"Yoong, kamu tahu enggak kalau Kim Jiwon kembali lagi ke Korea dan punya proyek drama baru? Aku mesti nonton, nih." Taehyung membaca tulisan yang ditampilkan oleh layar ponselnya. "Seingatku, baru tahun kemarin dia pindah ke Eropa. Eh, enggak tahunya sekarang sudah pulang lagi ke sini. Hehehe."
"Siapa yang kamu bicarakan?" Sambil berjalan menggendong Yoomi, Yoona menoleh suaminya yang sedang tiduran santai di atas sofa ruang tengah sambil membaca laman gosip melalui ponselnya.
"Kim Jiwon." Taehyung menurunkan ponselnya. "Masa kamu enggak kenal? Dia itu aktris Korea Selatan yang sangat terkenal. Idola semua laki-laki sewaktu aku masih SMA. Termasuk aku sendiri, hehe."
"Yang main film Kutukan Bisul Berdarah itu?"
Taehyung memandang isterinya dengan masam. "Kamu sedang melawak?" Ia belum pernah mendengar judul film senorak itu.
"Enggak." Setengah berbungkuk, Yoona memungut kertas hias yang tergeletak di atas lantai. Yoomi yang sedang ia gendong, otomatis memeluk erat karena dikiranya sang ibu hendak menjatuhkannya ke atas lantai. "Aku sedang sibuk memastikan dekor untuk ultah pertama Yoomi besok pagi akan beres malam ini juga." Ia menoleh sebal ke arah suaminya. "Kamu bukannya bantu-bantu, malah sibuk baca dan main ponsel sejak tadi."
Taehyung refleks mengerjapkan mata, "lho, kan dari tadi aku yang mendekor ini semua. Balon, kertas hias, lampu warna-warni, siapa yang pasang? Aku." Ia menepuk dada. "Aku juga baru istirahat sebentar, Yoong."
"Istirahat sih istirahat, tapi jangan main ponsel terus."
"Lalu main apa, dong?"
"Main sama Taeyoo." Yoona berdiri di hadapan suaminya. "Dari tadi Hanbin terus yang mengasuh Taeyoo. Kamu kan ayah, ajaklah Taeyoo bermain atau pergi ke supermarket. Sekalian belikan aku whipped cream, bubuk puding, baby orange, apel, anggur, jus mangga, dan piring kertas untuk tambahan besok. Aku takut kita akan kekurangan stok."
Taehyung menggaruk tengkuknya yang gatal dengan sedikit keki. "Kamu menyuruhku mengajak Taeyoo bermain apa menyuruh aku berbelanja?"
"Dua-duanya." Yoona merogoh saku roknya. "Nih, kunci mobilnya."
"Kamu memang sudah punya niat untuk mnyuruhku ke supermarket, ya?"
"Kalau iya, kenapa? Keberatan?" Yoona memperbaiki posisi Yoomi yang sedang ia gendong. "Itu kan gunanya punya suami."
"Apalagi suami yang cinta mati pada isterinya seperti aku, ya? Yang tidak pernah menolak titah isterinya sendiri." Taehyung berdiri dari atas sofa dengan sikap malas-malasan. Ia mencondongkan wajahnya ke muka Yoona seolah hendak mencium isterinya itu. Tapi sepersekian detik sebelum bibir mereka bertemu, Taehyung menundukkan kepalanya dan menyosor pipi Yoomi. "Aih, Tuan Puteri Yoomi hari ini bau mangga."
Yoomi yang akan berulang tahun besok hari terkekeh digoda oleh ayahnya. "Pap pap. Ndong." Ia menepuk-nepuk pipi Taehyung. "Ndong."
"Ingin digendong?" Taehyung mengambil Yoomi dari tangan Yoona. "Ikut Papa ke supermarket, yuk! Kita jajan cokelat."
"Ide yang bagus, Tae. Kamu bawa anak-anak belanja biar aku bisa menyelesaikan hal lain dengan tenang."
"Hal lain apa?"
"Masak di dapur." Jawab Yoona. "Masih banyak yang harus aku persiapkan buat pesta besok pagi. Kasihan dari tadi Susi terus-terusan berjibaku di dapur tanpa henti."
Taehyung mencium dan menggigit pelan pipi Yoomi yang gembil seperti pipi Taeyoo. "Kemarin ibu sudah mau meminjamkan si Choyoung untuk bantu-bantu di sini, kenapa malah kamu tolak? Sekarang kamu sendiri yang kerepotan karena kekurangan tenaga babu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]
FanfictionLim Yoona melakukan kesalahan terbesarnya saat ia bertemu dengan Kim Taehyung dalam sebuah pendakian ke kaki Gunung Everest. Setelah menghabiskan waktu bersama di sebuah negeri yang begitu asing, Yoona dan Taehyung terlibat dalam sebuah hubungan asm...