29

1.7K 95 0
                                    

"Aku dan Grace nggak ada hubungan apa-apa. Kemarin itu dia nggak nginep di kamar aku. Dia pulang kok, pagi-pagi datang lagi." Akhirnya Revan bisa menjelaskan kejadian sebenarnya.

"Aku cuma nggak mau dimadu, Mas. Kalau kamu memang suka dengan Grace, biar aku yang mundur." Eliza mengutarakan kegelisahannya.

"Siapa yang mau poligami? Aku nggak kepikiran sama sekali."

"Beneran, Mas?" Eliza bertanya dengan raut wajah bahagia.

"Untuk saat ini sih, belum. Tapi nggak tau nanti." Revan meralat ucapannya. Membuat wajah Eliza langsung cemberut. Setelah diterbangkan, kini ia didorong dari ketinggian.

"Coba aja kalau kamu berani, Mas. Besok jasad kamu akan mengambang di kali Ciliwung." Eliza mengancam.

"Mau pahala, nggak?" Goda Revan.

"Mau. Tapi nggak pakai jalur itu juga kali." Eliza hendak menangis karena Revan terus saja menggodanya.

"Ini aku istri satu aja nggak kamu urus, apalagi istri dua. Yang ada aku malah terlantar." Eliza berkata dengan sedih.

"Aku cuma bercanda aja kok. Gitu aja marah." Revan mencubit pipi Eliza.

"Paling nggak bisa kalau aku bercanda seperti itu. Memangnya apa untungnya punya istri dua, sih, Mas? Belanja dobel, semua dobel. Sanggup kamu?"

"Kan semakin banyak istri, semakin banyak yang doain kita? Kata Steven, doa istri mujarab loh. Katanya, sih ...."

"Iya, tapi kan ...." Eliza kehilangan kata-kata. Kemudian perempuan itu memalingkan muka sambil menangis. "Kamu emang suka bikin aku nangis. Itu hiburan ya, buat kamu?"

"Iya-iya. Janji besok nggak bahas itu lagi." Revan menenangkan istrinya.

Revan mengamati baik-baik wajah istrinya. Kenapa ia baru sadar kalau sebenarnya Eliza itu cantik. Imut juga. Pantas saja Steven sempat naksir.

"Mas, kamu kenapa?" Eliza jadi takut ditatap seperti itu.

Entah karena dorongan dari mana, tiba-tiba Revan mendekatkan wajahnya. Eliza tidak menghindar, juga tidak menyambut. Gadis itu diam saja. Bingung harus berbuat apa.

"Boleh, aku cium kamu?" Dengan polosnya Revan meminta ijin.

(Dih si Revan. Pakai minta surat jalan. Langsung aja ngapa 🤭)

***

Setelah mengakhiri sesi adu mulut (bulan berantem yah, karena ini bukan puasa, sengaja nggak ditulis detail. Untuk menghargai bulan Ramadhan 🤭) dengan durasi yang cukup lama, Revan dan Eliza saling memisahkan diri. Eliza membenahi kerudungnya yang agak kusut.

"Kamu kesana dulu, Mas. Aku mau nyuci." Eliza pura-pura memasukkan cucian kotor ke mesin cuci.

(Btw ini mereka melakukan first kiss di tempat cucian yah. Anti mainstream kan? 🤭)

"Nyucinya besok aja, El. Udah malam juga." Revan merebut keranjang cucian di tangan Eliza, kemudian melemparkannya di pojok ruangan.

"Kalau nggak nyuci, terus aku ngapain, Mas?"

Pertanyaan Eliza dianggap Revan sebagai pancingan. Pria itu mendekat lagi ke arah Eliza. Sat set sat set, akhirnya terjadi season dua. (Nggak diperjelas, habis Idul Fitri ntar diedit versi meta-nya ya 🤭)

Revan menggiring Eliza untuk masuk ke dalam kamarnya. Kemudian pria itu mengunci pintu. Walaupun polos, Eliza paham apa yang diinginkan oleh Revan.

Saat tangan Revan hendak menyentuh kancing baju Eliza, gadis itu menahan tangannya.

"Sebentar dulu, Mas."

"Kenapa?"

"Kamu ambil wudhu dulu, Mas. Terus sholat dua rakaat, doain aku juga."

(Ini yang dimaksud Eliza adalah sholat sunnah pengganti yagesya, kalian dulu gitu juga nggak? Pasti nggak deh, soalnya terburu-buru 🤣)

Revan kesal karena menurutnya Eliza hanya mengulur waktu. Nggak tau apa orang udah turn on.

"Kamu kan tau, aku udah lama nggak sholat." Revan memijit tengkuknya.

"Sholat sebentar aja kok, Mas." Eliza masih bersikeras menyuruh Revan sholat.

"Nggak sholat nggak papa, El. Nggak wajib hukumnya." Revan menawar.

"Sekalian sholat Isya."

Dengan kesal, Revan menjauhkan diri dari Eliza. "Udahlah, nggak jadi. Lain kali aja!"

Revan meninggalkan kamar, kemudian membanting pintu keras.

***

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang