83

751 42 7
                                    

Eliza gelisah di dalam tidurnya, sedari tadi susah untuk memejamkan mata. Kerjanya hanya balik sana balik sini. Membuat Revan ikut pusing karena ranjangnya bergerak terus.

"Kamu kenapa, sih? Laper?"

Revan bertanya dengan mata yang terpejam. Ngantuk berat. Tadi dia baru saja tidur setelah menyelesaikan pekerjaannya. Akhir-akhir ini Revan sering membawa pulang pekerjaannya ke rumah, demi bisa menemani istrinya. Kasihan juga Eliza kalau keseringan ditinggal lembur.

"Kayaknya aku pingin liburan deh, Mas."

Eliza teringat vlog yang baru saja ditontonnya sebelum tidur. Vlognya Fiersha Besari saat mendaki gunung Rinjani. Sepertinya indah sekali pemandangan dari atas gunung.

"Emangnya mau ke mana?"

"Ke gunung Rinjani. Kayaknya bagus deh, Mas."

Rasa kantuk Revan hilang seketika mendengar jawaban istrinya yang di luar nurul. Ada-ada saja, hamil mau mendaki gunung.

"Ini seriusan mau ke sana?" Revan memastikan pendengarannya.

Eliza mengangguk yakin. "Deket aja kok, Mas. Paling naik pesawat dari sini cuma sejam. Kamu bisa cuti sebentar kan, Mas?"

"Bukan masalah naik pesawatnya, tapi itu gimana naik gunungnya? Pakai lift? Kamu mah ada-ada aja deh." Revan tidak sadar malah memarahi istrinya.

Eliza agak murung melihat reaksi Revan, wajahnya cemberut sambil menahan tangis. "Ya namanya kan bawaan bayi, Mas."

"Ngidam kamu aneh. Segala naik gununglah. Ntar kalau anak kita brojol di gunung, gimana? Siapa yang nolong? Nggak ada bidan di sana."

Eliza membalikkan tubuhnya membelakangi Revan. Kesal karena dimarahi.

"Udah, aku mau tidur aja. Anggap aja aku nggak ngomong apa-apa. Nyesel aku tuh cerita sama kamu. Malah dimarah-marahin. Nggak bisa apa, ngasih taunya yang lembut."

Revan sadar kalau istrinya marah, dengan sigap pria itu berusaha membujuk istrinya. Revan segera memeluk istrinya dari belakang.

"Maaf, ya. Tadi itu soalnya aku baru bangun tidur. Mungkin nyawa aku belum kekumpul semua."

"Alasan! Emang dasarnya kamu tuh selalu sewot kalau ngobrol sama aku!"

"Ya udah, kita liburan ke tempat lain aja, ya? Nenek punya villa di daerah Lembang. Bagus juga kok pemandangannya. Nanti aku cuti dua hari deh."

Eliza mulai tertarik dengan ide Revan. Wanita itu membalikkan tubuhnya pelan.

"Kapan?"

"Ya nanti aku coba kosongin jadwal, ya. Mungkin Sabtu depan. Kalau nggak bisa, ya Sabtu depannya lagi."

"Kamu gimana, sih, Mas? Sabtu depan terus. Keburu lahiran!" Eliza membalikkan tubuhnya lagi dengan kesal.

"Ya kamu aneh. Kemarin-kemarin nggak ngajak liburan. Giliran hamil tua gini, malah kepikiran liburan." Revan kembali menyalahkan istrinya.

"Salahin aja terus. Ini yang mau kan anak kamu, Mas. Nggak peka banget jadi Bapak. Udah deh aku berangkat sendiri aja ke Rinjani. Nunggu kamu, besok-besok terus, keburu meletus itu gunungnya!"

"Jangan gila, El." Revan mulai tegas kepada istrinya.

"Ke gunung aja nggak boleh." Eliza menggerutu pelan sambil menangis terisak-isak.

Revan menghela nafas, memijit pangkal hidungnya. Pusing memikirkan tingkah istrinya yang aneh-aneh menjelang melahirkan. Kurang aneh gimana coba? Hamil tua ngajakin hiking. Nggak sekalian panjat tebing?

"Ya udah, Sabtu depan kita berangkat. Tapi ke Villa Lembang aja, ya?"

"Ya udah deh. Tapi ngajak Kiera sama Mas Steven juga, ya?"

"Nggak usah pakai mas deh. Steven itu adek ipar kita." Revan kesal mendengar panggilan istrinya untuk Steven. Maunya dia, di dunia ini, hanya dia yang dipanggil mas oleh Eliza.

"Udah kebiasaan. Lagian kamu kenapa, sih, Mas? Gitu aja dimasalahin. Ribet deh kamu. Kayak ibuk-ibuk."

"Ya udah terserah. Mau panggil mas kek, perak kek, berlian kek, yang penting jangan ngajakin dia. Kita berdua aja yang berangkat."

"Kenapa, sih, Mas? Kan lebih rame kalau berempat."

"Steven itu tangan kanan aku, dia harus tetap di kantor. Nggak bisa kalau aku sama dia cuti bareng. Harus ada salah satu yang masuk, takutnya ada masalah urgent."

"Ya sekali-kali ajak liburan lah, Mas. Jangan kejam-kejam jadi atasan. Nanti kalau mati kuburannya slim fit loh."

Revan masih diam, ragu dengan ide istrinya. Saat ini pekerjaan lagi banyak-banyaknya. Eh malah dia pakai acara ngajak Steven liburan. Kan keenakan banget si Steven-nya.

"Dua hari aja loh. Takut banget perusahaan kamu bangkrut." Eliza memaksa lagi.

Lagi-lagi Revan hanya bisa pasrah dengan permintaan istrinya. Ya siapa juga yang bisa menang lawan perempuan, apalagi sedang hamil. Makin bertambahlah kesaktiannya.

***

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang