BAB 48

150 21 23
                                    

Yoona menggeleng. "Semua sudah terlambat, Tae. Aku dan Hansung akan menikah kurang dari sebulan lagi. Aku enggak mungkin bisa menghancurkan hati Hansung hanya demi seseorang yang sudah meninggalkanku di saat aku benar-benar membutuhkan dirinya."

"Tapi yang kamu cintai adalah aku, Yoong. Bukan Hansung. Aku yakin itu."

"Tapi Hansunglah yang mengembalikan hatiku yang sudah kamu buat hancur. Hansunglah yang membuatku mau tersenyum dan tertawa lagi. Mustahil aku membatalkan pernikahan kami cuma karena kamu tiba-tiba muncul kembali. Aku enggak mau sampai berhutang pada Hansung."

"Jadi, kamu mau menikahi Hansung karena hutang budi?" Taehyung benar-benar ingin tahu jawaban Yoona yang paling jujur. "Empat tahun lalu aku menghancurkan hidup kita berdua karena hutang budi keluargaku pada ayah Hayoon. Apakah sekarang kamu mau melakukan kesalahan yang sama seperti yang pernah kuperbuat dulu?"

"Aku enggak berhutang budi pada Hansung. Tapi... Aku enggak bisa menghancurkan hatinya seperti kamu menghancurkan hatiku dulu." Yoona memalingkan wajahnya. Semakin lama ia dan Taehyung saling bertatapan, semakin gundah hatinya.

"Yoong," Taehyung menarik dagu Yoona yang lancip, "jujurlah pada hatimu. Kamu masih mencintaiku, kan?"

Yoona menghempaskan tangan Taehyung. "Sudah malam, Tae. Aku harus pulang."

"Jawab aku, Yoona."

"Aku enggak mau."

"Kenapa enggak mau?"

"Karena aku enggak tahu lagi apa artinya cinta." Yoona memasukkan album foto Kitae ke dalam tasnya. "Aku pernah mengira kalau aku tahu apa itu cinta. Aku kira aku pernah memilikinya. Tapi aku salah. Satu-satunya cinta yang kupahami hanyalah cintaku untuk Kitae. Dan karena sekarang Kitae sudah tiada, cintapun sudah hilang dari hidupku." Yoona perlahan-lahan berdiri.

"Biarkan aku memberikan cinta itu lagi untukmu, Yoona." Cekal Taehyung. "Cinta itu masih milikmu. Selalu menjadi milikmu tanpa pernah terbagi dengan gadis lain manapun."

Yoona melepaskan tangan Taehyung. "Aku trauma, Tae. Bagaimana aku akan bisa percaya lagi sama kamu setelah apa yang kamu lakukan padaku empat tahun lalu?" Yoona menggeleng pahit. "Sudah malam. Aku mau pulang."

Taehyung menyadari, sia-sia saja mendesak Yoona untuk menerimanya kembali. Dosa-dosanya terlalu besar untuk diampuni. Mustahil bekas kekasihnya itu akan melupakan segala kesalahan yang telah ia perbuat dalam waktu singkat. Rasanya memang sakit mengingat ia tak punya banyak waktu lagi untuk merebut hati Yoona. Bulan depan gadis itu akan bersanding dengan Hansung di atas pelaminan. Dan Taehyung akan kehilangan kekasihnya untuk selama-lamanya. Tapi untuk memaksa Yoona menerimanya saat ini juga? Taehyung tidaklah seegois itu.

"Biarkan aku mengantarmu pulang." Pinta Taehyung getir. Hatinya baru saja patah untuk yang kesekian kalinya malam itu.

"Aku bawa mobil." Tampik Yoona.

"Titipkan mobilmu pada Paman Shin. Kamu bisa mengambilnya lagi besok."

"Untuk apa kamu mengantarku pulang, Tae? Lebih baik kita berpisah di sini."

"Dalam hidup ini, ada tiga hal yang paling menyakitkan untukku." Taehyung meringis nyeri. "Yang pertama adalah Kitae. Kedua adalah saat aku harus mengkhianatimu. Dan ketiga... Adalah pernikahanmu dengan Hansung nanti." Ia membelai helaian-helaian rambut Yoona yang hitam panjang. Rambut yang dulu selalu puas ia belai, kecup, atau mainkan. Rambut yang begitu harum----yang membuatnya semakin tergila-gila pada Yoona. "Tapi jika aku masih bisa memiliki sedikit waktu untuk bersamamu lebih lama lagi, aku akan melakukan apapun."

Yoona berusaha keras untuk menyembunyikan kesedihan dan keresahan hatinya.

"Izinkan aku untuk mengantarmu pulang, Yoong." Pinta Taehyung sekali lagi. "Untuk terakhir kalinya."

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang