BAB 65

93 19 18
                                    

Taehyung melipat baju dan juga celananya sebelum memasukkan semuanya ke dalam koper yang tergolek di atas ranjang hotel.

Ia memandangi isi kopernya yang tidak seberapa banyak itu. Besok sore ia akan kembali ke Boston, kembali ke kesehariannya sebagai dokter hewan dan juga kru televisi. Entah akan ke negara mana lagi kakinya melangkah bersama Wild Geo. Taehyung tiba-tiba saja merasa lelah berkeliling dunia. Ia hanya ingin pulang.

Taehyung duduk di samping kopernya. Jika dulu ia tidak ingin terikat di satu tempat dan selalu ingin terbang bebas, sekarang ia malah ingin menetap di satu rumah. Namun sayang, rumah yang ia tinggali sekarang tidak lagi terasa seperti rumah. Tak peduli sebagus apapun apartemennya, hati Taehyung selalu saja sepi, ia selalu merindukan satu perempuan.

Namun sayang, perempuan itu tidak ditakdirkan untuk menjadi teman hidupnya.

Seringkali Taehyung bertanya-tanya apa maksud dari eksistensi dirinya di dunia ini. Jika tahu hidupnya akan menyedihkan seperti sekarang, lebih baik waktu itu ia mati saja setelah diterjang oleh peluru para perompak dan terbawa arus Sungai Amazon. Atau mungkin seharusnya ia tidak pernah keluar dari Japimamo. Meskipun ia tidak mencintai Yanu, mungkin akan lebih baik jika ia menikah dengan wanita itu dan menjadi pemimpin sebuah desa primitif di tengah jantung Hutan Amazon.

Setidaknya ia tidak akan hilang arah seperti ini.

Taehyung memandangi telepon genggamnya. Foto yang terpajang di sana masih tetap foto yang sama seperti dua tahun yang lalu. Masih foto seorang Lim Yoona. Meskipun ia telah berganti-ganti ponsel, wallpaper yang ia pasang tidak pernah berubah.

Dan seperti itu juga hatinya. Ia telah kehilangan Yoona dua kali, namun cintanya untuk wanita itu tidak pernah hilang, tidak pernah surut atau terkikis oleh waktu. Cinta dan kasih sayangnya masih tetap menggelora seperti saat pertama kali mereka berdua jatuh cinta di Everest----hampir enam tahun yang lalu.

Melihat senyum manis Yoona yang menghiasi layar ponselnya, kerinduan Taehyung kepada bekas kekasihnya itu tiba-tiba saja tak tertahankan lagi. Tanpa berpikir panjang, ia menekan nomor telepon Yoona.

Malam belum begitu larut. Belum ada jam sembilan malam. Taehyung tidak tahu di manakah Yoona berada sekarang ini. Apakah masih berada di toko, sudah tiba di rumah, atau sedang bercengkrama bersama Hansung dan juga Taeyoo? Yang Taehyung tahu, ia rindu pada wanita itu. Pada Yoona.

Yoona merasa ponsel yang berada di dalam saku celananya bergetar. Saat itu ia sedang berada di rumah Bibi Hanee----sedang membantu membereskan piring dan gelas bekas para pelayat yang masih juga mendatangi rumah mendiang pamannya meskipun sang paman sudah dikuburkan sejak kemarin siang.

"Biar saya yang membereskan semuanya. Nona Yoona istirahat saja." Bibi Daejung mengambil gelas-gelas kotor dari tangan Yoona dan menaruh semuanya ke dalam sebuah wadah besar. "Sejak tadi siang Nona Yoona belum ada istirahat. Nanti Nona bisa sakit."

Karena ponselnya terus saja bergetar, Yoona menuruti saran Bibi Daejung. Ruang tamu dan ruang keluarga yang masih ramai oleh kerabat dan juga teman-teman Bibi Hanee dan anak-anaknya membuat Yoona langsung naik ke lantai dua. Di atas anak tangga, ia mengecek ponselnya. Siapa yang meneleponnya? Apakah Hansung? Suaminya itu tidak ikut datang ke rumah Bibi Hanee. Ada urusan penting katanya.

Yoona terkesiap begitu melihat nama dan foto Taehyung di layar ponselnya. Ia setengah berlari kecil menaiki anak tangga. Baru setelah ia masuk ke dalam kamar Hyeyoung, Yoona baru berani mengangkat telepon dari Taehyung.

"Tae," suara Yoona begitu tegang.

"Yoong," ada kelegaan sekaligus kerinduan yang terdengar dari desahan nafas Taehyung saat teleponnya diangkat oleh sang jantung hati.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang