35

1.3K 89 13
                                    

"Sayang, habis nonton kita mau kemana?" tanya Revan saat sedang menunggu teater dibuka.

"Nggak tau, Mas. Nanti aja mikirnya. Nonton aja belum." Eliza menjawab sambil terus sibuk dengan ponselnya.

Melihat istrinya sibuk sendiri, Revan tidak senang. Pria itu ikut mengintip ke layar ponsel istrinya.

"Lagi chat sama siapa, sih? Serius banget. Sampai aku dicuekin gitu."

Melihat suaminya ngambek, Eliza buru-buru memasukkan ponselnya ke tas.

"Maaf, Mas. Tadi itu aku nggak bermaksud nyuekin kamu."

"Nggak dijawab lagi. Yang tadi kamu itu chat sama siapa?" tanya Revan curiga.

"Itu kak Edo. Biasa ... minta duit." Eliza berkata pelan, malu kepada Revan.

Revan mengerutkan dahi mendengar jawaban istrinya. "Kok dia minta duitnya ke kamu? Memangnya dia nggak kerja?"

Eliza menggeleng pelan. "Nggak."

Revan merasa heran, kok ada laki-laki seperti itu? Yang ada mindset Revan, yang namanya laki-laki itu pastinya harus kerja keras.

"Terus dia sehari-hari kegiatannya apa? Terus, buat kebutuhan sehari-hari, dapat dari mana?" Revan semakin penasaran dengan sosok kakak Eliza.

"Dia kerjanya judi, Mas. Kalau nggak punya uang ya hutang ke rentenir, kadang minta sama aku. Tapi tenang aja, Mas. Aku nggak pernah ngasih dia pakai uang kamu kok. Aku pakai uangku sendiri." Eliza mengamati reaksi Revan, takut pria itu marah.

"Judi? Judi itu bukan sejenis profesi, El. Dan juga, kenapa dia harus minta uang sama kamu? Apa nggak kebalik, seharusnya kakak yang bantu adiknya, ini malah sebaliknya."

"Maaf, Mas. Aku cuma ...."

"Ini bukan perkara nominal uangnya, aku juga ikhlas kalau kamu mau pakai uang aku. Tapi sampai kapan? Sampai kapan kakakmu begitu terus?"

Eliza hanya diam mendengarkan ucapan suaminya.

"Terus aku harus gimana, Mas? Udah sampai berbusa aku nasehati dia, tapi ya gitu, nggak ada hasil."

Revan menghela nafas dalam. Ia tidak menyangka selama ini istrinya menanggung beban yang berat.

"Apa kakakmu punya pengalaman kerja?" tanya Revan.

Eliza tampak berpikir keras. "Kayaknya nggak ada, Mas. Soalnya dia belum pernah kerja. Kalau pengalaman kerja kelompok di sekolah, bisa nggak, Mas?"

"Kamu bercanda? Yang aku maksud, pengalaman berkerja di perusahaan, El."

"Maaf, Mas. Kayaknya nggak ada."

Revan menghela nafas dalam. Membuat Eliza gelisah, apa masalah kakaknya telah membebani pikiran Revan?

"Begini saja. Besok suruh dia datang ke kantor. Nanti aku lihat, kira-kira posisi apa yang cocok dengan dia."

Eliza senang mendengar janji Revan, ia berharap setelah mendapat pekerjaan, kakaknya bisa hidup seperti manusia normal pada umumnya.

"Makasih, Mas."

Revan tersenyum licik sambil menatap wajah Eliza. "Tapi nggak gratis hehe ...."

Senyum Eliza memudar seketika. Nggak gratis katanya? Masa sama ipar sendiri harus pakai uang pelicin, sih?

"Terus aku harus bayar berapa?" tanya Eliza pelan, saat ini di rekeningnya hanya ada uang dua juta saja.

"Nggak usah bayar kok."

"Katanya nggak gratis? Kamu gimana, sih, Mas. Nggak jelas banget, bikin pusing aja." Eliza mengomel panjang lebar.

"Upahnya cukup cium aja." Revan menyodorkan pipinya yang menganggur.

"Lain kali aja lah, Mas. Lagian nggak malu apa dilihat orang-orang? Nggak usah norak deh." Eliza duduk agak menjauhi Revan.

"Pelitnya ... sama suami sendiri juga." Revan mencebik kesal.

"Lihat situasi dan kondisi lah." Eliza melihat sekeliling yang memang ramai orang lewat.

"Awas kalau nanti di rumah nggak mau lagi. Biasanya kamu kebanyakan alasan."

"Iya! Iya! Nggak percayaan banget. Kayak aku mau kabur kemana aja ... tapi jawab dulu tebakan aku, kalau bener kamu boleh ngapain aja."

Mata Revan langsung berbinar-binar mendengar ucapan Eliza. "Affah iyah?"

"Jawab dulu, kalau misalnya kita ke laut ...."

"Wah, ide bagus tuh staycation di Anyer. Minggu depan berangkat yuk ...."

"Cuma tebakan, fokus dong! Aku ulang yah ... misal kita ke laut, terus ada ombak, kita manggil dia om apa mbak?"

"Ngapain dipanggil segala? Nggak usah SKSD lah."

"Jawab aja."

"Nggak taulah, nggak penting banget aku mikirin kayak gitu!"

***

Nomor satu religi, Gaes 😭Makasih supportnya yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nomor satu religi, Gaes 😭
Makasih supportnya yah ... 😘


Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang