BAB 92

124 19 58
                                    

Mungkin semua memang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa---bahwa rumah peninggalan kedua orangtuanya selesai dikontrak minggu lalu dan belum mendapatkan penyewa baru----agar Yoona bisa memboyong kedua anaknya beserta Susi ke sana.

"Sus, kamu makan malam dulu. Biar Taeyoo dan Yoomi menonton TV di sini dengan saya." Dari atas sofa di ruang tengah, Yoona berbicara pada Susi. Pembantunya itu baru saja turun dari lantai dua untuk mengganti seprai ranjang di kamar tidur utama. Seprai yang lama sudah berbau apek dan berdebu.

"Baik, Nyonya." Susi tidak menolak. Ia memang sudah lapar padahal begitu sampai Daegu tadi, mereka sempat makan dulu di sebuah restoran Jepang. Tapi membersihkan rumah yang sudah satu minggu tidak berpenghuni tentu menguras banyak tenaga padahal Susi tidak membersihkan rumah itu sendirian. Yoona juga ikut turun tangan. Bahkan si kecil Taeyoo tak mau kalah dari ibu dan sang pembantu. Dia ikut mengelap meja ruang tamu.

"Yakitorinya dihabiskan saja. Kalau nanti anak-anak mau makan lagi, kita bisa pesan via online." Yoona memangku Yoomi sambil menonton tayangan di televisi.

Sementara Susi gegares semua yang ada di meja makan, Yoona asyik bercengkerama bersama Taeyoo dan Yoomi. Sesekali terdengar ocehan kedua bocah itu. Taeyoo yang sudah lancar bicara sibuk berceloteh atau menanyakan semua yang dilihatnya di layar televisi. Yoomi lain lagi. Bayi satu tahun itu malah bersenandung mengikuti setiap jingle iklan yang diputar di layar kaca.

Yoona menanggapi semua ocehan kedua anaknya dengan riang. Saat Yoomi bernyanyi dengan kosa kata yang lebih mirip dengungan lebah itu, ia juga ikut bernyanyi dan menepuk-nepukkan kedua tangan si bungsu. Saat Taeyoo bertanya dengan penuh semangat, Yoona menjawab tanpa sedikitpun merasa terganggu atas kecerewetan puteranya itu. Taeyoo memang mirip sekali dengan Taehyung----ceriwis dan suka sekali berkomentar.

Mengingat suami dan kedua anaknya, batin Yoona terasa pilu. Ia kembali terbayang akan pemandangan tadi sore yang dilihatnya di rumah sakit. Taehyung dipeluk dan dicium oleh Kim Jiwon. Lebih tepatnya, Taehyung dan Jiwon berciuman.

Seluruh aliran darah di tubuh Yoona berdesir kencang. Ia sangat marah. Dan juga sakit hati. Kekecewaannya kepada pengkhianatan Taehyung kali ini sudah melampaui segala kekecewaan yang pernah suaminya itu perbuat kepadanya di masa lalu.

Tapi benarkah Taehyung memang berkhianat? Yoona menelan ludah. Mungkin saja reaksinya ini terlalu berlebihan. Tidakkah ia terlalu gegabah menuduh suaminya berkhianat? Terlalu cepat mengambil kesimpulan? Terlalu pencemburu? Terlalu mengedepankan emosi? Terlalu sensitif? Mungkin saja semua yang dilihatnya sore tadi hanyalah sebuah kesalahpahaman.

Tapi Yoona tidak merasa begitu. Ia yakin perasaannya ini tidak salah. Tuduhannya tidaklah keliru. Jika di ruang rawat rumah sakit saja Taehyung tak ragu membiarkan Jiwon memeluk dan menikmati bibirnya, apalagi kalau mereka berdua berada di tempat lain yang lebih tertutup? Pasti akan lebih berani lagi untuk berbuat intim. Tidak ada jaminan kalau Taehyung dan Jiwon selalu berada di rumah sakit sepanjang waktu tanpa pernah pergi keluar. Tidak ada yang bisa bersumpah kalau kedua orang itu tidak pernah pergi ke apartemen Jiwon dan berbuat mesum. Mungkin Jiwon masih mengira kalau Taehyung adalah Hansung. Mungkin juga dia sudah tahu. Mungkin Jiwon malah terlanjur jatuh cinta kepada Taehyung.

Segala pikiran negatif terus membombardir benak Yoona, membuatnya semakin bertambah resah dan marah pada Taehyung. Ia sengaja tak mau mengangkat apalagi menjawab panggilan telepon dari suaminya itu. Ia juga sudah mewanti-wanti Susi agar mengikuti apa yang ia lakukan. Susi adalah antek-antek Taehyung. Pembantunya itu sangat akrab dengan sang majikan. Dari semua orang, Susi termasuk salah satu yang tahu identitas Taehyung yang sebenarnya----bahwa lelaki itu bukanlah Hansung. Yoona dan Taehyung tidak mungkin bisa bersandiwara dan berbohong di depan Susi karena mereka semua tinggal di bawah atap yang sama. Mustahil Susi tidak akan mencurigai identitas Taehyung jika setiap hari dia mendengar sang majikan perempuan selalu memanggil suaminya dengan sebutan 'Tae' atau 'Taehyung' dan bukan dengan nama 'Hansung'. Sudah barang tentu, Susi yang sejak semula lebih menyukai Taehyung ketimbang almarhum Hansung, merasa begitu gembira mengetahui bahwa Taehyunglah yang ada bersama mereka. Sejak saat itu, Susi menjadi lebih loyal lagi kepada Taehyung. Bahkan selama ini Susi adalah mata dan telinga Taehyung di rumah.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang