20

2K 103 0
                                    

Eliza yang sedang sibuk menyetrika baju Revan, terkejut, ketika mendengar ponselnya berdering. Panggilan dari Revan. Setelah mematikan setrikaan, Eliza segera menjawab panggilan Revan.

"Kamu di mana?"

"Waalaikum salam." Eliza sengaja menyindir Revan yang lupa mengucapkan salam. "Aku di apartemen."

"Oh, ya sudah." Revan berkata dengan lega di seberang sana. "Tapi beneran kan, kamu lagi di apartemen?"

Eliza memotret segunung baju yang belum disetrikanya, kemudian ia mengirimkan kepada Revan.

"Sekarang udah percaya?"

"Ya sudah. Lanjutkan setrikanya." Revan memutuskan panggilan begitu saja, membuat Eliza bertanya-tanya.

"Orang aneh."

Eliza bergegas melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Tiba-tiba terlintas di pikirannya, kenapa Revan bersikap aneh? Apa pria itu cemburu melihat kedekatannya dengan Steven? Kalau memang itu yang terjadi, Eliza sangat bersyukur. Itu artinya hubungannya dengan Revan ada kemajuan.

***

Dua Minggu menginap di rumah sakit, akhirnya Revan diperbolehkan pulang. Pria itu pulang ke apartemen dengan diantar oleh Grace dan juga Steven.

"Hai, lama nggak ketemu." Steven menyapa Eliza. Padahal sebenarnya mereka baru berpisah selama tiga hari saja.

Eliza hanya menanggapi sapaan Steven dengan senyuman formal, karena sedari tadi Revan sibuk melotot padanya.

"Kamu nggak pulang ke rumah?" tanya Steven lagi.

Eliza bingung harus menjawab apa, untung saja Revan membantu bicara. "Mulai sekarang Eliza akan tinggal di apartemen ini. Aku perlu bantuannya."

"Oh, jadi kamu nggak akan pulang ke rumah orang tua kamu lagi?" tanya Steven kepada Eliza.

"Ya sesekali saya akan pulang, Mas. Untuk sekedar bebersih." Eliza menjawab dengan sopan.

"Yah, kita nggak tetanggaan lagi, dong?" Steven berkata dengan nada kecewa.

"Ya gimana, Mas. Saya mesti kerja, sih."

"Lo nggak pulang, Steve? Gue mau istirahat nih." Revan sengaja mengusir Steven.

"Masih jam delapan, Van. Nggak baik lo tidur sore-sore." Steven menolak untuk pulang. Pria itu masih ingin dekat-dekat dengan gebetannya, Eliza.

"Kalau aku nggak papa dong, nginep di sini." Grace tersenyum ke arah Revan, membuat Revan canggung. Apalagi saat ini Eliza sedang memperhatikannya.

"Kamu pulang aja, Grace. Udah ada Eliza di sini." Revan juga mengusir Grace, secara halus.

Grace cemberut mendengar penolakan Revan. "Tapi besok aku libur, jadi nggak papa kan kalau aku temenin kamu di sini? Sekalian kita bahas masalah kerjasama kamu sama papa."

Eliza memperhatikan ekspresi Revan yang bimbang. Eliza merasa kecewa dengan sikap Revan yang tidak bisa bertindak dengan tegas. Eliza memutuskan masuk kamar terlebih dahulu.

"Dek Liza besok aku ke sini lagi, ya?" Steven buru-buru bertanya sebelum Eliza masuk kamar.

"Buat apa?" Revan bertanya dengan galak.

"Apa, sih, Van. Jam kerja Eliza kan sampai sore aja. Setelah itu dia free kan? Jadi nggak papa kalau gue ajak keluar."

"Kalau dia mau." Revan meledek Steven.

"Mau ya, Dek Liza? Daripada di apartemen terus, sumpek." Steven membujuk Eliza. "Nanti kita nonton. Ada film bagus loh."

"Maaf, Mas. Saya nggak biasa keluar malam." Eliza membuat alasan untuk menghindari Steven. Akan lebih mudah kalau Revan mengatakan saja kepada Steven, kalau sebenarnya Eliza adalah istrinya. Dengan begitu Eliza tidak perlu repot-repot mencari cara untuk menghindari Steven yang kelewat agresif.

"Tuh, lo dengan sendiri. Orangnya nggak mau lo ajak pergi." Revan tersenyum mengejek ke arah Steven.

"Itu karena dia takut sama lo. Dikira gue nggak tau apa, dari tadi lo melotot terus ke arah dia." Steven membela diri.

Eliza tidak mau terlibat lebih jauh dalam perdebatan Revan dan Steven. Perempuan itu segera masuk kamar dan mengunci pintunya.

"Tuh kan, gara-gara lo dia jadi masuk." Steven malah menyalahkan Revan.

"Lagian lo apaan, sih, Steve? Pembantu model begitu aja lo deketin? Kayak nggak ada cewek lain yang lebih cantik aja." Kali ini Grace yang bersuara. Gadis itu bosan sedari tadi diabaikan oleh Revan. Pria itu malah sibuk berdebat dengan Steven, seolah sedang memperebutkan Eliza.

Mendengar kata penghinaan dari Grace, seketika Eliza yang sedang bersandar di balik pintu merasa sedih, air mata menetes di pipinya. Apalagi Revan diam saja, tidak berusaha membela istrinya sama sekali.

***

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang