Kiera masih kepikiran jepit rambutnya yang hilang, sedari tadi ia terus cemberut. Membuat Steven jengkel.
"Muka lo biasa aja, bisa nggak? Sepet mata gue lihatnya."
"Siapa suruh lo pelototin muka gue. Kalau bukan di sini, terus muka ditaruh mana? Bagasi?" Kiera menjawab sewot.
"Udah gue ganti juga jepit rambut lo. Kurang baik apa coba? Gak ikut ngilangin, tetap gue ganti."
Steven memang membelikan jepit rambut baru untuk Kiera, selusin malah. Tapi belinya cuma si Miniso hehe ....
"Ya tapi kan ... ke pasar malem aja deh. Biar gue nggak sedih."
"Mau lo sedih apa nggak, itu bukan tanggungan gue, ya. Tugas gue balikin lo ke rumah sebelum jam sepuluh." Steven ingat pesan nenek Mutia.
"Cinderella aja pulangnya jam dua belas." Kiera mencoba menawar.
"Lo bukan Cinderella, lo mah cinderamata. Lagian kerasan banget jalan sama gue. Bahaya kalau lo sampai naksir sama gue. Takutnya lo patah hati. Kalau bukan disuruh nenek, gue sih ogah ngajak lo jalan. Mending gue kerja bakti di kompleks. Abis bersiin got dapat gorengan gratis."
"Ke pasar malem sebentar, masih jam delapan, masih keburu kok." Kiera masih bersikeras ingin pergi ke pasar malam.
Karena tak tahan mendengar rengekan Kiera, akhirnya Steven setuju untuk pergi ke sana.
"Iya-iya, bentar gue cari masjid dulu. Belum sholat Isya. Emangnya lo, nggak pernah sholat. Gue lihat-lihat dari tadi lo kerjanya hapean terus."
"Gue datang bulan kok. Nggak percaya periksa aja," tantang Kiera.
"Paling bisa lo, ya. Dosa neraka tanggung sendiri. Udah besar nggak sholat."
"Jangan sampai gue buka celana di sini, ya!" Kiera mengancam, berhasil membuat Steven bungkam.
***
"Ini pasar malemnya masih jauh?" Steven mengeluh sambil melirik ke arah Kiera yang memperhatikan Google map.
Tadi mereka sempat kesasar. Biasalah, paling bener cewek-cewek itu jangan disuruh baca Google map.
"Kata temen gue sih sekitar sini."
Steven memperhatikan jalanan yang sepi, dan mulai banyak yang berlubang. Perasaannya jadi tidak enak.
"Lo ngajak gue ke pasar malam apa ke Lampung? Muke gile, mobil baru gue diajak off-road kayak gini. Ban gue sobek, ganti rugi lo!"
"Nah, itu dia!" Kiera menunjuk pasar malam yang terletak di tengah lapangan, sekitarnya sepi, jauh dari pemukiman warga.
"Bener di sana? Gue curiga itu pasar gaib, deh." Steven begidik ngeri.
"Bagus. Nanti lo gue jual buat pesugihan. Gue barter sama kacang rebus." Kiera meninggalkan Steven untuk menuju wahana permainan komedi putar. Sementara Steven mencari tempat untuk parkir.
"Minta duit lima ribu, gue mau naik itu." Kiera menghampiri Steven yang baru saja keluar mobil.
"Enak aja. Kan lo yang naik," bantah Steven.
"Dompet gue ketinggalan di rumah." Kiera beralasan.
"Kebiasaan. Sengaja 'kan lo? Biar nggak keluar duit." Steven menggerutu sambil membuka dompetnya, menarik uang biru, kemudian diserahkan kepada Kiera.
"Lima ribu doang. Pelit amat! Ntar gue ganti dua kali lipat."
"Jangan lupa, kembaliannya!"
***
Steven melihat Kiera yang terlihat senang bermain komedi putar. Sesekali gadis itu melambai ke arah Steven.
"Bocah edan! Foto jangan?" Steven bersiap mengeluarkan ponselnya. "Dih, ngapain? Penuh-penuhin memori gue aja."