BAB 39

83 23 14
                                    

Perjalanan dari Jessica Bridal menuju Toko Meubel Ryu Furniture terasa begitu menyiksa Yoona. Ada banyak yang ingin ia katakan pada Taehyung, begitu banyak pertanyaan yang ia ingin tahu apa jawabannya. Tapi pada saat yang bersamaan, ia tidak mau bicara dengan Taehyung.

"Kamu mau makan siang dulu?" Taehyung melirik jam di mobilnya. "Sudah jam sebelas."

Yoona menggeleng.

"Yoong, boleh aku tanya kamu?"

Yoona menggeleng untuk yang kedua kalinya.

Tapi Taehyung memang tidak berniat untuk mengindahkan keengganan Yoona untuk bicara padanya. "Kenapa kamu pilih Hansung?"

Yoona refleks menoleh----hanya untuk sedetik saja.

"Kalau kamu memang benar-benar membenciku, kenapa kamu justru memilih untuk menikah dengan laki-laki yang mirip sekali denganku?" Taehyung menoleh Yoona. "Bukannya kamu malah akan selalu teringat padaku setiap kali kamu melihat Hansung?"

Yoona membuang muka.

Taehyung menginjak pedal rem perlahan-lahan saat mobilnya bertemu dengan lampu merah. Ia memutar tubuhnya dan menatap Yoona, "atau kamu justru sengaja memilih Hansung karena wajah kami sama? Karena sebenarnya kamu masih mencintaiku?"

Yoona tercekat oleh pertanyaan Taehyung. Setelah membasahi kerongkongannya yang kering dengan ludah, ia menoleh Taehyung dan berkata dengan sorot mata yang seolah tersinggung, "aku memilih Hansung karena aku jatuh cinta padanya. Bukan pada wajahnya tapi pada sifat-sifatnya. Hansung menyembuhkan semua luka yang telah kamu buat. Sejak aku bertemu dan berkenalan dengan Hansung, aku berhenti mencintaimu."

Taehyung tidak langsung memercayai kata-kata Yoona. Namun dinginnya tatapan gadis itu membuatnya menghela nafas. "Hansung memang seratus kali lebih baik daripada aku."

"Jelas sekali." Yoona melipat kedua lengannya. "Untukku, kamu bahkan sudah enggak ada lagi. Yang kurasakan cuma rasa benci yang masih tertinggal."

"Kamu tidak mau memaafkanku meskipun aku sudah menceritakan kenapa aku terpaksa mengingkari janjiku padamu?"

"Tae, kalau saja empat tahun lalu kamu memberitahuku apa yang sedang kamu hadapi saat itu, apa yang membuatmu harus meninggalkanku, aku pasti bisa mengerti. Walaupun rasanya pasti sakit dan pedih sekali, aku pasti mau mencoba untuk ikhlas." Tenggorokan Yoona mendadak tersendat. "Aku bahkan mungkin... Bersedia untuk menunggumu."

Wajah Taehyung memucat seketika. Jawaban Yoona barusan sama sekali tidak ia sangka-sangka.

"Tapi kamu enggak pernah menghubungiku. Hanya beberapa kali kita bertukar email. Setelah itu kamu tidak lagi mencoba untuk berkomunikasi dengan cara apapun. Kamu hapus semua alamat email, nomor telepon, dan jejak seorang Kim Taehyung yang bisa kutemukan di dunia maya." Yoona meremas tangannya. "Apa itu caramu mencintaiku? Membuatku risau, gusar, terkhianati, dan menggantungku entah sampai kapan? Pantaskah aku diperlakukan seperti itu?" Yoona menggeleng. Ada genangan air yang tertahan di pelupuk matanya. "Tanyalah pada dirimu sendiri, apa kamu berhak untuk mendapatkan maaf dariku setelah semua yang kamu lakukan?"

"Yoona, aku memang salah." Ucap Taehyung pahit namun penuh kesungguhan. "Tapi kalau masih ada sedikit cinta yang tersisa----"

"-----Enggak ada. Enggak ada lagi yang namanya cinta." Yoona menggeleng. "Buatku, kamu sudah lama mati." Setelah menyeka airmata yang terlanjur menitik di pipinya, ia menunjuk lampu lalu lintas yang sudah berubah hijau. "Jalan, Tae. Semakin cepat aku turun dari mobilmu, semakin baik keadaannya untuk kita berdua."

Taehyung mendesah panjang sebelum menurunkan rem tangan dan menginjak pedal gas perlahan-lahan. "Yoong," bibirnya terasa begitu kering, "aku mengerti. Aku memang sudah mengkhianatimu dan meninggalkanmu begitu saja. Selama empat tahun ini, aku selalu disiksa oleh perasaan berdosa. Sering sekali aku ingin melarikan diri untuk menemuimu. Sudah enggak terhitung berapa kali aku berkhayal untuk berbuat nekat dan hidup bersamamu di Seoul. Walaupun enggak hidup serba berkecukupan, aku yakin kita pasti akan bahagia."

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang