BAB 13

127 24 21
                                    

Setelah tiga hari, barulah Yoona mengetahui kalau setiap guide telah memiliki perjanjian khusus dengan para pengurus penginapan. Semua tempat yang mereka datangi memang sudah berada dalam daftar sang porter. Sebagai imbalan karena sudah membawa tamu ke tempat mereka, para guide ini mendapatkan komisi, tempat menginap, dan makanan gratis. Itulah sebabnya ia tak pernah melihat Bhisnu makan atau menginap bersama mereka. Porternya itu sudah disediakan tempat khusus, lengkap dengan makanan yang dia inginkan.

"Berapa kamar yang akan kalian sewa?" Tanya Bhisnu. Ia perlu bertanya karena kini Meylin ikut bergabung dengan rombongan mereka.

"Aku tidak keberatan untuk berbagi kamar." Celetuk Meylin.

Taehyung tahu Yoona pasti enggan menginap di kamar yang sama dengan Meylin. Diam-diam ia melirik Franz.

Franz balas melirik. Ia tahu apa yang ada di otak Taehyung. "Kalau kamu mau, kita bisa berbagi kamar." Ujarnya pada Meylin.

Meskipun ia lebih berharap bisa berbagi kamar dengan Yoona, Meylin cukup tahu diri. Ia sudah menduga kalau Yoona dan Taehyung akan tidur dalam kamar yang sama. Gadis Tionghoa itupun menerima tawaran Franz. Setidaknya ia masih bisa menghemat biaya hotel.

Penginapan yang mereka sewa sekarang adalah penginapan yang jauh lebih besar dan mewah dibandingkan dengan penginapan di Phakding kemarin. Kamar Yoona dan Taehyung pun sangat luas, lengkap dengan lemari, bufet panjang, dan sebuah cermin besar. Sayangnya, setiap kamar tidak dilengkapi dengan toilet. Di setiap lantai hanya tersedia dua toilet. Jika ingin mandi air hangat, mereka harus turun ke lantai paling bawah dan membayar sekitar 5 dollar perorang.

Taehyung langsung menjatuhkan diri ke atas ranjangnya yang sangat empuk sementara Yoona melihat-lihat pemandangan dari balik kaca jendela kamar mereka yang berjejer panjang. Satu hal yang membedakan Namche Bazaar dari desa-desa sebelumnya adalah pemandangan gunung bersalju di atas atap warna-warni. Sejak memasuki Namche, Yoona sudah dibuat terpukau oleh desa itu. Jika desa-desa lain terlihat kuno bagaikan pedesaan dari abad pertengahan, Namche Bazaar berdiri sendiri dengan segala kehidupan kota besar. Pasar, kafe, night club, toko elektronik, toko pakaian, bank serta mesin ATM berderet rapi di segala sudut.

"Yoong, aku mau tidur sebentar. Nanti malam baru kita jalan keluar." Ujar Taehyung dari atas tempat tidur.

Yoona menolehkan wajahnya, ia tersenyum dan mengangguk. "Aku mau sekalian mandi dulu." Ia masih ingat ajakan kencan Taehyung sore tadi.

"Tok. Tok. Tok." Seperti kemarin, Bhisnu muncul sambil membawa selembar menu.

"Kalian berdua mau pesan apa?" Tanyanya.

Taehyung mengecek arlojinya, "masih jam lima sore. Masa sudah mau makan lagi?"

"Ini untuk makan malam nanti. Harus sudah pesan sebelum jam enam." Jawab Bhisnu. "Penginapan ini sangat ramai, jika tidak pesan dari sekarang, kalian mungkin harus menunggu sampai jam delapan untuk makan malam."

"Kalau kami makan di luar?"

Bhisnu menggeleng, "kalian tetap harus memesan sesuatu di sini. Jika tidak, tarif kamar akan lima kali lebih mahal."

"Wah, pemerasan itu namanya." Protes Taehyung, padahal ia sendiri memang sudah tahu kalau di Everest, aturannya memang seperti itu.

Bhisnu tersenyum hambar.

"Oke, kemarikan menunya." Dengan malas, Taehyung meminta lembaran menu yang dibawa oleh Bhisnu. "Kamu mau pesan apa, Yoong? Di sini makanannya jauh lebih komplit dan... Lebih mahal."

Yoona menghampiri ranjang Taehyung. Tanpa canggung, ia duduk di samping lelaki tampan itu dan membaca menu bersama-sama.

"Harga makanannya dua kali lipat daripada di Phakding." Gumam Yoona.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang