BAB 21

117 21 18
                                    

Setelah hari itu, perjalanan menuju kaki Gunung Everest tidak lagi menjadi penting bagi Yoona. Ia hanya ingin bersama dengan Taehyung. Hanya ingin melewati detik demi detik bersama lelaki itu.

Taehyung sudah memiliki segala yang ada dalam dirinya. Perlahan-lahan Yoona pun menjadi takut kehilangan Taehyung.

Yoona menyandarkan kepalanya di bahu Taehyung. Menu sarapan yang disediakan oleh pihak resto tidak begitu menggugah seleranya.

"Makanlah, Yoona." Taehyung menyendok waffle krim vanilla dan menyuapkannya ke mulut Yoona. Sejak tadi pacarnya itu hanya sedikit saja mencicipi makan pagi yang mereka pesan.

"Tae, aku merasa begitu lemas. Kita tidak usah berangkat ke Lobuche hari ini, ya?" Dengak Yoona.

Taehyung menatapnya. Wajah Yoona yang biasa merona cerah memang terlihat lebih pucat pagi itu. Ia mengangguk khawatir, "kamu sakit? Pusing dan mual lagi?"

Yoona tidak yakin ia jatuh sakit seperti kemarin, tapi rasanya ada yang salah dengan tubuhnya.

"Mau istirahat di kamar?" Tanya Taehyung.

Yoona menggeleng. Kamar mereka dingin. Dan ia pasti akan terbayang akan kejadian semalam saat Taehyung menyentuhnya, mencumbunya, dan membuatnya menyerahkan segala-galanya.

Yoona tidak trauma, ia hanya merasa sedikit jengah setiap kali teringat betapa intimnya mereka semalam. Ia masih tidak percaya kalau Taehyung mampu mendobrak dan menghancurkan segala norma dan prinsip yang selama ini ia pegang teguh.

Ah, cinta memang luar biasa.... Luar biasa lancang.

Taehyung menghentikan makannya. Ia mengelus, meremas, dan memijati tangan kiri Yoona yang sedari tadi digenggamnya erat. "Apa yang harus kulakukan agar kamu bisa merasa lebih baik? Mau duduk-duduk di luar? Cuaca pagi ini benar-benar cerah. Kita bisa berjemur dan menghangatkan diri di beranda penginapan."

Yoona menoleh ke luar jendela restoran. Ia bisa melihat deretan pegunungan Himalaya di seberang matanya. Jika ia tidak salah, yang sedang ia pandang ini adalah Gunung Annapurna. Betapa indahnya gunung yang diselimuti oleh salju abadi itu. Betapa kokoh dan tegaknya gunung tersebut, tak pernah kalah runtuh oleh waktu.

Yoona kembali menoleh Taehyung. Pemuda itu tengah menatapnya dengan cemas dan penuh rasa bersalah. Yoona menyadari bahwa saat ini rasa cintanya kepada Taehyung semakin bertambah dalam, semakin meluap seperti sebuah geyser. Rasanya, ia seperti baru pertama kali mengenal cinta.

"Kita jalan-jalan di luar, yuk." Kali ini Yoonalah yang mengajak.

Taehyung mengangguk dengan senang. Ia berdiri dan mengambil jaket yang teronggok di sampingnya. Ia memakaikan jaketnya itu untuk Yoona. "Angin di luar cukup kencang." Bisiknya lembut.

Jaket yang dipakai Yoona sekarang adalah jaket merah yang selama ini dikenakan oleh Taehyung. Jaket itu terasa dua kali lebih besar dari jaketnya sendiri, lebih tebal, lebih nyaman, dan memberikan kehangatan yang tak pernah jaket miliknya sendiri berikan. Sesuatu tentang jaket itu membuat Yoona merasa begitu damai dan tenang. Baru sedetik kemudian ia menyadari, perasaan damai itu berasal dari harum tubuh Taehyung yang tertinggal di jaket tersebut. Harum tubuh yang begitu disukai oleh Yoona.

"Yoong," sambil berjalan-jalan di pekarangan penginapan, Taehyung meremas-remas tangan Yoona, "kamu mau kan menungguku sampai bulan Juli atau Agustus?"

Yoona mengangguk. Taehyung sudah mengatakan padanya bahwa dia akan segera pindah ke Seoul dan mulai saat itu mereka tidak akan pernah berpisah. Taehyung akan menikahinya. Tidak sekarang memang, tapi satu atau dua tahun lagi. Namun selama itu, mereka berdua tidak akan berpisah, tidak perlu hidup berjauhan. Jika menuruti kata hatinya, tentu Yoona ingin pulang ke Seoul bersama Taehyung, ia tak mau berpisah dari kekasihnya ini meskipun hanya untuk sehari saja. Tapi ia tidak berdaya apa-apa. Taehyung harus membereskan semesternya di Boston. Begitu juga dengan dirinya.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang