BAB 20

157 27 18
                                    

Yoona hanya mampu memejamkan mata sebentar. Sampai subuh menjelang, ia tak sanggup mengistirahatkan pikirannya yang berlarian ke mana-mana.

Taehyung tertidur di sampingnya. Lelap tanpa busana. Tanpa kain atau benang sehelaipun juga. Lelaki itu tidur kelelahan seolah-olah ia baru saja menaklukkan puncak Gunung Everest.

Yoona hanya sanggup menatap Taehyung tanpa berani membangunkannya. Lelaki itu begitu tampan, begitu gagah luar biasa. Dan begitu perkasa. Tapi Yoona malah ingin menangis.

Yoona tidak marah meskipun Taehyung sudah mencuri apa yang belum boleh menjadi milik lelaki itu. Tapi mencurikah namanya jika Yoona tidak dipaksa untuk menyerah? Mereka berdua tidak mabuk, ia sendiri pun sadar dengan apa yang mereka perbuat. Itulah sebabnya ia tidak bisa marah pada Taehyung.

Lalu untuk apa ia malah ingin menangis? Karena Taehyung sudah menidurinya? Karena kini ia sudah bukan perawan lagi? Karena ia sudah ternoda? Karena ia sudah menyerahkan kegadisannya kepada seorang pemuda yang baru satu minggu ini dikenalnya? Karena mereka berdua sudah berbuat dosa?

Yoona beringsut. Ia meringis. Perih. Sakit. Sambil memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya kembali, Yoona perlahan-lahan pergi tanpa ingin membuat Taehyung terbangun.

Ia memakai kamar mandi di luar untuk membasuh dan membersihkan diri. Sebentar lagi penginapan akan ramai oleh para pendaki yang bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Yoona tak mau mereka semua melihatnya dalam keadaan seperti ini.

Usai mandi, Yoona tidak ada keinginan untuk kembali ke kamar yang ia sewa bersama Taehyung. Ia belum siap untuk menghadapi lelaki itu.

Dengan rambut yang masih tergerai basah, Yoona keluar dari dalam penginapan. Ia berjalan kaki menyusuri desa tanpa tahu ke mana ia akan menuju. Sinar matahari pagi yang malu-malu menyembul dari balik Pegunungan Himalaya memberikan sedikit kehangatan bagi tubuhnya yang hampir saja membeku kedinginan.

Dengan hanya memakai sendal gunung, Yoona berjalan melewati deretan tenda-tenda kecil para pendaki yang tidak memanfaatkan jasa penginapan di sana. Mungkin para pendaki itu baru turun dari Puncak Everest, atau mungkin juga hendak menuju ke sana.

Yoona tak memerhatikan sudah sejauh apa ia berjalan, ia juga tak menghiraukan sapaan orang-orang setempat dan juga para pendaki yang sudah memulai kembali perjalanan mereka. Sampai ia tiba di batas desa.

Nafas Yoona mulai tersengal-sengal. Ia memandang lembah dan juga tebing curam di sampingnya. Ada keinginan untuk melompat ke dalam jurang. Namun tebing tempatnya berpijak tidak terlalu tinggi. Ia tidak mungkin akan mati, mungkin cuma luka-luka atau menjadi cacat.

Yoona mencubit lengannya sendiri. Untuk apa ia ingin terjun? Untuk mati konyol? Ia belum mau mati. Dan mengapa ia mesti mati? Karena kini ia bukan Yoona yang dulu? Bukan Yoona yang masih suci bersih?

Taehyung telah mengubahnya menjadi seorang wanita. Wanita dewasa yang sudah paham akan arti cinta yang sesungguhnya. Seorang wanita yang mengerti dan telah menikmati sentuhan seorang lelaki. Wanita yang tidak akan mungkin bisa kembali ke masa kanak-kanak yang lugu dan polos. Wanita yang takkan memandang cinta dengan cara yang sama lagi.

Menyesalkah ia?

Yoona memandang matahari dengan lantang. Ia memejamkan kedua matanya dan membiarkan sang surya menghangatkan tubuhnya. Namun tiba-tiba saja ia teringat akan Taehyung. Teringat akan belaiannya, kecupannya, sentuhannya. Taehyung telah meninggalkan jejak permanen di tubuhnya. Sesuatu yang akan tetap abadi sampai kapanpun.

Menyesalkah ia?

Yoona membuka kedua matanya. Ia sadar, ia tidak menyesal. Ia mencintai Taehyung. Mereka memang baru sesaat bertemu dan berkenalan. Baru beberapa hari merajut cinta. Cinta yang konyol tapi seru. Cinta yang membuatnya tersenyum dan selalu ingin tertawa. Tapi cinta itu juga yang menjerumuskannya ke dalam pelukan Taehyung, ke dalam dekapan lelaki itu. Dekapan yang panas dan membuatnya tak ingin berlari ataupun menghindar. Dan cinta yang ia rasakan kepada Taehyung ini bukan sembarang cinta. Bukan cinta monyet seperti yang dulu-dulu ia rasakan kepada semua mantan pacarnya. Cinta ini nyata. Ia tulus mencintai Taehyung dari lubuk hatinya yang terdalam.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang