BAB 41

143 23 30
                                    

"Yoona, bisa tolong bawakan baju dan perlengkapan Nenek di rumah?" Nenek Yoona memegang tangan cucunya yang sedari tadi duduk di sampingnya. "Tadi semua terburu-buru antar Nenek ke rumah sakit, tidak ada satupun yang ingat untuk membawa perlengkapan untuk Nenek di sini."

"Bibi Yeongja saja yang ambilkan ya, Nek? Biar diantar oleh Tae----Hansung." Yoona merasa enggan jika mesti pulang ke rumah neneknya bersama Taehyung.

"Jangan. Masa Hansung cuma kamu jadikan supir?" Nenek menggeleng. "Sekalian saja kalian makan malam dulu di rumah. Hansung pasti sudah lapar. Biar kamu telepon Haejin untuk belikan makanan tambahan, jadi begitu kalian sampai di rumah, makanannya sudah ada."

Yoona masih tampak keberatan, tapi ia tahu konsekuensi apa yang mesti dihadapinya jika sampai membantah, apalagi menolak keinginan neneknya.

Akhirnya dengan pasrah, Yoona pergi juga ke rumah neneknya bersama Taehyung.

"Yoong, boleh aku tanya satu hal lagi sama kamu?" Begitu mobil mereka keluar dari pelataran rumah sakit, Taehyung langsung mengeluarkan unek-uneknya. "Kamu sudah pernah tidur dengan Hansung?"

Tersinggung, Yoona refleks menoleh Taehyung tajam. Wajahnya merah padam. Tanpa perlu menjawab, ia mendengus dan buang muka.

Melihat reaksi Yoona, Taehyung menelan ludah. "Aku minta maaf."

"Pertanyaan kamu memang sangat kurang ajar." Yoona menggeram marah. "Begitu sampai rumah nenek, kamu langsung balik ke Seoul. Enggak usah tunggu aku. Aku bisa minta salah satu supir toko untuk antar aku ke rumah sakit."

"Yoong, aku bukan minta maaf karena pertanyaanku tadi," sambil menyetir mobil, Taehyung melirik Yoona, "tapi aku minta maaf karena aku sudah menodai kamu di Everest dulu."

Yoona tercekat. Wajahnya mendadak terasa panas dan menjadi dua kali lebih merah. Bayangan malam di Dingboche empat tahun lalu mau tidak mau membakar ingatannya seperti sebuah api unggun yang tengah menyala terang.

Taehyung beberapa kali menoleh Yoona. Gadis itu masih memalingkan wajahnya dan diam seribu bahasa. Hati Taehyung pun kembali dirajam oleh selaksa penyesalan.

"Yoong, tadi aku enggak sengaja menguping obrolanmu dengan nenekmu." Taehyung terdiam sesaat, mencoba untuk memilah kata-kata yang tepat untuk dikatakan kepada Yoona. "Apa... Nenekmu tahu kalau kamu sudah enggak----"

Yoona melotot pada Taehyung. "Aku enggak tahu kamu menguping bagian mana tapi urus saja urusan kamu sendiri. Antara kita berdua sudah enggak ada hubungan apa-apa lagi." Ia mendengus keras. Hatinya sangat jengkel. "Satu hari yang aku habiskan denganmu ini jauh lebih menyebalkan daripada sepanjang tahun yang telah aku lewati bersama Hansung."

"Yoong,"

"Diam, Tae. Kepalaku sakit mendengar ocehanmu." Yoona memijat-mijat keningnya. Hatinya tengah berdebar-debar risau. Bukan karena pertanyaan Taehyung yang menyinggung tadi, tapi ada hal lain. Semakin dekat mereka dengan rumah neneknya, semakin gelisah ia dibuatnya.

Taehyung menghela nafas dan mengunci bibirnya meskipun ada seribu satu hal yang masih ingin ia tanyakan pada Yoona.

Begitu sampai di rumah neneknya, Yoona cepat-cepat turun. "Kamu enggak usah ikut masuk. Langsung pulang saja ke Seoul!" Perintahnya sambil membanting pintu.

Tapi bukannya pergi, Taehyung malah ikut turun. "Yoong,"

"Dasar tuli!" Gerutu Yoona sambil masuk ke halaman depan rumah neneknya tanpa memedulikan Taehyung yang terus mengekor di belakangnya. Dari dalam, Yoo Haejin cepat-cepat membukakan pintu untuk sang majikan.

"Eh, Nona Yoona. Sudah lama saya enggak lihat Nona. Nona sehat-sehat sajakah?"

Sambutan hangat Haejin hanya dibalas dengan seulas senyum terpaksa oleh Yoona.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang