120

870 39 8
                                    

"Kenapa kamu nanya kayak gitu, sih? Malu-maluin aja." Steven memarahi Kiera dalam perjalanan pulang. Karena saking malunya, ia buru-buru mengajak Kiera pulang dari rumah Revan.

"Kan nggak ada salahnya, nanya sama orang yang berpengalaman." Kiera membela diri.

"Kenapa nggak nanya ke aku aja, sih?" Steven masih kesal dengan Kiera.

"Kan abang belum pernah berhasil menghamili seorang manusia. Beda sama kak Revan." Kiera malah membully suaminya.

"Ya sabar dong! Lagian buru-buru buat apa? Emang kamu udah siap ngurus anak kita?"

"Abang nggak dengar apa? Itu mamak udah neror terus, katanya kalau sampai tahun depan aku nggak hamil-hamil, Abang mau dinikahkan sama cewek lain. Itu yang Abang mau, nikah lagi ...." Kiera malah menuduh Steven.

Steven hanya diam, tidak menanggapi ucapan Kiera. Bahaya juga kalau berantem di jalan. Dia tidak bisa fokus mengemudi. Nanti saja di rumah dilanjutkan debatnya yang part dua.

Sayangnya, diamnya Steven justru diartikan lain oleh Kiera. Perempuan itu langsung memberondong Steven dengan tuduhan sesampainya di rumah.

"Tuh kan! Abang nggak jawab. Jangan-jangan Abang kesenengan disuruh kawin lagi?"

"Apa, sih, Ki? Kamu itu sukanya nuduh." Steven masuk dapur untuk mengambil air minum, haus. Kiera mengikuti dari belakang sambil terus ngomel.

"Udah deh, jujur aja. Sebenarnya Abang suka juga kan sama Roslina-Roslina itu?"

"Aku jawab juga percuma. Kamu emang sukanya nuduh."

"Aku nggak ikhlas ya, kalau Abang sampai nikah lagi. Aku bakalan tidur di tengah. Biar kalian nggak bisa ngapa-ngapain!" Kiera mencak-mencak sendiri.

"Gimana caranya, supaya kamu percaya?" Steven balik bertanya kepada Kiera. Capek juga jujur, dari tadi nggak dipercaya terus.

"Abang kudu bikin surat pernyataan, pakai materai. Kalau Abang nggak bakal kawin lagi. Bukanya apa, godaan terbesar laki-laki itu perempuan. Takutnya Abang berubah pikiran."

Kalau godaan terbesar perempuan ada lazada, Shopee, Tokopedia dan kawan-kawannya ....

"Oke." Dengan mudahnya Steven mengiyakan permintaan Kiera.

"Udah, itu aja kan?" Steven memastikan lagi, karena melihat raut wajah Kiera yang terlihat belum puas.

Akhirnya Kiera mengangguk pelan.

"Yakin, itu aja?" Steven memastikan lagi.

"Kalau Abang ingkar, Abang bersedia di penjara. Dikebiri kalau perlu." Kiera menambahkan.

"Ya terserah kamu aja. Atur gimana baiknya. Mau dikebiri kek, disalib kek, silakan aja. Sekarang udah clear kan masalahnya? Senyum dong." Steven berusaha memeluk Kiera tapi ditolak.

"Dipeluk suami sendiri kok nggak mau?"

"Abisnya muka Abang ngeselin." Kiera malah pergi ke kamarnya, meninggalkan Steven yang bengong sendirian.

***

"Nih orang malah tidur." Revan membangunkan Steven yang kedapatan tidur saat jam kerja.

Tidak seperti biasanya. Wajah Steven juga terlihat lesu dan tidak bertenaga.

"Abis main berapa ronde, sih? Kejar setoran sih boleh, tapi jangan sampai mengganggu kinerja dong. Gue nggak suka."

Steven mencuci muka di wastafel sebelum berbicara dengan Revan.

"Ya maaf lah, Bro."

"Besok jangan diulangi. Kalau masih kerasan kerja di sini." Revan mengancam tegas.

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang