BAB 74

98 17 36
                                    

"Hmm?" Yoona menunggu jawaban dari Hansung.

"Kamu ini ngomong apa?" Hansung mengganti lagu yang sedang diputar di pemutar musik mobil Yoona. "Apa aku enggak boleh bicara baik tentang Taehyung? Taehyung sudah tidak ada. Aku tidak mau menyisakan konflik apapun antara aku dan saudaraku."

"Aku cuma merasa heran dengan perubahan sikapmu semenjak kecelakaan." Yoona kembali menoleh lelaki yang sedang mengutak-atik daftar lagu di layar pemutar musik. "Kenapa aku tidak bisa lagi merasakan kepribadian seorang Hansung? Kenapa yang aku rasakan malah kehadiran Taehyung di dalam dirimu?"

Hansung membalas lirikan Yoona. "Itu karena kamu terlalu mencintai Taehyung."

"Tidak juga. Aku kan sudah bilang kalau aku mau melupakan Taehyung sepenuhnya."

"Tapi berhasil, enggak? Apa sekarang kamu sudah seratus persen melupakan Taehyung?"

"Kalau aku jawab iya, kamu senang?"

"Enggak." Jawab Hansung cuek.

"Kenapa enggak? Taehyung adalah satu-satunya sainganmu. Masa kamu enggak senang kalau akhirnya aku bisa melupakan semua perasaanku untuk Taehyung?"

Hansung tersenyum tipis, sebuah senyum yang sarat akan ejekan, "karena aku tahu kamu berbohong. Kamu belum lupa apalagi berhenti mencintai Taehyung. Jadi untuk apa aku senang kalau kamu bilang sudah melupakan Taehyung sepenuhnya?"

Yoona menepikan mobilnya di pinggir jalan.

"Kenapa berhenti?" Hansung spontan menoleh ke segala arah. Apakah mobil mereka disenggol orang? Kena tilang? Ataukah Yoona hendak membeli sesuatu di salah satu toko di tepi jalan?

"Karena aku mau menciummu."

"Heh?"

Hansung sama sekali belum siap ketika Yoona sekonyong-konyong melepaskan sabuk pengamannya, merenggut tubuhnya, dan mengecup bibirnya. Dengan amat mesra serta penuh letupan gairah.

"Kamu kenapa, sih?" Kaget, Hansung refleks menahan kedua bahu Yoona. "Ini masih siang bolong. Di tengah jalan yang ramai pula. Nanti kita bisa kena tilang polisi, atau lebih jelek, kita ditegur warga sekitar karena dianggap berbuat asusila."

"Biar saja. Toh yang aku cium adalah suamiku sendiri, bukan pacar gelapku." Sahut Yoona cuek. Ia masih mencoba untuk memagut bibir Hansung. Tapi lelaki itu mengelak dan menyentil keningnya.

Hansung menatap masam. "Biarpun kamu cium aku dari ujung rambut sampai ujung kaki, aku tetap tidak akan percaya kalau kamu sudah tidak cinta lagi pada Taehyung. Sudah sana, cepat kembali ke kursimu dan menyetir yang benar."

Yoona mencubit ujung hidung Hansung dengan gemas. "Dulu, kamu selalu memohon-mohon padaku agar aku menciummu, memelukmu, dan bercinta serta melayanimu sampai pagi. Kenapa sekarang mendadak enggak mau?" Ia menarik tubuhnya ke jok supir dan kembali mengenakan sabuk pengamannya. Beberapa pejalan kaki mengawasi mereka sambil tersenyum-senyum sendiri.

"Oh ya? Aku berbuat itu?" Hansung memonyongkan kedua bibirnya dengan rupa kesal. "Kok aku enggak ingat, ya?"

"Mungkin kamu terkena amnesia retrograde." Ejek Yoona sambil mengecek lipstik yang menempel di bibirnya melalui pantulan kaca spion.

"Mungkin." Jawab Hansung senewen. "Kuharap saat dulu aku memaksamu, kamu memukul dan menampar pipiku sekeras-kerasnya. Boleh juga kamu tendang selangkanganku dan gampar kepalaku."

"Oh jelas tidak. Mana aku berani?" Yoona mengulas kembali bibirnya dengan lipstik. "Aku sangat menghormati dan menghargaimu sebagai suamiku. Harus kuakui, kamu sangat gagah dan terampil di atas ranjang. Tak mungkin aku menolakmu."

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang