo. Gue tadi cuma asal ngomong. Kalau nenek sampai maksa-maksa, gue akan ... kabur."

***

"Sayang sekali ya, Mas. Kiera nggak jadi nikah sama Bram. Padahal kelihatannya mereka serasi banget." Eliza menyayangkan penolakan Kiera.

"Namanya juga belum jodoh." Revan menanggapi seadanya.

"Pasti jodoh Kiera nanti lebih baik dari Bram."

"Belum tentu. Jodoh 'kan cerminan diri. Dianya aja begitu."

Pesan beruntun dari Steven masuk ke ponsel Revan. Saat pria itu mulai menyalakan data.

P

P

P

Angkat telponnya, Bro. Gue mau bicara penting.

Sialan! Malah dikacangin.

Revan mengerutkan dahi, tumben Steven chat spam seperti ini. Pasti ada yang mendesak.

Kenapa lo? balas Revan.

Gue dalam masalah besar nih, Bro.

Masalah apa?

Lo mau pinjem duit?

Lo terlilit pinjol?

Rumah lo mau disita?

Lo mau dipenjara?

Kasih kesempatan gue buat ngetik, Kampret!

Datang aja ke rumah, biar lebih enak ngomongnya.

Otw.

***

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang