"Baju ini siapa yang ngasih?" Revan menunjuk baju tidur yang dikenakan Eliza.
Eliza mengamati penampilannya, apa ia terlihat aneh? Kenapa Revan sampai bertanya seperti itu?
"Nenek yang ngasih. Jelek ya, Mas?" Air mata Eliza bersiap turun.
"Bukannya jelek. Cuma nggak pas aja dipakai musim hujan gini. Nanti kamu masuk angin loh." Revan berjalan ke arah lemarinya dan mengambil sebuah jaket. Ia menyerahkannya kepada Eliza. Revan bahkan memakaikan jaket itu.
"Gini lebih bagus." Revan meninggalkan Eliza untuk meneruskan pekerjaannya di laptop.
Tiba-tiba tangis Eliza pecah begitu saja. Membuat Revan heran.
"Ini kenapa lagi? Kalau kamu nangis terus, aku jadi nggak bisa kerja."
"Aku sedih, Mas. Ternyata aku jelek banget. Makanya Mas nggak nafsu sama aku." Eliza berkata dengan polosnya.
"Siapa yang bilang gitu?" Revan kaget mendengar ucapan Eliza yang blak-blakan. Jadi, gadis itu memakai baju seksi begini sengaja untuk menarik perhatiannya? Ternyata Eliza tidak selugu tampangnya.
"Kata nenek, kalau aku pakai baju gini, pasti Mas bakalan jadi sayang sama aku. Tapi ternyata nggak ...." Eliza menangis sesenggukan.
Revan mengusap wajahnya kasar, lama-lama capek juga menghadapi istri tukang nangis seperti ini.
"Diam, El. Ini udah malam. Nanti kedengaran sama Keira. Terus dia ngadu yang aneh-aneh ke nenek. Dikiranya aku KDRT." Revan berkata dengan panik sambil membungkam mulut Eliza.
"Ya gimana, Mas. Kalau aku sedih, aku bisanya cuma nangis ...." Bukannya reda, tangis Eliza malah semakin keras.
"Maaf, kalau aku salah. Tapi tolong kamu berhenti nangis." Revan berkata dengan geram.
"Memangnya nenek bilang apa aja saja kamu?" Revan mengalihkan perhatian Eliza.
"Katanya, kalau Mas di rumah, aku harus pakai baju kayak gini." Eliza bercerita dengan polosnya. "Udah dibelikan selusin kemarin."
"Ya ampun, nenek ...." Revan mendesah pelan sambil memijit tengkuknya.
"Tolong besok-besok jangan dipakai. Baju kayak gitu nggak bagus buat kesehatan, bisa bikin masuk angin." Revan berusaha membohongi Eliza. "Tuh liat aja, bahannya tipis kayak saringan tahu."
"Iya juga, sih." Eliza setuju dengan pendapat Revan. Baju ini sepertinya tidak layak pakai. Jaring-jaring seperti raket nyamuk.
"Tapi ini mahal loh, Mas."
"Simpan aja. Buat saringan santan."
Eliza memutuskan untuk mematuhi perintah suaminya. Gadis itu beranjak naik ke ranjang dan memakai selimutnya.
"Mas nggak tidur?" tanya Eliza.
"Aku lagi banyak kerjaan."
Eliza tersenyum mendengar jawaban Revan. Gaya bicara laki-laki itu tidak sekasar dulu. Sekarang mereka sudah mulai ber aku-kamu. Seperti pasangan pada umumnya.
"Tidur, Mas. Jangan capek-capek kerjanya," kata Eliza lagi.
"Aku harus kerja keras, gajiku nggak banyak." Revan menjawab asal. Sambil terus fokus kepada laptopnya.
Eliza tidak percaya dengan ucapan Revan. Tidak mungkin gaji Revan sedikit. Lalu bagaimana pria itu bisa mengoleksi mobil sport?
"Kalau gajinya kecil, di-zoom aja, Mas. Biar jadi besar. " Eliza mencoba mengajak Revan bercanda, agar hubungan mereka semakin dekat.
"Shit!" Tiba-tiba Revan mengumpat. Eliza yang kaget langsung menangis.
"Kok Mas marah? Padahal aku kan cuma ngajak bercanda."
"Aku bukan ngomong sama kamu. Ini aku lagi bikin kesalahan." Revan menunjuk laptopnya. Dia tidak fokus karena Eliza selalu mengajak bicara.
"Oh, kirain ...."
"Udah, El. Mendingan kamu tidur daripada ganggu kerjaan aku."
Eliza mencoba memejamkan mata tapi susah. Sedari tadi ia hanya bergerak-gerak gelisah. Membuat konsentrasi Revan buyar.
"Kenapa? Kamu kepanasan?" Revan mengira Eliza kepanasan karena memakai jaket miliknya.
"Nggak, Mas. Aku cuma kepikiran aja."
"Udah. Besok aja mikirnya. Ini udah malem loh." Revan kesal karena Eliza tidak kunjung tidur.
"Aku pikir-pikir ... kayaknya aku mau punya anak, Mas."
"Apa?"
***
Kode tuh, Van .... 🤣
Ini karakternya si Eliza agak aneh ya, polos-polos solehot gitu 🤣
