57

1K 78 10
                                    

"Mas, syukurlah kamu kembali dalam keadaan selamat."

Eliza menyambut kedatangan Revan dengan deraian air mata. Sedang Revan hanya diam membiarkan istrinya menangis tersedu-sedu di pelukannya.

"Kayaknya dia masih linglung, El. Sebaiknya jangan ditanya apa-apa dulu. Sekalian aku pamit pulang aja, ya? Supaya kalian bisa istirahat." Steven memeriksa jam tangannya sambil berpamitan.

"Makasih udah mau repot-repot ngantar Mas Revan, Mas." Eliza mengantar kepergian Steven hingga ke depan pintu.

Revan langsung masuk kamar, tidur menghadap tembok sambil berselimut hingga ke kepala. Eliza membiarkan saja suaminya bertingkah seperti itu. Mungkin masih syok, hampir saja jadi korban kecelakaan pesawat.

Revan mencoba memejamkan mata, tapi susah. Satu jam berusaha, akhirnya ia bisa tertidur. Dalam tidurnya, Revan bermimpi yang sangat aneh. Revan bermimpi melihat lautan manusia yang sedang disiksa di atas bara api.

"Ini di mana? Jangan-jangan gue lagi mati suri?" Revan melihat sekeliling. Terdengar suara jeritan minta tolong di sekelilingnya.

"Gue nggak boleh mati sekarang! Gimana proyek sawit gue? Tambang? Istri gue juga lagi hamil. Gue harus balik!"

Saat Revan hendak berbalik, seseorang menahan pundaknya.

"Jangan-jangan! Gue nggak mau mati sekarang! Balikin gue ke dunia!"

"Jadi sekarang kamu percaya, kalau neraka itu ada?" tanya sosok tinggi besar di hadapannya. Sosok itu menatap Revan tajam, suaranya menggema.

"Iya, Pak. Eh, Mbah ... saya percaya." Revan berkata dengan gemetar.

"Karena semasa hidup kamu ugal-ugalan, sekarang waktunya kamu masuk ke sana!" Sosok itu menunjuk lautan api di sampingnya.

"Nggak, Om. Eh, Mbah ... saya nggak mau! Saya janji akan rajin sholat deh. Asal saya jangan dimasukin ke sana." Revan memohon sambil menangis tersedu-sedu. Di antara lautan manusia itu, Revan mengenali beberapa sosok orang penting yang pernah dia lihat di televisi.

"Nggak usah banyak ngomong! Ayo cepat masuk!"

Revan merasa tubuhnya didorong keras, hingga ia terpental.

"Tidak! Tidak!"

Eliza yang sedang memasak, kaget mendengar teriakkan Revan. Dengan tergesa-gesa, Eliza pergi ke kamarnya.

"Mas? Kamu kenapa?" Eliza mencoba membangunkan Revan yang ternyata mengigau, tubuh Revan basah oleh keringat.

Revan terbangun dalam keadaan linglung. Ia memeriksa anggota tubuhnya satu per satu. Masih lengkap.

"Aku masih hidup kan?" Revan bertanya kepada istrinya.

"Kamu mimpi buruk, Mas? Makanya, sebelum tidur itu cuci kaki dulu, baca doa sebelum tidur." Eliza membantu Revan berganti pakaian.

"Tolong ambilkan minum, aku haus."

Eliza pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Revan hanya memandang kepergian istrinya dengan wajah pucat.

"Apa perlu ke dokter, Mas?" tanya Eliza sambil mengulurkan gelas.

"Aku nggak sakit." Revan menolak tawaran istrinya.

Eliza mengamati keadaan Revan yang agak janggal. Hatinya bertanya, sebenarnya Revan mimpi apa.

"Lanjutkan tidurnya, Mas. Aku juga mau nerusin masak." Eliza berjalan keluar kamar.

"Nggak! Aku nggak mau tidur!" Revan berkata dengan ketakutan.

Eliza menghampiri Revan karena merasa penasaran. "Sebenarnya kamu mimpi apa, sih, Mas?"

Revan masih bungkam, membuat Eliza semakin penasaran. Tapi ia membiarkan saja rasa penasarannya. Mungkin Revan butuh waktu untuk bercerita.

"Aku tinggal nggak papa kan? Kompor nyala soalnya." Eliza meminta ijin kepada Revan. Pria itu mengangguk sekilas.

Selesai masak, Eliza bergegas ke kamar, untuk mengecek keadaan suaminya. Betapa kagetnya Eliza, ketika melihat Revan sedang sholat. Eliza mengucek matanya, berharap ia tidak salah lihat.

"Alhamdulillah, terimakasih ya Allah. Akhirnya mas Revan mau sholat juga."

***

Nah, gitu dong, Van. Nunggu mati suri dulu, mau sholat 🤣

Btw itu yang ngomong sama Revan bukan malaikat yagesya, kan kita nggak tau malaikat jenis kelaminnya apa. Nggak tau juga itu bapak-bapak siapa 🤣

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang