BAB 1

656 47 16
                                    

Ini memang bukan pendakian gunung pertama yang pernah Yoona lakukan. Sebelumnya, ia sudah pernah mendaki Gunung Seoraksan, Bukhansan, Taebaeksan, dan beberapa gunung lainnya di Korea Selatan. Tapi baru sekaranglah ia pergi sejauh ini hanya untuk mendaki sebuah gunung. Dan tidak main-main, yang akan ia daki sekarang adalah Gunung Everest. Gunung tertinggi di dunia. Benar-benar nekat.

Yoona menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia memang nekat. Sambil melipat trekking polenya dan memasukkan tongkat aluminium itu ke dalam celah ranselnya yang berat, Yoona mengomeli dirinya sendiri.

Tiga minggu lalu, Yoona diberi kejutan----sekaligus tantangan-----oleh Hyeyoung, saudara sepupunya yang paling dekat dan akrab dengannya. Gadis tomboy yang super kaya raya itu mengajaknya untuk berpetualang ke Nepal, tepatnya ke kaki Gunung Everest. Semula Yoona mengira Hyeyoung hanya sekedar bercanda. Namun belakangan, ia sadar kalau sepupunya itu sangat serius. Yoona dan Hyeyoung memang mempunyai hobi yang sama, yakni naik gunung. Sejak masih SMA, keduanya sama-sama tergabung ke dalam klub Pencinta Alam. Jiwa petualang mereka pun berlanjut ke kampus di mana keduanya dengan senang hati menyemplungkan diri di organisasi Mahasiswa Pencinta Alam. Banyak gunung yang sudah Yoona dan Hyeyoung jelajahi bersama.

Dan kali ini Hyeyoung mendadak memiliki sebuah rencana gila, yakni menaklukkan Everest.

"Gila ah. Everest itu gunung paling tinggi di dunia. Apa pengalaman kita sudah cukup?" Yoona menyangsikan usul nekat Hyeyoung.

"Sudah berapa kali kita naik gunung? Belasan kali, Yoona. Masa pengalaman kita belum juga cukup?" Hyeyoung balas bertanya.

"Tapi Everest itu di luar negeri. Kalau terjadi apa-apa dengan kita di sana, siapa yang mau tanggung jawab? Mau cari bantuan ke mana?" Yoona berdiri untuk mengambil cemilan dari atas meja belajar Hyeyoung. Ia melempar sebungkus kacang panggang ke arah sepupunya itu.

Hyeyoung membuka bungkus snack yang baru dilemparkan oleh Yoona kepadanya. Gadis berambut panjang itu tertawa, "makanya, jangan sampai ada apa-apa, dong."

"Siapa yang bisa jamin? Lagipula, biaya naik Everest pasti mahal sekali."

"Dengar-dengar sih bisa sampai ratusan juta won lebih."

Yoona membelalakkan matanya. "Ratusan juta? Uang darimana?"

"Dari appa, dong." Jawab Hyeyoung enteng.

Yoona mendengus. Ia tahu pamannya adalah seorang pengusaha kaya raya. Uang seratus atau dua ratus juta won mungkin tak ada nilainya untuk sang paman. "Aku tidak yakin Paman Seung-Ryong bersedia menggelontorkan uang dua ratus juta untuk kita naik gunung."

Paman Seung-Ryong memang tidak setuju. Tapi bukan karena ia keberatan mengeluarkan uang ratusan juta won untuk anak dan ponakannya, melainkan karena ia merasa pendakian ke Gunung Everest adalah sesuatu yang sangat berbahaya untuk dilakukan oleh kedua dara muda itu.

Tapi Hyeyoung tidak menyerah. Ditolak naik ke puncak Everest, ia menawar dengan mengganti tujuannya sampai kaki Gunung Everest saja.

"Pokoknya, Appa pilih kepala Everest apa kaki Everest?"  si bengal itu bertanya pada sang ayah.

"Kaki Everest apa?" Seung-Ryong balas bertanya.

"Memangnya Appa tidak tahu apa itu Everest Base Camp?"

Everest Base Camp adalah lokasi kemping dan titik keberangkatan para pendaki yang hendak menaiki badan Gunung Everest. Letak Everest Base Camp tidak setinggi puncak gunung Everest, melainkan hanya di mata kakinya saja. Perjalanan menuju Everest Base Camp juga tidak semahal atau sesulit pendakian ke puncak gunung tertinggi di dunia itu.

Sebenarnya niat Hyeyoung memang hanya ingin mencapai Everest Base Camp saja, ia sendiri masih merasa belum mampu jika harus mendaki badan gunung tertinggi di dunia itu. Ia cuma berpura-pura ngotot ingin mendaki puncak Everest agar ayahnya mengalah dan mengizinkannya untuk pergi ke Himalaya.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang