97

598 30 7
                                    

Steven membangunkan Kiera pada jam satu malam. Saat itu Kiera marah setengah mati. Tadi ia baru saja mimpi pesan ayam di geperek di warung, saat menunggu pesanan, eh malah keburu dibangunkan oleh Steven.

"Ganggu hidup gue adalah hobi lo?" Kiera langsung ngomel.

"Itu ... tadi Revan ngabarin gue, katanya Eliza lahiran."

Kiera diam sambil memejamkan mata. "Terus hubungannya sama gue apa?"

"Kita harus secepatnya ke rumah sakit." Steven bangun dari kasur dan mengambil pakaian di lemari. Sedang Kiera masih saja dalam posisi semula.

"Cepetan, Ki."

"Sebentar ... ini dia yang lahiran, kenapa jadi gue yang diburu-buru? Memang fungsinya gue di rumah sakit buat apa? Tim hore?"

"Ya Allah, Ki. Sama kakak ipar gitu amat. Temenin kek, bantu-bantu apa kek. Namanya woman support woman."

"Dih, males. Gue juga nggak akrab-akrab banget sama dia." Kiera bersiap melanjutkan tidurnya.

"Kalau lo nggak mau, biar gue berangkat sendiri deh." Steven berjalan ke arah kamar mandi. Mukanya terlihat kecewa dengan jawaban Kiera.

"Tuh orang kenapa, sih? Bukan bapak si bayi, malah ikutan ribet. Jam segini mah, paling bener itu tidur ...." Kiera bersiap memejamkan mata, namun ia teringat sesuatu.

"Oh, pasti dia masih ada rasa sama si Eliza. Pantesan panik gitu. Udah berasa kek bapak si jabang bayi aja dia, ngehalu ... nggak akan gue biarkan!"

Steven terlihat keluar dari kamar mandi, sudah berganti baju yang lebih rapi. Setelah menyisir rambut sebentar, pria itu bergegas mengambil kunci mobil yang tadi dia letakkan di meja rias Kiera.

Steven kebingungan karena tidak menemukan kunci mobilnya, padahal dia yakin sudah meletakkan di sana, dekat dompet. Bahkan dompetnya masih ada.

"Ngeliat kunci mobil nggak, Ki?" tanya Steven sembari membangunkan Kiera.

Kiera hanya diam, pura-pura tidur. Tangan Steven bergerak ke bawah bantal yang ditiduri Kiera.

"Lo umpetin, kan? Maksudnya apa, sih? Gue lagi buru-buru ini ... jangan kekanakan, deh."

Kiera menolak memberikan kunci mobil Steven. Membuat Steven kesal.

"Gue bisa pergi naik taksi online."

"Nggak usah pergi lah, udah malem juga. Ntar dibegal di jalan loh."

"Gue mah beda sama lo. Lo sih mana ngerti yang namanya kekeluargaan. Besok, kalau lo lahiran, nggak ada yang mau nunggu lo di rumah sakit."

"Gue mah bisa sendiri. Kucing aja lahiran sendiri bisa. Masa gue enggak? Jadi orang harus mandiri."

"Terserah lo." Steven meraih dompetnya dan beranjak keluar kamar.

"Seharusnya tadi gue umpetin dompetnya juga." Kiera menepuk dahinya.

Kiera tidak kehilangan akal, apapun yang terjadi Steven tidak boleh sampai di rumah sakit.

"Aduh!" Kiera berteriak kesakitan.

Steven berbalik, pria itu melihat Keira yang sedang memegangi perutnya. Steven agak khawatir.

"Kenapa lo?"

"Nggak tau ... perut gue tiba-tiba sakit." Kiera memasang ekspresi kesakitan. Berharap Steven kasihan kepadanya. Tapi tanggapan Steven malah di luar dugaannya.

"Berak sana."

Kiera terdiam, membuat Steven semakin khawatir. Pria itu berjalan mendekati Kiera, kemudian memegang dahinya.

"Lo beneran sakit?"

Kiera menghempas tangan Steven yang berada di dahinya dengan kasar. "Nggak usah sok peduli sama gue! Sana, pergi aja nungguin istri orang yang mau lahiran."

"Gue ke rumah sakit bukan mau nungguin Eliza lahiran, Ki. Tapi gue mau nemenin Revan, ngasih dia support. Kan selain abang ipar gue, dia juga teman gue."

"Alah, alasan!"

"Sebenarnya lo sakit beneran nggak, sih?" Steven mulai curiga dengan Kiera.

"Mau sakit, mau enggak kek, mau mati kek, apa hubungannya sama lo? Toh, nggak ada yang peduli sama gue!"

"Gue ke rumah sakit sebentar, ya. Kasian Revan sendirian nungguin Eliza."

"Lo berangkat, ikan-ikan lo gue goreng semua!" Kiera mengancam.

"Terserah lo. Mau lo goreng, mau lo makan mentah kek." Steven tetap berangkat ke rumah sakit. Mengabaikan Kiera yang marah-marah sambil membuang bantal dan guling ke lantai.

***
Lo kenapa, sih, Ki? Cemburu apa gimana? Nggak jelas banget jadi orang ....😁

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang