72

880 44 3
                                    

"Nanti nggak usah cerita sama nenek. Bilang aja muka lo dicakar kucing." Steven berpesan sembari mengobati luka di pipi Kiera.

"Gue mau minta tolong nenek supaya sewa pengacara! Enak aja gue dianiaya gini." Kiera berkata sambil mengusap layar ponselnya.

Steven buru-buru merebut ponsel Kiera. "Jangan. Nanti Nenek kepikiran lagi. Lagian ini kan lo juga yang salah. Luka ini nggak 'ada apa-apanya, dibandingkan luka hati perempuan tadi. Kan lo udah ganggu suaminya."

"Pantesan aja Pak Teddy selingkuh sama gue! Orang istrinya kayak singa gitu." Kiera berkata sinis.

"Nggak usah membela diri. Dilihat dari segala sisi, tetap lo yang salah."

"Pokoknya gue nggak terima! Sekarang gue dicakar, siapa tau besok muka gue disiram air keras."

"Terima aja resikonya."

"Enak aja! Ini negara hukum. Gue juga berhak mendapatkan perlindungan hukum. Gue 'kan bayar pajak juga."

"Pajak apa? Lo kan belum kerja. Mana punya NPWP. Pajak kendaraan? Kan Revan yang bayar."

"Setiap gue belanja di Alpa 'kan ada juga pajaknya. Pas gue makan di mall juga ada pajaknya!"

"Terserah lo. Mau sewa Hotman Paris kek, Hotman Sitompul kek. Ribet-ribet dah lo. Dikira nggak capek aja bolak-balik ke persidangan? Ngabisin duit, waktu dan tenaga. Tinggal minta maaf baik-baik 'kan bisa?"

"Kan gue nggak salah. Emangnya salah gue? Kalau Pak Teddy sukanya sama gue? Salah istrinya aja 'tuh yang nggak becus jaga suaminya!" Kiera semakin keras membela diri.

"Ntar ya, lo rasain kalau nanti udah punya suami. Baik-baik lo iket dia supaya jangan diambil pelakor.

"Kok lo jadi belain dia, sih? Di sini gue jelas-jelas nggak salah, ya. Apa salah kalau gue lebih cantik dari istri sahnya?"

"Untuk jadi pelakor nggak harus cantik, Ki. Yang penting gatel." Steven berkata dengan tegas. Membuat wajah Kiera merah padam.

"Gue nggak gatel! Gue cuma ...."

"Jadi orang jangan egois kenapa, sih, Ki? Pikirin perasaan anak istrinya? Apa sih yang lo banggakan jadi pelakor kayak gitu? Pikir baik-baik, sekarang aja dia bisa selingkuh dari istrinya, besok-besok bisa aja dia selingkuh juga dari lo. Orang selingkuh itu penyakit. Gampang kambuh."

"Terserah gue lah!"

Steven geleng-geleng kepala melihat sifat keras kepala Kiera yang tidak mau disalahkan.

"Tau gini, nggak gue tolong. Biar aja muka lo diacak-acak perempuan tadi."

"Ribet banget ngurusin hidup orang! Kayak kurang kerjaan!" cibir Kiera.

"Lo lebih nggak punya kerjaan. Buat apa lo ngurusin orang yang lagi ngurusin hidup orang lain?" Steven tidak mau kalah.

***

Steven masuk kerja dengan wajah lesu, karena semalam kurang tidur. Kemalaman mengantar Keira pulang.

Revan menepuk bahu Steven, membuat pria itu kaget.

"Kampret!"

"Muka lo kenapa, sih? Abis kencan kok malah kucel? Kek cucian kotor." Revan tersenyum, kemudian duduk di samping Steven.

"Adek lo tuh, bener-bener ...." Steven memutus ucapannya.

"Kenapa Kiera? Dia bikin ulah?"

Steven mengangguk. "Berantem sama istri sah selingkuhannya, di pom bensin. Tangan gue ikut kecakar gara-gara misahin mereka."

Steven menunjukkan tangannya yang ada bekas luka goresan kuku.

"Udah dibawa ke dokter? Takutnya kena rabies." Revan malah mengajak Steven bercanda.

"Van, lo udah bilang sama nenek, supaya perjodohan gue dan Kiera dibatalkan?" tanya Steven penuh harap.

"Susah, Bro. Nenek gue orangnya ngeyel. Lah gue 'kan juga korban perjodohan. Nolong diri sendiri aja nggak bisa. Apalagi nolong lo."

Steven tampak berpikir keras. "Gini, aja. Bilang kalau lo nggak mau jadi walinya."

"Yaelah, Bro. Nggak ada wali, masih ada Noah."

***

Armada juga bisa ya 🤣🤣🤣

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang