BAB 88

69 16 12
                                    

Kim Jiwon berjalan dengan begitu cepatnya menyusuri lorong rumah sakit sampai ia berhenti di depan sebuah pintu kamar rawat.

303. Ia membaca nomor ruangan tersebut. Itu adalah nomor kamar yang tadi disebutkan oleh Yulhee di telepon.

Taehyung otomatis menoleh saat pintu kamar dibuka oleh seseorang dari sisi luar.

"Narae." Jiwon berlari menghampiri ranjang rumah sakit. "Narae!" Serunya cemas saat melihat sang anak tetap tertidur tanpa menjawab panggilannya. Ia mengguncang tubuh mungil Narae, namun anak itu tetap tidak membuka kedua matanya. Jiwon menoleh Taehyung yang tengah berdiri di sisi kanan ranjang. "Kenapa dengan Narae, Sung? Kenapa dia enggak bangun-bangun?"

"Narae terkena meningitis. Dia sudah masuk fase tidur lelap. Dia akan sulit untuk dibangunkan." Taehyung menggigit bibir dengan penuh sesal.

"Meningitis?" Jiwon terkesiap. Walaupun Yulhee sudah menjelaskan soal penyakit yang diderita oleh Narae di telepon, ia tetap tersentak resah saat kata-kata yang sama diucapkan oleh Hansung. Ia menoleh Yulhee yang berdiri kaku di sampingnya. "Narae kena meningitis? Kenapa kamu tidak memberitahu saya dari kemarin-kemarin kalau Narae sakit separah ini?"

Wajah Yulhee terlihat begitu pucat. "Saya... saya tidak mengira Narae sakit parah, Nyonya. Saya pikir dia cuma demam biasa."

"Jangan menyalahkan Yulhee." Sela Taehyung tanpa bermaksud untuk membela pengasuh Narae tersebut. "Kadang-kadang orang awam tidak bisa mendeteksi meningitis. Tapi seharusnya kamu peka dengan keadaan anakmu sendiri. Apa kamu enggak pernah merasa ada yang aneh dengan kondisi Narae? Apa kamu sendiri mengira kalau dia cuma sakit demam biasa?" Menurut Taehyung, pengasuh anak memang seringkali tak acuh pada keadaan anak yang mereka rawat, tapi orangtua si anaklah yang seharusnya memerhatikan baik-baik bagaimana kondisi anak mereka, jangan menyerahkan sepenuhnya pada sang pengasuh.

Jiwon terpukul mendengar pertanyaan yang Hansung tujukan padanya. Ia menggeleng. Memang beberapa hari kemarin Narae sempat rewel menangis dan mengadu padanya kalau kepalanya sakit. Tapi karena sejak lahir anak itu memang sudah sering terkena demam dan flu, Jiwon mengira kalau puterinya itu akan sembuh jika diberi obat yang biasa ia simpan di rumah. Kesibukannya di proyek film yang sedang digarapnya sekarang ini membuat Jiwon tak bisa memerhatikan keadaan Narae dengan lebih awas lagi. Ia selalu berangkat syuting subuh-subuh dan pulang ke apartemen menjelang keesokan paginya. Tubuhnya sendiri sudah begitu lelah sehingga ketika ia melihat Narae terus tertidur, ia kira anaknya itu cuma terlelap biasa, bukan karena sakit.

"Kamu boleh menyalahkanku, Sung. Ini memang salahku." Jiwon meremas tangan mungil anaknya. "Sebagai seorang ibu, aku benar-benar tidak becus mengurus anakku sendiri."

Hansung menggeleng. "Aku tidak menyalahkanmu." Ia memang berkata jujur. Dari penuturan Yulhee, ia mendengar kalau sejak meninggalkan London, Kim Jiwon langsung disibukkan dengan jadwal syuting yang begitu ketat. Jiwon sendiri hampir-hampir tak pernah beristirahat lama di apartemen yang mereka tempati. Taehyung langsung paham kalau sang aktris terpaksa kembali terjun ke dunia hiburan demi uang. Ia menduga kisruh rumah tangga Jiwon bersama suaminya membuat aliran uang yang masuk ke rekening wanita itu menjadi ikut tersendat. Tapi ini semua masih dugaan mentah Taehyung saja.

Dari sisi ranjang yang lain, Jiwon memandang Hansung. Saat melihat wajah tampan lelaki itu, perasaannya bercampur baur. Selama ini ia selalu merindukan sosok Hansung, mendambakan kehadirannya, belai kasih dan cinta lelaki itu. Jika dulu ia menginginkan Hansung untuk dirinya sendiri, kini ia juga menginginkan Hansung untuk Narae. Untuk anak perempuan mereka. Buah cinta yang ia kira tidak akan pernah hadir di antara Hansung dan dirinya.

Melihat kehadiran sang mantan kekasih di hadapannya, Jiwon tidak bisa membendung perasaan haru sekaligus sedih. Airmata sontak membayangi kedua sudut matanya. Ia menoleh pada Yulhee, "Yulhee ya, boleh kamu keluar sebentar? Saya mau bicara empat mata dengan Tuan Park. Kamu bisa temani Donha dan Soyang di luar." Ia menyebutkan nama manager dan juga asistennya.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang