BAB 71

184 21 25
                                    

Baru lima detik kemudian Hansung menyadari bahwa Yoona belum sepenuhnya keluar dari area pemakaman. Ia mengajak ayah dan ibu Taehyung untuk segera berlalu dari sana. Kedua orangtua itupun menurut. Bahkan ibu Taehyung berjalan sambil terus memeluk Hansung.

Saat mereka bertiga menghampirinya, Yoona sebenarnya ingin sekali bertanya apa yang barusan terjadi, kenapa ayah dan ibu Taehyung bereaksi seperti tadi. Tapi ia menahan diri demi menghormati kakek dan nenek Taeyoo tersebut. Jika kecurigaannya salah, ia malah akan menambah luka di sanubari Tuan dan Nyonya Kim.

"Kita pulang sekarang." Hansung merangkul pundak Yoona setelah mencolek pipi Taeyoo yang gembil. "Taeyoo mau Papa gendong?" Senyumnya pada sang bayi melengkung dengan begitu manis. Begitu penuh cinta dan kasih sayang.

"Kamu belum sembuh betul, Sung." Yoonalah yang menjawab. "Tangan kananmu masih patah. Kamu jangan dulu menggendong Taeyoo."

"Doakan Papa cepat sembuh ya, Tae." Hansung berkata dengan begitu lembut. Baru kali ini wajahnya terlihat cerah semenjak kecelakaan yang merenggut nyawa saudara kembarnya terjadi.

Sikap Hansung yang begitu hangat dan penuh rasa sayang kepada Taeyoo semakin menambah perasaan janggal di hati Yoona. Sejak Taeyoo lahir, mungkin baru kali ini suaminya itu menaruh minat yang teramat sangat pada sang anak tiri. Biasanya Hansung acuh tak acuh saja. Kecuali pada pagi hari sebelum kecelakaan maut itu terjadi. Yoona sendiri sempat merasa aneh sewaktu tak sengaja mendapati Hansung sedang menggendong dan mengajak Taeyoo bermain di kamar tidur mereka. Mungkinkah Hansung diam-diam mulai menyayangi Taeyoo? Ataukah ada alasan lain? Misalnya... Bahwa lelaki yang sedang tersenyum ini sebenarnya adalah ayah kandung Taeyoo?

Malam itu juga digelar misa requiem untuk arwah Taehyung di rumah Keluarga Park. Sepanjang acara, Hansung diapit oleh ayah-ibu Taehyung dan juga oleh kedua orangtuanya sendiri.

Meskipun Yoona turut serta membacakan doa bersama mereka semua, kedua matanya tak jarang sengaja melirik pada Hansung. Ada sesuatu yang cukup berbeda dari diri suaminya itu. Suara Hansung tidak begitu keras terdengar saat melafalkan doa dalam bahasa Latin, sangat kontras dengan keseharian lelaki itu sebelum kecelakaan. Tak jarang Hansung malah terbatuk saat bacaannya tertinggal dari yang lain.

Yoona memandangi Hansung yang duduk di seberangnya. Ia tak lagi mampu berkonsentrasi penuh pada Alkitab berbahasa Latin yang ada di tangannya. Tepatkah misa requiem ini ditujukan untuk Taehyung? Bagaimana jika seandainya yang didoakan justru sedang duduk di tengah-tengah ruangan bersama mereka semua?

Lalu harus kepada siapakah lantunan doa-doa suci ini ditujukan? Kepada Hansung?

Yoona terkesiap. Jika memang firasatnya ini benar, bahwa yang meninggal adalah Hansung----bukan Taehyung, ia tidak akan bisa memaafkan Taehyung. Kematian bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan bahan dusta. Walaupun ia sangat mencintai dan memuja Taehyung, Yoona tetap tidak akan sudi menerima kebohongan semacam ini. Kenapa lagi-lagi Hansung mesti menjadi korban saudara kandungnya itu?

Tapi kalau memang Taehyung yang hidup, untuk apa lelaki itu mesti berbohong dan mengambil identitas saudara kembarnya sendiri? Ini yang Yoona tidak bisa pahami.

Hansung tak sengaja mengangkat wajah. Kedua matanya dan pandangan Yoona sontak bertemu. Lelaki itu sedikit heran dan bahkan terlihat kaget mendapati betapa tajamnya sorot mata Yoona. Sejenak ia terpaku, lalu kembali menunduk dan membaca apa yang ada di dalam buku Alkitab yang tengah ia pegang.

Yoona pun ikut menunduk dan melanjutkan ayat mana yang sedang mereka baca---kembali melantunkan doa untuk lelaki yang baru saja meninggalkan mereka semua. Yoona bertekad, setelah ini ia akan mengajak Hansung untuk bicara empat mata. Ia harus tahu apakah yang berada bersamanya memang benar Park Hansung----suaminya----ataukah Kim Taehyung.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang