Seharian ini Kiera merasa amat lelah. Setelah diajak berkeliling pasar oleh mamaknya Steven. Perempuan bawel itu menolak diajak pergi ke supermarket adem, malah ngajak pergi ke pasar becek, panas dan sumpek. Sengaja mau menyiksa Kiera rupanya.
"Kau sering belanja ke supermarket?" tanya mamaknya Steven.
"Jarang, Mak. Keseringan Abang yang belanja. Sabun, odol, gula ...."
"Pembalut kau juga?" Mamaknya Steven bertanya tajam.
"Kadang nitip. Sekalian gitu." Kiera menjawab pelan. Aduh, pasti gue salah bicara lagi, nih ... perasaan Kiera jadi tidak enak.
"Kiera, Kiera! Kau ni apa kerjanya. Sudah cari uang anak awak, belanja pun anak awak. Jangan-jangan kau tak ngerti masak juga? Iya?"
Kiera mengangguk pelan. "Kalau bikin roti bakar sama emi, masih bisa kok."
"Anak awak kerja seharian, kau kasih roti mana kenyang! Di kampung, sarapan itu kalau nggak lontong, ya mi gomak. Dasarnya kau saja yang malas, tadi anak awak berangkat kerja tak sarapan pun."
"Enggak kok, Mak. Kiera nggak pernah lihat Abang sarapan selain roti sama sereal. Biasanya gitu, abis joging kadang minum susu doang, terus mandi." Kiera mencoba membela diri.
"Ha, teros! Sudah berani menjawab pulak kau!" Mamak Steven memandang tajam ke arah Kiera. Membuat Kiera seketika diam.
"Besok-besok jangan belanja ke supermarket lagi. Belanja ke pasar induk lebih murah. Susah payah suami kau cari duit, hemat sikit! Jangan tau habiskan saja." Pesan mamaknya Steven.
"Iya, Mak." Kiera mengiyakan saja ucapan ibu mertuanya. Padahal ongkos taksi ke pasar induk lebih mahal daripada ke supermarket.
Biarin dah, jangan dilawan ras terkuat di bumi, yang penting gue selamat aja dulu, pikir Kiera.
***
Steven senang setelah pulang kerja sudah tersedia makanan kesukaannya. Saat itu Kiera terciduk sedang menyajikan makanan di meja. Steven langsung memeluknya dari belakang.
"Abang apaan, sih? Lepasin! Itu ada mamak memantau." Kiera melepaskan tangan Steven sambil terus melirik ke dapur.
"Kamu yang masak semua ini? Makasih loh. Pasti kamu capek banget deh. Tenang aja, nanti malam aku pijitin."
"Mamak yang masak semuanya! Istri kau tu cuma kopek-kopek bawang aja. Tak ngerti masak rupanya." Mamak Steven muncul dari belakang.
Kiera langsung diam mendengar ucapan mamak mertuanya.
Padahal mamak pun sama. Masa buah kiwi dibilang kentang. Tadi mamak marah ke gue, katanya gak becus milih kentang, asem berbulu dibeli. Padahal gue lagi pingin makan kiwi ... Kiera mengeluh dalam hati.
"Jangan gitu lah, Mak. Tengok, istri awak jadi sedih 'kan?" Steven mengelus punggung Kiera. "Namanya masih belajar. Kan nggak papa kalau belum mahir."
"Salah kau sendiri! Mamak jodohkan dengan Roslina kau nolak. Kurang apa dia? Cantik, pintar masak, bidan pula." Mamak Steven sengaja memanasi Kiera.
"Malah budak mentah kau nikahi."
Steven mengusap pundak Kiera untuk memberi semangat. "Sabar, ya ...." Steven berbisik.
Setelah makan, Kiera langsung masuk kamar. Masih sakit hati karena ucapan mertuanya tadi. Siapa itu Roslina? Kiera kesal dalam hati.
Steven menyusul masuk kamar, meninggalkan Mamaknya menonton liga dangdut Indosiar seorang diri.
"Mana yang pegel? Sini aku pijit." Steven meraih kaki Kiera yang sedang tidur miring.
"Nggak usah." Kiera menarik kakinya.