BAB 101

77 17 16
                                    

Karena tidak mau terjadi keributan yang tak perlu, ayah Hansung menyarankan agar Taehyung dan Yoona pulang saja dari rumah sakit. Jika ada apa-apa dengan isterinya, ia sendiri yang akan mengabari mereka berdua.

Setibanya di rumah, Taehyung masih kelihatan terpukul. Ia bahkan hanya mengangguk-angguk saja saat Susi memberi laporan tentang apa yang Taeyoo dan Yoomi lakukan sebelum kedua bocah itu terlelap tidur.

Yoona yang memahami betul apa yang tengah mengusik perasaan suaminya itu segera membuatkan satu mug susu hangat untuk Taehyung dan menyuruh Susi untuk lekas beristirahat di kamar.

"Tae, jangan jadikan ini semua sebagai beban yang menyiksa batinmu." Yoona mengusap-usap lengan Taehyung dan memeluknya di sofa ruang TV. "Operasi eomonim sudah berjalan lancar. Sebaiknya kamu doakan saja agar eomonim segera sembuh."

"Tapi aku memang bersalah, Yoong. Ini bukan cuma soal penyakit eomma, tapi sekarang aku benar-benar sadar kalau apa yang aku lakukan selama ini tidak membawa kebaikan untuk siapapun." Taehyung menolehkan wajahnya untuk menatap Yoona. "Aku berdosa pada Hansung. Dia adalah saudara kembarku, tapi aku malah...." Taehyung menghela nafas yang terdengar begitu berat. "Benar apa kata Minyoung, aku sudah menginjak-injak Hansung. Bahkan kematiannya pun tidak mendapatkan penghormatan yang semestinya dia dapatkan. Itu semua gara-gara ulahku, Yoong. Dan sekarang eomma sampai jatuh sakit gara-gara aku. Bagaimana batinku bisa tenang?"

"Tae," sambil memeluk sebelah lengan Taehyung, Yoona menyibakkan rambut depan suaminya itu dengan lembut, "aku senang kamu telah menyadari betapa salahnya sandiwara ini. Tapi cukupkan sampai di sini saja. Kamu memang wajib meminta maaf pada eomonim, pada Minyoung eonnie, dan terutama kepada Hansung. Tapi berhentilah menyiksa diri sendiri dengan perasaan berdosa. Itu semua tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik lagi. Tidak akan membuat Hansung kembali. Aku dan abeonim tahu kalau niatmu tidak jahat. Dan sekarang akhirnya kita bisa terbebas dari sandiwara ini. Kita syukuri saja itu." Dagu Yoona yang lancip bertelekan pada bahu Taehyung.

Taehyung menyandarkan kepalanya ke kening Yoona. Ia sama sekali tidak menyahut. Hanya bunyi nafasnya saja yang sesekali terdengar di telinga Yoona.

_______________________________________


Walaupun ia berusaha meyakinkan diri kalau ancaman Minyoung hanya spontanitas belaka, Yoona tetap merasa tidak enak hati. Ia mengenal kakak perempuan Zayn itu luar dalam. Ia yakin Minyoung tidak main-main dengan ancamannya kepada Taehyung kemarin malam.

Untuk menenangkan hatinya, keesokan paginya setelah mengurusi keperluan anak-anaknya, Yoona kembali mengunjungi rumah sakit tempat ibu Hansung dirawat. Ia pergi ke sana seorang diri karena Taehyung sedang berada di toko meubel milik mereka.

Yoona menghela nafas lega saat ia hanya mendapati ayah Hansung yang berada di kamar rawat.

"Selamat pagi, Abeonim." Dengan sopan, Yoona memberi hormat pada bekas ayah mertuanya. "Bagaimana keadaan eomonim?" Ia berbisik sambil melirik ibu Hansung yang sedang pulas di atas ranjang rumah sakit.

"Eh, Yoona," balas ayah Hansung. Pria berkacamata itu menaruh ponsel yang sedang ia mainkan ke atas sofa di sampingnya dan membiarkan Yoona membungkukkan badan untuk memberi hormat kepadanya, "Puji Tuhan, ibu mertuamu baik-baik saja. Dia sedang tidur karena efek obat. Duduklah." Ia menggeser posisi tubuhnya.

"Terimakasih, Abeonim." Tanpa rasa canggung, Yoona duduk tepat di samping ayah Hansung. "Abeonim sudah sarapan? Saya bawakan dosirak dan sedikit kue untuk Abeonim dan Minyoung eonnie. Oh ya, di mana eonnie?" Tanyanya berbasa-basi. Sebenarnya orang yang paling tidak mau Yoona temui pagi itu adalah Minyoung. Selain untuk mengetahui kondisi teranyar ibu Hansung, tujuannya datang ke rumah sakit hanyalah untuk menemui bekas ayah mertuanya ini---bukan untuk bertemu dengan mantan kakak iparnya itu.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang