"Kamu hamil? Serius?" Taehyung yang baru selesai mencopot kedua sepatunya sontak berdiri kaget begitu Yoona menyampaikan berita penting tersebut kepadanya.
Yoona mengangguk. "Awalnya aku kira aku cuma masuk angin atau kelelahan, tapi kemudian aku ingat aku belum mendapat haid selama dua bulan ini. Aku membeli testpack dan...," ia mengangkat bahu, "hasilnya positif."
Taehyung tertawa keras. Ia tertawa bahagia. Sangat bahagia. Ia spontan mengangkat tubuh Yoona dan menciumi kedua pipinya tiada henti.
"Tae! Taehyung! Turunkan aku." Delik Yoona. "Kamu lupa kita berada di mana?" Tolehnya pada sekeliling halaman depan rumah mereka. "Bagaimana kalau ada tetangga yang melihat?"
Taehyung nyengir. Ia lupa kalau mereka berdua masih berada di teras rumah. "Jangan marahi aku. Aku terlalu bahagia, Yoona."
"Bahagia?" Yoona menekuk bibir bawahnya.
"Iya, bahagia. Masa kamu enggak? Ini anak ketiga kita, loh."
Yoona mendengus pelan. "Tapi Taeyoo baru satu tahun. Apa jarak dia dengan calon adiknya ini tidak terlalu dekat?"
"Jarak aku dengan Hansung malah lebih dekat lagi. Mungkin cuma berbeda beberapa detik atau menit." Taehyung menyeringai. "Hansung pernah bilang dia tidak tahu siapa yang lahir lebih dulu di antara kami berdua. Tapi aku sih sangat yakin kalau aku yang lahir duluan."
Yoona melepaskan kancing teratas kemeja Taehyung. Bibir bawahnya masih ia tekuk dalam-dalam. "Aku serius, Tae. Jarak Taeyoo dengan adiknya ini benar-benar dekat. Aku bisa membayangkan bagaimana repotnya aku nanti mengurus mereka berdua. Bagaimana kalau Taeyoo tidak sengaja terabaikan? Dia masih terlalu kecil----"
"-----Yoong," Taehyung mencium tangan Yoona dan meremasnya, "kamu enggak perlu takut. Ada aku. Dulu sewaktu kamu hamil Kitae dan Taeyoo, mungkin kamu melalui semuanya seorang diri. Tapi sekarang ada aku di sini. Aku akan bantu kamu mengurus anak-anak kita. Malah aku pikir Taeyoo akan lebih bahagia karena dia akan punya adik yang bisa dia ajak bermain----apalagi kalau adiknya nanti laki-laki juga. Wah, rumah kita bakalan ramai oleh tawa anak-anak."
Yoona tersenyum kecut. "Kamu yakin anak ketiga kita ini laki-laki juga?"
"Aku tidak tahu, tapi enggak masalah apa dia laki-laki atau perempuan, aku tetap akan sangat sayang padanya."
"Kalau boleh meminta pada Tuhan, aku ingin anak ketiga kita ini berjenis kelamin perempuan karena dua anak pertama kita adalah laki-laki. Selain itu, Taeyoo pasti akan menjadi kakak yang sangat protektif pada adik perempuannya."
Taehyung tersenyum manis, "kalau anak ini anak perempuan, aku akan mengajakmu berbulan madu ke Eropa."
"Kalau ternyata yang lahir anak laki-laki lagi?"
"Cukup aku ajak liburan ke Busan saja----ke rumah Nenek Moonsook."
"Huuh!" Yoona mencubit dada Taehyung. "Enggak lucu."
Taehyung terkekeh. Rona kebahagiaan belum surut dari wajah tampannya. "Aku bercanda. Mau apapun jenis kelamin anak kita ini, aku akan tetap membawamu berbulan madu ke Eropa."
"Kapan?"
"Terserah kamu saja. Mau besok juga boleh. Kebetulan aku sudah eneg mengajar di kampus. Ingin cepat-cepat mengundurkan diri dan jalan-jalan keliling dunia."
Yoona tersenyum iba, "pelajarannya semakin sulit?"
"Sulit sekali. Aku mesti belajar dua kali lipat lebih keras daripada mahasiswaku. Heran, si Hansung kok bisa dapat otak sejenius itu? Kenapa aku enggak?"
Yoona memeluk pinggang Taehyung, "kamu juga jenius kok, Tae. Tapi di bidang lain. Kamu ini dokter hewan, bukan ahli Matematika. Kalau almarhum Hansung harus berpura-pura menjadi dokter hewan, belum tentu dia bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]
FanfictionLim Yoona melakukan kesalahan terbesarnya saat ia bertemu dengan Kim Taehyung dalam sebuah pendakian ke kaki Gunung Everest. Setelah menghabiskan waktu bersama di sebuah negeri yang begitu asing, Yoona dan Taehyung terlibat dalam sebuah hubungan asm...