6

1.8K 103 2
                                    

Revan memutuskan untuk membawa Kiera ke apartemennya. Neneknya pasti akan mengomel panjang kalau sampai tau Kiera pulang dalam keadaan mabuk.

Sebenarnya ini salah Revan juga. Dia terlalu memanjakan Kiera hingga jadi seperti ini. Ditambah lagi Lusi yang selalu melindungi Kiera dari omelan nenek. Jadilah Kiera tumbuh menjadi gadis yang bebas dan manja.

"Duduk." Revan membawa Kiera ke sofa, lalu berjalan ke dapur untuk mengambil air.

Kiera melihat ke sekeliling apartemen Revan. Gadis itu memang jarang datang ke sini. Terakhir dua bulan lalu, saat malam pergantian tahun baru.

"Di mana perempuan kampung itu?" Kiera tiba-tiba bertanya.

Mendengar pertanyaan Kiera, Revan tiba-tiba teringat akan keberadaan istrinya.

"Ya ampun, aku lupa. Dia ketinggalan di pasar." Revan berbisik kesal.

Revan mendekati Kirera kemudian menyerahkan gelas di tangannya. "Kamu di sini dulu, aku mau keluar sebentar. Awas, jangan kabur kemana-mana."

Kiera yang masih dalam keadaan setengah sadar, hanya bisa mengangguk, kemudian tumbang ke sofa. Revan hanya bisa menghela nafas melihat adiknya itu.

Revan memacu mobilnya kembali ke pasar induk. Dia harus segera menyusul Eliza. Perempuan itu pasti kebingungan mencarinya.

Benar saja, setelah sampai di pasar, Revan melihat Eliza sedang duduk di depan sebuah warung yang sudah tutup, sembari menangis. Revan segera berjalan tergesa menghampiri istrinya.

"El?" Revan menyentuh pundak Eliza.

Eliza mendongak dengan wajah bersimbah air mata. "Mas Revan? Kamu tadi kemana?"

Selalu saja menangis. Dikit-dikit nangis. Revan mulai bosan dengan kebiasaan Eliza. Mudah sekali menangis.

"Aku tadi ada keperluan sebentar. Maaf, sudah membuat kamu menunggu."

Kekesalan Eliza mendadak hilang kerena mendengar permintaan maaf dari Revan. Apalagi pria itu mengucapkan dengan tutur kata yang lemah lembut. Tidak kasar seperti biasanya, pakai lo-gue.

"Tapi aku tadi ketakutan, Mas. Aku pikir, kamu sengaja buang aku ke pasar. Seperti saat aku buang anak kucing aku dulu. Aku pikir, aku kena karma. Karena pernah membuang anak kucing ke pasar." Eliza berkata dengan deraian air mata.

Revan melihat sekeliling, beberapa orang mulai memperhatikan mereka. "Sudah, El. Jangan nangis terus. Malu dilihat orang."

Revan segera mengambil alih belanjaan Eliza, kemudian berjalan menuju mobilnya. Ia menoleh ke arah Eliza yang masih betah duduk sambil menangis.

"Sampai kapan kamu mau duduk di situ?" Revan bertanya dengan geram.

Eliza bangkit dari duduknya, perlahan dia berjalan menghampiri Revan.

"Beneran, tadi Mas nggak bermaksud meninggalkan aku?"

"Enggak, El. Lagian kamu ada-ada saja. Masa aku mau membuang kamu di pasar? Kamu 'kan bukan kucing?" Revan mendengus kesal.

Dengan ragu Eliza masuk ke dalam mobil Revan. Pria itu segera melajukan mobilnya tanpa banyak kata.

Kemudian Revan teringat sesuatu. "Oh ya, di rumah ada Kiera. Dia akan menginap."

Eliza menoleh ke arah Revan. "Nanti dia tidurnya berdua sama aku, Mas?"

Terus terang Eliza merasa canggung dengan keberadaan adik iparnya itu. Kiera tidak pernah akrab dengannya, selalu memusuhinya. Bahkan tak jarang memperlakukannya seperti pembantu. Gadis itu sering menyuruh Eliza untuk mengambil makanan atau menyetrika bajunya selama di rumah nenek Mutia.

"Dia akan tidur di kamar kamu." Revan melihat ekspresi kebingungan istrinya.

"Terus aku tidur di sofa, Mas?" tanya Eliza lagi.

Revan berdehem sebentar untuk membersihkan tenggorokannya. "Kamu ... untuk sementara tidur di kamar aku."

"Apa?"

***

Ini ceritanya nya si Revan udah mulai jinak yegesya, nggak pakai lo-gue lagi. Jadi sebenarnya dia karakternya baik, cuma mulutnya kadang agak pedas aja. Jarang sih laki nyinyir seperti itu. Cocok sih dia kalau jadi pembawa acara insert 🤣🤣🤣

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang