27

1.4K 88 0
                                    

Revan datang ke rumah neneknya dengan diantar Steven. Sepanjang jalan Steven terus meledeknya, karena tidak berani ke rumah neneknya seorang diri.

"Sok iye lo, Van. Kek apaan aja? Segala minta dikawal. Berasa kek putera mahkota lo?"

"Sebenarnya lo seneng kan gue ajak? Diam-diam lo kangen juga kan sama istri gue?" Balas Revan.

"Astaghfirullah. Gue udah berhenti suka sama istri lo, Van. Kayak nggak ada perempuan lain aja. Istri orang dilirik juga."

Akhirnya kedua orang itu telah sampai di rumah nenek Revan. Rumah keadaan sepi. Hanya ada bik Asih yang membuka pintu gerbang.

"Ada Mas Steven juga. Udah lama nggak main kesini ya, Mas?" Bik Asih menyapa Steven dengan ramah.

"Iya, Bik. Lagi sibuk, nyari duit." Steven menjawab sambil tersenyum.

"Yang lain kemana, Bik?" Revan celingukan mencari keberadaan istrinya.

"Nyonya lagi keluar, Mas." Bik Asih menjawab dengan sopan.

Revan berdehem sesaat. "Terus, istri saya mana?"

"Ada kok, Mas. Di kamar. Lagi ngaji tadi." Bik Asih menunjuk kamar Eliza dengan jempolnya, seperti kebiasaan orang Jawa pada umumnya.

"Panggil dia, Bik." Steven yang memerintah.

"Eh, nggak usah!" Revan panik dan salah tingkah. Membuat bik Asih bingung, harus menuruti perintah siapa.

"Kenapa nggak usah? Bukannya kedatangan lo kemari buat ketemu sama dia?" Steven sengaja menggoda Revan.

"Orang lagi ngaji jangan diganggu, itu namanya lo setan." Revan beranjak ke meja makan, bik Asih mengikuti dari belakang.

"Mau saya siapkan makanan, Mas?"

"Nggak usah, Bik." Revan mendadak malas makan

"Makan gih, tadi siang kan lo belum makan. Ntar mati loh, kalau nggak makan." Steven ikut duduk di samping Revan.

"Tadi bibik masak apa?" tanya Steven seolah dia pemilik rumah.

"Masak rendang, Mas. Ada juga gulai daun singkong. Kesukaannya non Kiera." Bik Asih
menjawab.

"Nggak masak gado-gado?"  tanya Steven lagi.

"Enggak, Mas. Kalau tadi sebelum kesini Mas nelpon dulu, ya bibik masakin."

"Ya udah, Bik. Keluarin aja apa yang ada," perintah Steven. Bik Asih berjalan ke dapur untuk mengambil makanan.

"Udah dibilang gue males makan. Batu banget sih, lo!" Revan berkata dengan kesal.

"Makan, Bro. Galau juga butuh tenaga. Baru dua hari ditinggal istri, udah nggak nafsu makan, bibir pecah-pecah, sakit tenggorokan, dan susah buang air besar." Steven semakin bersemangat menggoda Revan.

"Yang penting badan gue nggak ada badaknya!" Balas Revan.

Eliza yang baru saja keluar kamar, kaget melihat ada dua pria duduk di meja makan. Steven yang menyadari kehadiran Eliza segera menoleh.

"Assalamualaikum, Dek Liza." Steven menyapa dengan ramah.

"Waalaikum salam, Mas." Eliza menjawab dengan canggung, sambil sesekali melirik ke arah Revan.

"Nenek lagi keluar, Mas." Eliza mengira kedatangan kedua orang itu untuk bertemu dengan neneknya.

Revan hanya diam mendengar ucapan Eliza, tidak menoleh sedikitpun.

Steven menyenggol lengan Revan. "Lo nggak nanya kabar istri lo?"

"Ngapain nanya, udah keliatan dia sehat wal afiyat." Revan mengelak.

"Basa-basi dikit, kek." Steven berbisik lagi.

"Sebenarnya Revan ke sini mau ngajak Dek Liza nonton." Steven berkata kepada Eliza.

"Nonton?" Eliza melirik sekilas ke arah Revan yang sedari tadi mengabaikannya. Pria itu malah pura-pura sibuk dengan ponselnya.

"Iya, kan, Van?" Steven menyenggol bahu Revan.

"Sekata-kata aja lo! Kapan gue ...."

"Buruan ganti baju, Dek. Nanti keburu malam." Steven memotong ucapan Revan.

Dengan patuh Eliza masuk ke kamarnya untuk berganti baju.

"Maksud lo apa, bilang begitu?" Revan memarahi Steven setelah Eliza pergi.

"Habis gue gemes liat kalian. Kekanakan banget. Udah nikah lagaknya kayak anak SMA yang lagi marahan. Nyadar umur, Van. Lo udah tua, laki-laki pula, seharusnya lo yang ngalah. Minta maaf baik-baik." Steven menasihati.

"Nggak usah sok bijak kayak Mari Teguh ya! Gue tau apa yang harus gue lakukan."

Eliza keluar kamar dengan memakai gamis terbaiknya. Perempuan itu tidak mau membuat Revan malu ketika jalan berdua dengannya.

"Jadi jalan, nggak, Mas?" Eliza bertanya dengan canggung.

"Oh, jadi dong. Jadi banget!" Steven yang menjawab. Kemudian dia berbisik ke arah Revan. "Buruan sana. Kesempatan emas jangan disia-siakan. Ajakin dia nonton 360 days."

***

Heh, si Steven! Puasa ini, puasa! 🤭

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang