BAB 111

112 17 38
                                    

"Apa maksudmu, Wonnie?" Minyoung tiba-tiba saja merasa tegang. "K-kamu dan Hansung memiliki... Seorang anak?"

Jiwon mengangguk. "Di mata orang lain, mungkin Narae adalah sebuah kesalahan. Tapi untukku, dia adalah anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan untukku." Bola mata Jiwon yang bulat berkilat-kilat disaput oleh airmata. "Narae adalah bukti cintaku untuk Hansung."

Minyoung merasa kepalanya mendadak pening. Kerongkongannya kering, lidahnya pahit, dan dadanya diaduk-aduk emosi. "Tidak mungkin... Hansung... Dia... Dia mencintai Yoona.... Dan kamu... Kamu punya seorang suami."

Jiwon mengerjapkan kedua matanya----membuat cairan hangat jatuh membasahi pipinya. "Saya dan Hansung memang berdosa... Tapi cinta kami tulus." Jiwon kemudian berterus-terang mengenai perselingkuhan yang ia dan Hansung lakukan dua tahun lalu. Perselingkuhan itu terasa begitu singkat, tak ada sampai empat bulan. Namun kisah cinta mereka sebenarnya sudah bersemi sejak belasan tahun lalu. Dan bagi Jiwon, hanya ada Hansung seorang di hatinya meskipun lelaki itu tak pernah bisa ia miliki.

"Eonnie, maukah Eonnie bertemu dengan Narae?" Jiwon meremas tangan kakak angkat Hansung.

Minyoung yang parasnya masih pucat tak mampu menjawab pertanyaan Jiwon. Semua ini terlalu mengejutkan untuknya. Mengapa tiba-tiba saja ia memiliki seorang ponakan yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya?

Namun saat Jiwon beranjak dari atas kursi yang ia duduki, Minyoung ikut mencelat. Jika memang Hansung memiliki seorang anak, ia harus menemuinya. Ia harus melihat langsung anak itu.

Selama perjalanan menuju apartemen Jiwon, Minyoung sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun. Ia masih syok, bingung, dan sangsi. Benarkah Hansung mampu berbuat sejauh itu? Menggoda dan menghamili isteri orang? Minyoung menoleh Jiwon yang sedang menyetir mobilnya. Ia menelan ludah. Jiwon adalah cinta pertama Hansung. Namun selama ini Minyoung mengira Hansung sudah melupakan cinta pertamanya yang tak mungkin dapat dia raih lagi. Bukankah kehadiran Yoona telah mengubah seluruh dunia Hansung? Ia tidak pernah meragukan cinta Hansung untuk Yoona. Namun mungkinkah ia telah keliru menakar perasaan adiknya itu? Mungkinkah Hansung memang tega mengkhianati Yoona demi Jiwon? Ataukah Hansung hanya membalas pengkhianatan Yoona kepadanya dulu?

Semua pertanyaan, prasangka, dan juga perkiraan yang sejak tadi membelit pikiran Minyoung luruh seketika saat ia bertemu Narae.

Bocah berambut pendek itu sedang duduk di atas sofa sambil menonton televisi. Tangannya yang bulat mungil memegangi botol dot yang menempel di bibirnya. Namun begitu melihat kedatangan Jiwon, Narae langsung menuruni sofa untuk menyambut sang ibu.

"Mama!" Celoteh Narae gembira. Untuk ukuran anak dua tahun, kedua kaki Narae sangat mantap berlari di atas lantai apartemen.

"Sayang," Jiwon merentangkan kedua lengannya untuk menangkap tubuh Narae yang menubruknya dengan keras.

Narae mencium kedua pipi Jiwon. Setelah bersenda gurau selama beberapa detik dengan ibunya, kepala gadis cilik itu menoleh kepada Minyoung. Senyumnya mendadak pudar. Sambil memeluk sang ibu, ia menatap Minyoung tanpa ekspresi.

Ditatap sedemikian rupa oleh Narae, dada Minyoung terasa dipukul-pukul. Wajah Narae boleh mirip dengan wajah Taehyung, namun sorot mata anak itu adalah sorot mata Hansung. Sorot mata yang begitu lembut, malu-malu, lugu, dan tanpa dosa.

"Oh, Hansung ah...." Minyoung berlutut di samping Narae. Airmatanya mengalir tanpa mampu ia bendung. Minyoung dapat melihat sosok adik lelakinya di dalam diri Narae. Dulupun, Hansung begitu manja kepada ibu mereka. Hansung kecil selalu berlari menyambut eomma setiap kali eomma pulang. Cara Narae memeluk Jiwon sama persis seperti cara Hansung memeluk eomma.

Minyoung menoleh Jiwon, "b-bolehkah aku memeluk Narae?"

Sambil menyeka airmatanya, Jiwon mengangguk. "Narae ah, ini adalah Bibi Minyoung."

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang