"Lo kesambet setan apa, sih, Ki? Tiba-tiba pingin jadi istri gue ...." Steven bersandar di pintu kamar Kiera, sambil mengamati gadis itu yang sedang sibuk mengembalikan baju ke lemari, tidak jadi kabur ke luar negeri.
"Ntar gue kasih komisi deh, tiga puluh tujuh puluh, gimana?"
"Apaan? Jadi lo mau menikah cuma demi uang? Nyebut lo, Ki! Pernikahan buat main-main, nggak takut kena azab apa?" Steven mengelus dada melihat kelakuan Kiera yang di luar Nurul.
"Setelah warisan gue cair, kita cerai. Lumayan nggak 'tuh?"
"Lumayan pala lo bau menyan! Nggak! Pokoknya gue nggak mau diperalat sama lo! Gue masih bisa kok nyari rezeki halal. Biarpun lama ngumpulnya itu duit." Steven menolak mentah-mentah.
"Ya udah, gue tinggal bilang aja sama orang tua Abang. Kalau sebenarnya kita udah ngapa-ngapain."
"Kecil-kecil pinter fitnah lo! Mana buktinya? Mau gue anterin visum? Biar titid lo diobok-obok sama dokternya?" Steven balik mengancam.
Kiera mulai panik sendiri, ia pun mengubah strategi. Kiera berusaha membujuk Steven secara halus.
"Iya deh, gue minta maaf. Tapi Abang tetap mau nikahin gue 'kan?"
"Kebelet banget mau nikah. Kenapa, sih, lo? Bisa sabar dikit nggak? Gue mau istikharah dulu. Kira-kira nikahin lo lebih banyak manfaatnya apa mudhorotnya!"
"Gue janji deh. Ntar, kalau jadi istrinya Abang, gue bakal berubah jadi lebih baik." Kiera mengambil tangan Steven, tapi Steven buru-buru menyembunyikan tangannya di balik punggung.
"Nggak usah repot-repot. Gue udah pesimis duluan."
"Jangan pesimis duluan, Bang. Lihat aja Kak Revan. Korban perjodohan yang sukses."
"Itu karena istrinya modelnya kayak Eliza. Lo sendiri, bisa nggak nurut kayak dia?"
"Iya, bisa kok."
"Jangan iya-iya aja. Berat banget resikonya punya istri begajulan kayak lo gini, kalau lo bikin dosa, gue yang ditanya-tanya di akhirat. Nggak dulu deh, serem banget."
"Gue janji, Bang. Gue mau nurut sama lo. Suer!" Kiera berjanji dengan bersungguh-sungguh. Steven segera menguji Kiera.
"Coba lo push up sekarang! Nggak usah banyak-banyak, seratus kali aja."
"Nggak gitu juga, Malih!"
"Kalau jadi istri gue, harus mau berhijab. Untuk sementara segitu dulu aja. Sanggup, nggak?"
"Nggak harus berhijab 'kan? Yang penting menutup aurat?"
"Terserah lo, pakai helm kek, pakai topi ulang tahun kek, pakai kupluk Jamrud kek."
Kiera mengangguk setuju. "Oke. Gampang itu, sih."
***
Kiera dan Steven hendak pergi untuk membeli cincin pernikahan, sekalian gaun. Nenek yang suruh. Sepulang kerja, Steven langsung meluncur ke rumah nenek Mutia. Tadi Revan sempat meledeknya karena ujung-ujungnya jadi menikah dengan Kiera.
"Nggak usah masuk, langsung berangkat aja. Nggak usah pamitan. Nenek nggak ada di rumah." Kiera mencegat Steven di depan pintu gerbang.
Steven mengamati penampilan Kiera dari atas ke bawah. "Lo gimana, sih, Ki? Udah dikasih tau gue udah di jalan, bukannya ganti baju."
"Ini gue udah siap mau berangkat! Gue udah dandan dari tadi!"
"Yakin lo? Kok masih jelek?" Steven mengamati penampilan Kiera yang hanya mengenakan celana tujuh per delapan, sandal gunung dan juga Hoodie serut yang membungkus kepalanya. Ceritanya Kiera mau berdandan ala-ala Una di tik-tok.
"Ayo berangkat. Ntar keburu malam." Kiera langsung masuk ke mobil Steven.
"Sabuk pengaman! Gue nggak mau ntar ada apa-apa. Mau kawin nih." Steven mengingatkan Kiera untuk memakai sabuk pengamannya dengan benar.
***
Lanjut gak sih part-nya Kiera? Apa udahan aja? Kita balik ke part-nya Revan-Eliza 🤭
