BAB 22

158 29 29
                                    

Sebelum melanjutkan perjalanan menuju Lobuche, Taehyung menempelkan dua buah foto di salah satu dinding restoran penginapan. Foto pertama adalah foto ia, Yoona, Bhisnu, dan juga pemilik losmen beserta isterinya. Foto itu diambil saat ultah Yoona dua hari lalu. Dan foto kedua adalah fotonya bersama Yoona saat mereka berada di Nangkartsang Peak untuk aklimatisasi kemarin. Di kedua foto itu, Yoona terlihat begitu bahagia.

Taehyung memandangi foto-foto mereka sambil tersenyum. Untuk selamanya, Dingboche akan selalu menjadi tempat istimewa untuk Yoona dan dirinya. 

"Kita berangkat sekarang?" Yoona mengulurkan tangannya untuk disambut oleh Taehyung.

Taehyung menoleh dan mengangguk. Sambil menggenggam tangan Yoona, ia berpamitan pada pemilik penginapan dan isterinya.

Hari demi hari pun berlalu. Lobuche, Gorak Shep, dan akhirnya mereka sampai juga di Everest Base Camp.

Pagi-pagi sekali Taehyung dan Yoona mendaki mata kaki Gunung Everest untuk melihat matahari terbit. Di sana, suhu udara sudah menyentuh titik 3 derajat Celsius. Dinginnya bukan main. Namun hati Taehyung dan Yoona malah terasa hangat.

Sambil menatap wajah sang batara surya, Yoona merebahkan kepalanya ke dada Taehyung. Pemandangan yang begitu indah itu sungguh menggugah perasaannya. Ia benar-benar bahagia. Meskipun puncak Gunung Everest masih ribuan meter di luar jangkauan tangannya, bagi Yoona itu semua tidak penting. Ia sudah merangkul dunianya sendiri.

Taehyung mendekap Yoona dan mengecup kepala gadis itu yang terbungkus topi wol imitasi yang ia belikan sewaktu mereka berdua berada di Namche Bazaar beberapa hari lalu.

"Aku berharap, waktu bisa berhenti dan kita bisa seperti ini selamanya." Bisik Taehyung.

Yoona mengangguk setuju. Setelah ini, mereka berdua akan kembali menuruni kaki Gunung Everest, kembali menelusuri jalan yang pernah mereka lalui. Mereka akan kembali melewati Dingboche, tempat di mana Taehyung dan dirinya memadu kasih yang paling manis. Walaupun masih merasa malu-malu, ia akan menginjakkan kaki di Dingboche dengan perasaan romantis yang lebih syahdu lagi. Desa kuno yang dikelilingi oleh bukit dan Pegunungan Himalaya itu telah menorehkan kisah dan sejarah dalam hidupnya. Selamanya, Yoona tidak akan pernah melupakan desa itu. Penginapan itu. Kamar itu.

Ketika matahari sudah menampakkan wujudnya yang sempurna, Taehyung berkata pada Yoona, "kamu mau menancapkan bendera di sini?"

"Oh iya. Hampir saya aku lupa." Yoona langsung teringat pada janji yang telah ia buat bersama Hyeyoung. Ia melepaskan diri dari dekapan Taehyung dan mengambil sehelai bendera Korea Selatan dari dalam tas ranselnya.

"Kita pasang di sana." Taehyung menunjuk sebuah tempat di mana berjejeran belasan bendera dari berbagai negara. Ia membantu Yoona menegakkan panji Korea Selatan setelah mendapatkan sebuah tiang kayu yang entah darimana Bhisnu peroleh.

Melihat bendera Korea Selatan berkibar-kibar dengan gagahnya di kaki puncak dunia, hati Yoona pun mengharu biru. Ia teringat akan perjuangannya mencapai tempat ini. Rasa dingin, rasa lelah, rasa nyeri, sakit, semuanya seolah terbayar lunas. Ia telah berhasil berdiri di tempat paling tinggi yang bisa ia pijak. Tak terasa airmata bangga serta bahagia pun meleleh di pelupuk mata Yoona.

"Klik!" Taehyung memotret Yoona yang sedang menatap bendera negara mereka dengan penuh keharuan. Ia tersenyum.

"Kamu mau bilang sesuatu pada Hyeyoung?" Tanya Taehyung yang masih memegangi kamera ponselnya. "Nanti kita kirim video ini ke sepupumu itu."

Yoona mengangguk penuh semangat. Ia mengeluarkan selembar kertas HVS yang sudah sejak semalam ia tulisi dengan kata-kata, 'HYEYOUNG, AKU TUNGGU KAMU DI SINI!'

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang