BAB 8

166 29 26
                                    

Keesokan paginya, Yoona terbangun lebih dulu karena alarm ponselnya berbunyi nyaring. Ia merasa heran mendapati sebuah pad pemanas menempel di dadanya. Ia ingat betul tidak pernah menaruh pemanas di atas dada. Ia refleks menoleh Taehyung. Masakah pemuda itu yang menaruhnya? Tapi tidak ada siapa-siapa lagi di kamar itu selain mereka berdua. Lancang sekali si Taehyung!

Tapi Yoona tidak langsung naik darah apalagi menuduh Taehyung yang bukan-bukan. Ia yakin pemuda itu pasti memiliki penjelasan yang masuk akal.

"Taehyung, bangun. Sudah jam setengah lima." Yoona duduk di tepi ranjang. Rambutnya yang panjang tergerai sedikit berantakan.

Taehyung mengulat-ulat di dalam selimutnya.

"Sudah jam setengah lima. Semalam kamu bilang kita mau berangkat jam enam?" Yoona melepas kedua kaus kakinya dan mengeluarkan dua buah pemanas yang sejak semalam menempel di telapak kakinya.

"Kamu enggak kedinginan lagi?" Taehyung menghadap Yoona. Lengannya yang gagah menyokong kepalanya.

"Masih kedinginan, tapi kita harus berangkat, kan?" Yoona bangkit berdiri. Ia mengambil peralatan mandi dan mengalungkan selembar handuk fiber tipis di pundaknya.

"Dingin-dingin begini mau mandi?"

"Enggak. Cuma mau cuci muka dan gosok gigi." Yoona membawa satu setel pakaian bersih yang tadi malam ia taruh di atas satu-satunya meja yang ada di kamar itu. Ia menenteng semuanya keluar dari kamar tidur.

Ditinggal pergi oleh Yoona, Taehyung melanjutkan tidurnya.

Sekitar sepuluh menit kemudian Yoona kembali masuk. Ia sudah berpakaian rapi; kaus, sweater turtleneck, dan sepasang celana gunung yang kemarin ia pakai. Gadis cantik itu duduk di atas lantai kamar untuk menyisir rambut dan berdandan.

Karena tempat Yoona bersila kaki begitu dekat dengan ranjangnya, Taehyung asyik saja menonton gadis itu memakai pelembab, bedak, sunscreen, dan mengulas bibirnya dengan lipbalm. Semakin dilihat, Taehyung semakin mengagumi kecantikan gadis itu. Segala harum yang tercium dari arah Yoona membuatnya bertambah betah untuk memandangi si jelita lama-lama.

Yoona melirik, "kamu enggak bersiap-siap? Apa mau ditinggal saja?"

"Sebentar lagi."

"Mau tunggu apa lagi?"

"Mau tunggu kamu beres dandan."

Yoona melihat Taehyung tersenyum-senyum menatapnya. Ia mengambil kuas blush on miliknya dan mencocol ujung hidung Taehyung.

"Ugh, geli, Yoong." Taehyung mengelak sambil cengengesan.

"Cuci muka sana." Perintah Yoona.

"Aku mau lihat kamu dandan dulu."

"Kenapa mau lihat-lihat segala? Mau belajar dandan, hah?"

"Kepingin saja lihat gadis cantik sedang berdandan." Jawab Taehyung.

"Aku sudah beres, kok." Yoona memasukkan kembali semua peralatan make up-nya ke dalam sebuah kantung kecil dan menjejalkannya ke dalam ransel.

Taehyung berdiri. Sebelum pergi, ia mengusap puncak kepala Yoona dengan lembut. Entah apa maksudnya.

Setelah Taehyung keluar kamar, Yoona kembali menyisiri rambutnya dengan perasaan heran. Perlakuan Taehyung kepadanya bukan seperti perlakuan orang yang baru kenal selama tiga hari. Sikap Taehyung bahkan jauh lebih romantis daripada semua mantan pacarnya. Apakah Taehyung memang suka padanya?

Pipi Yoona mendadak terasa panas. Tidak mungkin, ah. Sanggahnya sendiri. Taehyung memang konyol dan suka menggombal. Mungkin Taehyung bersikap manis dan hangat kepadanya karena hanya dirinyalah satu-satunya perempuan di rombongan mereka. Mungkin jika ada gadis lain, Taehyung akan menempel juga pada mereka.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang