125

777 41 9
                                    

Usia kehamilan Kiera sudah berjalan satu bulan.  Selama ini Kiera melewatinya tanpa ada hambatan yang berarti. Tidak seperti ibu hamil pada umumnya, Kiera tidak pernah mengalami apa yang namanya morning sickness. Justru sejak hamil nafsu makan Kiera semakin bertambah. Makanan yang tadinya dia tidak doyan, sekarang malah suka. Bagi Kiera hanya ada dua macam rasa makanan, yaitu enak dan enak banget.

Walaupun sering makan dalam porsi ugal-ugalan, berat badan Kiera masih bisa dibilang ideal. Berat badan Kiera hanya bertambah beberapa kilo, membuat penampilan Kiera lebih berisi di bagian dada dan bemper, tapi perutnya masih rata. Alih-alih terlihat gembrot, Kiera justru makin terlihat seksi dan bahenol. Hal itu sempat menjadi beban pikiran Steven. Kemana larinya semua makanan yang dikunyah Kiera, jangan-jangan bukannya hamil, Kiera sebenarnya busung lapar. Steven resah memikirkan perut Kiera yang tak kunjung buncit. Steven takut tumbuh kembang anaknya terganggu.

"Wajar itu, sih. Kan usia kehamilannya masih sebulan. Eliza dulu baru kelihatan perutnya waktu masuk empat bulan."

Steven agak lega mendengar penjelasan Revan. Seperti biasa, Steven selalu berkonsultasi kepada Revan yang dia anggap sudah berpengalaman dalam dunia perbapak-bapakan.

"Istri lo nggak ada ngidam yang aneh-aneh kan?" Revan bertanya lagi.

Steven teringat Kiera juga mengidam makanan asam seperti ibu hamil kebanyakan. Hanya saja Kiera tidak suka makan mangga ataupun rujak. Kiera lebih suka makan buah impor yang asam seperti kiwi. Kadang juga cemilan asam dari negara Amerika latin dan Thailand. Sebenarnya agak merepotkan karena belinya harus lewat online, kadang juga PO nya lama. Sementara Steven capek ditanya-tanya, kapan sampainya, kapan sampainya.

Tapi Steven masih menganggap tabiat Kiera masih dalam batas kewajaran, selagi Kiera tidak minta dibikinkan candi seperti Roro Jonggrang.

"Untungnya nggak."

"Baguslah."

Percakapan kedua bapak-bapak itu terhenti saat lift sudah sampai di lantai dasar. Revan bergegas keluar, ingin segera sampai rumah untuk bertemu anak istrinya. Tadinya, ia berencana main futsal dengan Steven dan teman-temannya waktu kuliah dulu. Tapi tidak jadi, karena Steven ditelpon Kiera, disuruh pulang secepatnya, Kiera titip es kepal Milo katanya.

Setelah membelikan pesanan istrinya, Steven bergegas pulang, atau Kiera akan marah kalau es itu sampai mencair. Takut disuruh beli ulang.

"Please, jangan macet dong." Steven harap-harap cemas saat kendaraannya berjalan lambat akibat banyaknya orang yang juga baru pulang kerja.

Di rumah, Kiera uring-uringan karena pesanan gofoodnya tak juga sampai. Satu jam lamanya Kiera menunggu. Memang makanan yang dipesan Kiera lagi viral-viralnya, selalu ramai pembeli. Padahal cuma nasi telur aja.

"Seharusnya udah sampai sini loh. Apa kesasar?" Kiera memeriksa ponselnya sambil berjalan keluar pagar. Mau menghadang abang  gofoodnya.

Di seberang jalan, Kiera melihat bapak-bapak berjaket hijau yang sedang berada di dalam got yang terbuka.

"Loh, Bapak ngapain di sini? Saya tunggu dari tadi, eh Bapak malah snorkeling!" Kiera menghampiri Bapak driver yang sedang mencoba keluar dari got.

"Saya tadi jatuh, Mbak. Gak liat ada got."

Kiera ingat, tadi pagi memang ada kerja bakti di komplek untuk membersihkan got, maklum sebentar lagi musim hujan. Jadi got-got harus dibersihkan supaya air mengalir lancar jaya tanpa mampet-mampet.

"Oalah, Pak. Yang sabar, ya. Hidup memang suka ada gini-gininya." Kiera menatap kasihan kepada bapak driver yang sedang sibuk membersihkan jaketnya.

"Terus makanan saya gimana nasibnya, Pak?" Kiera bertanya lagi.

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang