Tapi tentu saja Taehyung tidak langsung memberitahu ibu Hansung bahwa sebenarnya ia bukanlah putera angkat wanita itu.
Hari-hari berlalu seperti biasa. Taehyung dan Yoona kembali disibukkan oleh urusan toko dan keluarga kecil mereka. Jiwon pun tidak lagi menghubungi Taehyung.
Namun hati Taehyung malah tidak tenang. Entah mengapa ia terus saja teringat akan Narae. Ia ingin tahu bagaimana kabar bocah kecil itu. Ia ingin melihatnya, ingin menggendong, dan bercanda dengannya. Saat ia bermain bersama Taeyoo dan Yoomi, seringkali Taehyung mendelu dan berharap ponakannya itu juga ikut bermain bersama mereka.
"Aku kepikiran Narae terus, Yoong." Akhirnya Taehyung menceritakan kegundahan hatinya saat ia sedang sarapan bersama Yoona dan kedua anak mereka.
Sambil menyisir roti dengan selain cokelat, Yoona menoleh, "kamu kepikiran Narae apa ibunya?"
"Yoong," Taehyung mendecah, "aku enggak bercanda. Firasatku tidak enak. Sepertinya ada apa-apa dengan Narae."
"Ada apa bagaimana?" Yoona memberikan roti isinya kepada Taeyoo.
"Enggak tahu." Taehyung meneguk susu cokelat yang selalu disediakan isterinya untuk sarapan. "Mungkin anak itu sedang sakit atau sedih."
"Kamu punya ikatan batin dengan Narae?" Yoona mengambil potongan roti kedua untuk Yoomi. Si bungsu hampir-hampir tidak sabar menunggu roti untuknya. Sambil meneguk susu di botol, Yoomi duduk di atas pangkuan ayahnya sambil sesekali berusaha untuk mencolek selai dan merobek-robek lembaran roti di depannya.
"Mungkin. Bagaimanapun juga Narae adalah keponakanku. Mungkin rasa resahku ini adalah petunjuk dari Hansung mengenai keadaan puterinya sekarang ini."
Yoona menarik nafas beberapa kali. Pada dasarnya ia bukan seorang pencemburu, apalagi yang Taehyung khawatirkan adalah kemenakannya sendiri. Ia tidak keberatan Taehyung sering-sering menjenguk anak itu. Yang tidak ia sukai adalah kemungkinan Jiwon akan semakin lengket dan berharap lebih pada Taehyung.
"Temuilah Narae. Tengok bagaimana keadaannya sekarang." Ujar Yoona akhirnya. Ia memang belum pernah sekalipun mengetahui seperti apa rupa Narae, tapi ia percaya pada Taehyung yang sangat yakin kalau bocah perempuan itu adalah anak kandung Hansung. Jika memang benar demikian, tentu ia dan Taehyung tak bisa berpangku tangan begitu saja. Narae adalah keponakan mereka dan sudah seharusnya ia dan Taehyung memerhatikan anak itu.
Wajah Taehyung terlihat lebih cerah mendengar saran isterinya. Namun sebelum ia bicara, Yoona langsung meliriknya.
"Tapi kamu harus memberitahu Jiwon kalau sebenarnya kamu bukan Hansung."
Taehyung menelan ludah.
"Kamu tidak berencana untuk terus-terusan bersandiwara di depan Jiwon, kan, Tae?" Yoona menatap curiga.
"Ya enggaklah, Yoong. Aku memang berniat untuk berkata jujur."
"Bagus." Sahut Yoona tawar. Ia menyodorkan roti cokelat yang sudah ia potong kecil-kecil pada Yoomi dan mewanti-wanti anak bungsunya itu, "jangan dimainkan, ya. Harus dimakan. Bukan dirobek-robek."
Yoomi menyambut roti isi yang diberikan oleh sang ibu dengan kedua tangannya. Ia sebenarnya tidak lapar. Tadi Susi sudah menyuapinya dengan nasi dan sup ayam. Ia hanya makan roti sebagai cemilan belaka. Perutnya sudah kenyang dengan susu.
Taehyung kembali meneguk susu cokelatnya.
"Kapan kamu mau menemui Narae?" Kali ini Yoona membuat roti ketiga dan keempat untuk Taehyung dan untuk dirinya sendiri.
"Belum tahu. Tapi aku ingin secepatnya." Jawab Taehyung.
"Hari ini saja. Nanti siang aku akan ke toko, jadi pekerjaanmu bisa aku ambil alih."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]
FanfictionLim Yoona melakukan kesalahan terbesarnya saat ia bertemu dengan Kim Taehyung dalam sebuah pendakian ke kaki Gunung Everest. Setelah menghabiskan waktu bersama di sebuah negeri yang begitu asing, Yoona dan Taehyung terlibat dalam sebuah hubungan asm...