BAB 33

137 27 49
                                    


Taehyung berpamitan dan pergi dengan begitu saja setelah makan siang usai. Wajahnya selalu menunjukkan wajah yang ceria, namun saat ia mengulurkan tangan untuk menyalami Yoona, bibirnya sempat bergetar.

"Selamat atas rencana pernikahan kalian."

"Terimakasih." Secepat ia mengulurkan tangannya, secepat itu pula Yoona menariknya kembali. Ia bersyukur karena suaranya dapat keluar tanpa terdengar parau.

Taehyung mematri wajah cantik Yoona di ingatannya sebelum ia melangkah pergi menuju mobilnya.

Sikap Taehyung yang datar semakin menambah taburan garam di atas luka Yoona. Sebelum mobil yang dikendarai oleh bekas pacarnya itu menderu pergi, ia melengos ke dalam rumah.

Sebenarnya sejak Hansung berencana untuk mempertemukannya dengan Taehyung, Yoona ingin menolak mentah-mentah rencana itu. Ia tidak mau berhadapan lagi dengan Taehyung. Ia ingin membuang semua kisah asmara mereka yang sudah lama berakhir.

Namun rasa rindu membuat kekerasan hati Yoona melemah. Ia ingin melihat Taehyung lagi. Ingin mengetahui bagaimana reaksi lelaki itu jika mereka berada di satu ruangan yang sama. Akankah Taehyung kaget, memeluknya, dan meminta maaf karena telah pergi menghilang?

Namun ternyata bukan itu semua yang Yoona jumpai. Taehyung yang baru saja ia temui bukanlah Taehyung yang dulu pernah mengganggunya, merayunya, menyebutnya dengan panggilan 'sayang', yang pernah mencium bibirnya, memeluknya erat, tidur di sampingnya, dan selalu menggenggam tangannya setiap kali mereka berjalan bersama. Taehyung yang barusan ia jumpai hanyalah seorang pemuda asing yang sama sekali tak acuh padanya.

Perasaan terluka yang menggerogoti hati Yoona semakin tak terperikan.

"Yoona, kamu mau ke mana?" Hansung yang baru masuk ke ruang tamu terheran-heran melihat Yoona menyelempangkan tasnya.

"Aku baru ingat kalau hari ini aku ada janji dengan bibi Hanee dan Hyeyoung." Yoona mengarang alasan. "Ada teman bibi Hanee yang mau pesan furnitur untuk rumah baru anaknya."

"Perlu aku antar?" Hansung menggaruk rambut. Hari ini ia sengaja mengosongkan jadwalnya demi bisa mempertemukan tunangannya itu dengan Taehyung. Hari masih sore, apa yang harus ia kerjakan jika Yoona mesti pergi secepat ini?

"Enggak perlu. Aku kan bawa mobil sendiri." Yoona menggoyangkan kunci sedannya.

"Kenapa buru-buru pulang, Yoona?" Tegur ibu Hansung yang juga baru masuk ke ruang tamu bersama suaminya.

"Saya lupa ada janji sama bibi Hanee, Bu." Yoona berpamitan pada kedua calon mertuanya.

"Eh, Ibu siapkan dulu makanan untuk kamu bawa pulang, ya."

"Enggak usah, Bu. Saya sudah kenyang." Tolak Yoona sesopan mungkin.

"Buat makan malam. Atau bisa kamu kasihkan ke Susi." Susi adalah nama pembantu di rumah Yoona.

Yoona tersenyum, "terimakasih, Bu. Tapi saya benar-benar sedang buru-buru. Lain kali saja."

Hansung dan kedua orangtuanya mengantarkan Yoona sampai depan halaman rumah.

"Hati-hati, Yoona." Hansung membukakan pintu mobil untuk tunangannya. "Kalau urusanmu dengan bibi Hanee dan Hyeyoung sudah beres, telepon aku, ya? Aku mau ajak kamu jalan. Bosan nih di rumah."

Yoona mengangguk. "Nanti aku telepon." Janjinya.

Tapi baru larut malam Yoona menelepon Hansung----sengaja agar tunangannya itu tidak jadi mengajaknya jalan ke luar.

Bukan Yoona tak mau jalan-jalan dengan Hansung. Tapi pertemuannya dengan Taehyung tadi siang telah begitu mengguncang batinnya. Perlu waktu lama bagi Yoona untuk menormalkan kembali detak jantungnya, meredakan keresahannya, dan memadamkan kobaran api kemarahan pada Taehyung.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang