"Beristirahatlah dengan tenang, Anakku." Nyonya Park mengelus batu nisan milik putera bungsunya. "Eomma yakin kamu bisa melihat semua orang yang menyayangimu berada di sini untukmu."Pagi itu, Taehyung, Yoona, ayah-ibu Hansung, Minyoung, dan juga Jiwon yang datang bersama Narae, sengaja mengunjungi makam Hansung. Hari itu batu nisan yang bertuliskan Kim Taehyung baru saja diganti dengan nama Park Hansung. Kematian Hansung sudah resmi tercatat oleh negara dan Taehyung sudah kembali mendapatkan identitasnya yang asli. Semua proses itu tidaklah mudah. Ada banyak sekali prosedur yang mesti Taehyung jalani. Ia bahkan sempat dipanggil oleh pihak kampus tempat ia pernah menyamar sebagai Hansung. Untunglah setelah disidang oleh pihak intern kampus, Taehyung tidak dituntut apa-apa walaupun ia pernah mengajar di sana sebagai dosen gadungan. Pihak kampus bersedia memberikan keringanan dengan pertimbangan bahwa Taehyung tidak terbukti telah mengajarkan teori ataupun materi yang salah, dan ia juga tidak pernah memberikan nilai resmi kepada seluruh mahasiswa yang dulu diajarnya sehingga tidak ada satupun dari mahasiswa itu yang mesti mengulangi lagi mata kuliah mereka. Namun dari kasus ini, Taehyung sudah mendapatkan pelajaran berharga dari tindakannya yang sembrono itu. Ia jera. Mulai saat ini, ia bersumpah akan bersikap dan mengambil keputusan dengan lebih bijaksana lagi.
Jiwon menurunkan Narae dari dekapannya. Ia menuntun puteri semata wayangnya itu untuk meletakkan sebuah karangan bunga segar di atas makam Hansung.
Sambil memeluk anaknya, Jiwon berkata lirih, "Sung-ah, aku dan Narae datang untukmu. Aku tahu kamu bisa melihat kami berdua." Jiwon menoleh Narae dan tersenyum, "berilah salam pada ayahmu."
Narae masih terlalu kecil untuk memahami apa yang tengah dilihatnya. Ia belum mengerti apa itu makam dan mengapa mereka semua berada di sana. Tapi melihat batu nisan yang berada di dekatnya, Narae kecil dapat merasa bahwa itu adalah sesuatu yang penting untuknya dan juga untuk semua orang. Ia merasa memiliki sebuah ikatan kuat dengan batu nisan itu.
"Papa...."
Celetukan lugu Narae membuat semua orang yang mendengarnya tersentuh. Ayah dan ibu Hansung menyeka titik airmata yang terbit di pelupuk mata mereka. Begitu juga dengan Yoona dan Minyoung.
Jiwon mengerjapkan kedua matanya yang basah sambil mencium pipi Narae. "Ya, dia adalah papamu. Papa kandung Narae." Dengan penuh ketegaran, Jiwon tersenyum. "Nanti kita akan sering-sering mengunjungi makam papa, ya?"
Narae mengangguk meskipun tidak paham satupun kata yang diucapkan ibunya.
Sambil mengusap batu nisan kekasihnya yang sudah tiada, Jiwon berkata lirih, "Sung-ah, jika kelak kita bertemu lagi, aku akan selalu mengatakan padamu bahwa aku mencintaimu. Bahwa kamu adalah satu-satunya lelaki yang ada di dalam hatiku. Bahwa kita berdua memiliki seorang anak." Jiwon mesti menahan kata-katanya sejenak karena ia hampir tak kuasa membendung tangisnya. "Aku tahu kamu pasti akan begitu menyayangi Narae jika seandainya kamu sempat bertemu dengan Narae di dunia ini. Tapi bersabarlah, Sayang. Suatu hari nanti, kita bertiga pasti akan bertemu dan berkumpul kembali."
Yoona mendengarkan setiap kata yang Jiwon bisikkan kepada mendiang Hansung. Hatinya pilu bukan kepalang. Ia pernah berada di posisi Jiwon. Ia pernah kehilangan Taehyung karena 'kematian'. Bukan hanya sekali, melainkan dua kali. Ia pernah mengira ia dan Taehyung tidak akan pernah bertemu kembali. Betapa pedih dan kelamnya masa-masa itu. Masa-masa di mana ia harus melanjutkan hidup tanpa kekasih yang ia cintai. Segala keindahan dunia seakan tak ada artinya lagi. Ia hanya hidup karena ia masih memiliki Taeyoo yang harus ia besarkan. Yoona yakin, Jiwonpun begitu. Narae mungkin satu-satunya alasan bagi Jiwon untuk tetap bersikap tegar menjalani hidupnya. Sebagai sesama perempuan, hanya Yoona yang dapat mengerti hati Jiwon karena ia pernah menjadi 'Jiwon'.
Yoona mendekap lengan Taehyung. Kehadiran suaminya itu semakin bertambah berarti bagi Yoona Ia bersyukur Tuhan berbaik hati kepada mereka. Walaupun harus menempuh dan melewati segala badai cobaan yang datang beruntun, meskipun ia harus kehilangan Kitae, Yoona tak henti-hentinya bersyukur bahwa ia masih diberikan kesempatan untuk mencintai, dicintai, dan menikmati hidupnya bersama Taehyung. Hanya orang-orang yang pernah kehilangan yang tahu apa artinya sebuah kebersamaan. Yoona berjanji, ia tidak akan pernah menyia-nyiakan hidupnya bersama Taehyung dan anak-anak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]
FanfictionLim Yoona melakukan kesalahan terbesarnya saat ia bertemu dengan Kim Taehyung dalam sebuah pendakian ke kaki Gunung Everest. Setelah menghabiskan waktu bersama di sebuah negeri yang begitu asing, Yoona dan Taehyung terlibat dalam sebuah hubungan asm...