118

549 34 5
                                    

Steven merasa kasihan melihat wajah Kiera yang syok mendengar omelan mamaknya. Tidak seperti Steven, Kiera tentu tidak terbiasa dengan mulut pedas mamaknya yang pedasnya melebihi boncabe level 30.

"Ucapan mamak nggak usah diambil hati. Memang begitu cara ngomongnya, tapi aslinya hatinya baik kok. Buktinya aku masih dipiara sampai gede. Kalau mamak jahat, pasti dari kecil aku sudah di hanyutkan di sungai." Steven mencoba menghibur Kiera.

Kiera hanya tersenyum sedikit, kemudian diam lagi. Membuat Steven agak khawatir melihatnya.

"Jangan takut. Mamak paling cuma ngomel aja kok, nggak bakal nyakar kamu."

"Syukurlah. Aku takutnya pas Abang kerja, muka aku abis dicakarnya." Kiera menghela nafas lega.

Steven tersenyum mendengar ucapan istrinya yang polos. "Mamakku bukan kucing kok, kamu jangan takut lagi. Kalau mamak ngomel, kamu cukup diem, dengerin dan jangan jawab. Nanti kalau capek berhenti sendiri, biasanya gitu."

Kiera mengangguk ragu, agak sangsi dengan ucapan Steven. "Gimana kalau besok aku ikut Abang kerja aja?"

"Kamu beneran takut sama Mamak? Lucu banget sih kamu  ...." Steven mengacak pelan rambut Kiera, kemudian memeluknya.

"Di rumah aja. Nanti kamu bosen kalau nungguin aku kerja. Besok aku usahakan pulang cepet. Oke?"

***

Pagi harinya, Kiera kesiangan, lagi. Dan selalu ....

Dengan santainya Kiera berjalan ke dapur untuk mencari cemilan, seperti kebiasaannya setiap pagi. Lupa kalau di rumah ini sedang menginap ibu mertuanya yang galaknya melebihi macan taman nasional Afrika.

"Matahari sudah terik baru bangun! Enak kali kutengok hidupnya!" Mamak Steven menyindir Kiera. Perempuan itu tengah sibuk menyapu lantai rumah.

Kiera menoleh, kaget melihat mertuanya. "Mamak sudah bangun?"

"Dari jam empat pun!" Mamak Steven menjawab ketus. "Bukan macam kau! Perempuan apa jam segini baru bangun? Tak sholat subuh pula ku tengok. Cepat mandi, setelah itu pergi ke pajak sana! Ku tengok kulkas kau kosong, besar pulak, isi tak ada."

Kepala Kiera tiba-tiba pusing mendengar mertuanya mengomel. Kemarin nenek, sekarang mamaknya Steven. Kenapa sih Kiera selalu dijudesin sama orang tua? Heran.

"Pajak apa, Mak? Kiera nggak ngerti yang begitu. Biasanya yang bayar pajak Abang." Kiera bingung karena pagi-pagi malah disuruh bayar pajak.

"Pajak itu pasar, Ki." Steven muncul dari belakang sambil menenteng kemeja yang hendak disetrika.

Melihat putranya mulai mencolokkan kabel setrika, mamaknya Steven seketika marah. "Hei! Kenapa pulak kau yang setrika sendiri? Itu istrimu masih hidup!"

Kiera kaget mendengar teriakan ibu mertuanya, paginya yang selama ini selalu tenang, mendadak berubah setelah kedatangan mak-mak tantrum ini.

"Nggak papa, Mak. Biar awak yang kerjakan. Cuma setrika pun." Steven menjawab santai.

"Sini biar mamak aja yang setrika. Kau mandi sana!" Mertua Kiera mulai menyetrika sambil terus melirik Kiera.

"Betah kali kau berdiri di situ! Sana buatkan sarapan buat anak awak! Dari tadi kutengok asyik melamun aja."

Kiera berjalan ke dapur sambil celingukan, sementara Steven masih di kamar mandi. Kiera berjalan ke kamar mandi untuk menanyakan ke suaminya, mau sarapan apa, syukur-syukur dijawab nggak usah sarapan.

"Bang! Abang mau sarapan roti apa sereal?" Kiera berteriak sambil mengetuk pintu kamar mandi. Kalau cuma oles selai dan tuang-tuang sereal, Kiera bisa sih.

Pintu terbuka sedikit, bukannya menjawab, Steven malah menarik tangan Kiera.

"Sarapan kamu aja."

Kiera melotot karena Steven malah mengunci pintu kamar mandi.

"Itu di luar ada mamak lagi nyetrika!" Kiera berusaha keluar kamar mandi, tapi dicegah oleh Steven.

"Ya biarin. Sementara mamak lagi nyetrika, kita mandi dulu."

"Tapi kan ...."

***

Selesai setrika baju, mamak Steven sidak ke dapur untuk memeriksa pekerjaan Kiera. Tetapi di dapur malah kosong, begitu juga meja makan.

"Disuruh buat sarapan, ke mana pulak perginya dia?"

Kiera dan Steven muncul dari kamar dengan rambut basah. Mamak Steven memandang mereka dengan curiga.

"Awak langsung berangkat aja lah, Mak. Ada meeting pagi." Steven yang hanya memakai celana dan kaos singlet, memakai kemeja yang baru disetrika mamaknya. Setelah bersalaman dengan mamaknya, Steven pun berangkat kerja. Meninggalkan Kiera bersama mamaknya.

"Antarkan awak pergi ke pajak. Pingin masak nasi lemak sama lontong. Nanti kau belajar juga. Jangan asyik dandan aja."

Kiera menurut apa kata ibu mertuanya. Kiera mengambil ponselnya untuk memanggil taksi online. Rencananya ia akan mengajak mertuanya pergi ke supermarket saja, biar adem.

"Kita ke pajak naik apa? Di sini tak ada bentor pun." tanya mamaknya Steven.

"Ini saya lagi pesan taksi, Mak." Kiera menjawab sopan.

"Kau tak ada kereta kah?"

Kiera mengerutkan dahi mendengar pertanyaan ibu mertuanya, sekaya apapun neneknya, nggak ada rencana buat beli kereta segala. Ribet lah bikin garasi buat parkirnya. Balum kalau ganti ban, banyak kali lah.

"Kita ke supermarket dekat sini aja kok, Mak. Nggak perlu naik kereta, stasiun jauh dari sini."

"Maksud awak, kendaraan. Motor kah, mobil kah ...." Mamak Steven menjelaskan.

Kiera mengangguk sambil tersenyum, wah ide bagus tuh. "Nggak ada, Mak. Makanya Mamak bilang ke Abang, suruh belikan saya kereta, yang rodanya empat kalau bisa. Ya, Mak?"

"Mamak pun mau belikan kau kereta. Tapi ada syaratnya ...."

Kiera terkejut mendengar ucapan ibu mertuanya. "Benar, Mak?"

"Iya. Kau tunjuk aja apa mereknya, nanti Mamak yang bayar. Tapi kau harus hamil dulu. Pening kali lah Mamak ditanya, kapan punya cucu, kapan punya cucu ...."

Kiera tersenyum masam. Sudah kuduga ... tumben mamak tiba-tiba jadi baik.

"Hei, Kiera. Awak tanya sama kau. Sebenarnya kau ni normal apa mandul? Lama kali lah kau tak isi-isi. Anak tetangga sudah lahiran satu bulan lalu, kawinnya sama-sama kau juga."

Kiera agak sakit hati mendengar pertanyaan ibu mertuanya, tapi ia diam saja. Percuma dilawan, yang ada dia tetap dipandang salah oleh netizen. Dibilang menantu durhaka.

"Belum pernah periksa kau?"

Kiera menggeleng pelan. Nih orang-orang pada nggak sabaran banget, sih? Gue aja baru unboxing kemarin, masa udah disuruh launching baby aja! Pelan-pelan pak sopir! Kiera menggerutu dalam hati.

"Begini saja. Kalau sampai taun depan kau tak hamil-hamil juga ... biar mamak nikahkan Steven sama perempuan lain ...."

Kiera langsung lemas mendengar ucapan ibu mertuanya.

***

Busyet mamaknya Steven 🤭

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang