BAB 28

96 24 18
                                    

Hansung memencet bel. Ia menunggu selama beberapa detik sebelum pintu itu terbuka untuknya.

"Klik."

Hansung terkesiap. Ia terdiam dan terperangah saat memandang lelaki yang baru saja membukakan pintu untuknya. Rasanya seperti tengah berdiri di depan sebuah cermin raksasa. Wajah yang ia lihat adalah wajahnya.  Dan juga tubuhnya. Hanya saja Hansung yakin ia tidak mempunyai kaus oblong tanpa lengan berwarna abu seperti yang tengah dipakai oleh lelaki itu. Tidak juga celana pantai selutut seperti yang tengah ia pandangi saat ini.

"Silahkan masuk." Berbeda dari reaksinya sendiri, lelaki yang begitu mirip dengannya itu tidak kelihatan terkejut. Dia tersenyum kecil dan membukakan pintu apartemennya lebar-lebar.

"Taehyung?" Hansung menyapa ragu-ragu. Dasar bodoh, sudah tentu namanya adalah Taehyung, kecuali kalau ternyata kami mempunyai saudara kembar ketiga yang belum pernah aku dengar.

Taehyung mengangkat bahu dengan gaya santai, "itulah nama yang diberikan oleh kedua orangtuaku. Masuklah, kamu kelihatan kaget."

Hansung berdehem. Taehyung jelas-jelas sedang menertawakan rasa kikuk dan canggung yang muncul di wajahnya. "Ya, aku memang kaget. Soalnya baru kali ini aku melihat wajahku menempel di tubuh orang lain."

Taehyung tertawa kecil, "sama, aku juga." Ia menutup pintu setelah Hansung masuk ke dalam ruang tamu apartemennya. "Kamu mau minum apa? Tapi jangan berharap disuguhi secangkir kopi. Aku enggak punya kopi. Enggak suka."

"Oh ya?" Hansung memutar batang lehernya, "berarti kita punya satu perbedaan. Aku justru sangat suka kopi."

Taehyung berjalan menuju meja dapurnya, "aku punya minuman soda, kamu mau?"

Hansung menggeleng, tapi kemudian ia mengangguk. Ia memang tidak begitu suka soda, tapi rasanya tidak baik terlalu pilih-pilih di rumah orang lain, walaupun orang itu adalah saudara kembarnya sendiri.

"Kamu enggak suka minuman ringan, ya?" Taehyung memerhatikan tingkah adik atau kakak kembarnya itu. "Mau dibuatkan teh saja?" Ia mengambil satu kotak teh celup setelah melihat Hansung menganggukkan kepala.

"Aku kurang suka gula. Takut kena diabetes." Hansung memberi alasan mengapa ia bukan penggemar  minuman bersoda.

Taehyung mendengus geli, "kamu kebalikan dari aku. Aku malah suka gula atau semua yang manis-manis. Apalagi perempuan berwajah manis."

"Hmm?"

Menilik mimik muka Hansung yang berkerut bingung mendengar kelakarnya, Taehyung sadar kalau saudaranya itu tidak begitu pintar bercanda. "Nevermind." Ujarnya. "Aku tebak, kamu lebih suka teh tawar daripada teh manis?"

Hansung mengangguk. Saat Taehyung sibuk membuatkan minuman dan mengeluarkan cemilan ringan untuknya, Hansung melihat-lihat sekeliling apartemen Taehyung. Apartemen itu tidak terlalu besar tapi juga bukan berukuran studio. Sebuah balkon menempel di sisi kiri----menyuguhkan pemandangan jalan raya Seoul dari lantai tujuh belas.

Tidak banyak barang-barang pribadi yang dipajang di ruangan apartemen itu. Semua furnitur dan lukisan yang menempel di dinding terlihat seperti barang-barang yang dijual bersama apartemen tersebut.

"Ini bukan apartemen milikku." Taehyung seolah bisa membaca apa yang dipikirkan oleh Hansung. Ia membawa mug berisi teh tawar panas dan menyerahkannya pada Hansung. "Apartemen ini adalah akomodasi yang disediakan oleh Wild Geo untukku."

"Kamu bekerja untuk Wild Geo, ya?" Karena teh yang disuguhkan untuknya masih terlalu panas, Hansung hanya memegangi mugnya tanpa meminumnya.

"Duduklah." Dengan santai, Taehyung menjatuhkan pantatnya di atas sofa ruang tamu apartemennya yang berwarna abu-abu terang. "Ya, aku bekerja untuk Wild Geo. Tapi bukan sebagai pegawai tetap. Mereka cuma merekrutku kalau mereka punya proyek baru."

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang