BAB 16

156 26 14
                                    

Mereka berdua bermain kartu sampai Yoona mengantuk dan menguap berkali-kali. Taehyung menghentikan permainan mereka dan menyuruh gadis itu untuk tidur.

Keesokan paginya, Taehyung mengajak Yoona untuk memperpanjang masa tinggal mereka di Namche Bazaar untuk sehari lagi. Ada banyak tempat yang masih ingin ia kunjungi bersama dengan gadis itu di sana.

Karena badan dan kedua kaki Yoona mulai terasa nyeri dan pegal-pegal akibat berjalan kaki naik-turun bukit dan lereng selama tiga hari berturut-turut, gadis cantik itu tidak keberatan mendengar usul Taehyung. Ia memberi Bhisnu sedikit uang saku agar porternya itu bisa berjalan-jalan menikmati ramainya suasana Namche Bazaar sebagai seorang turis.

"Hari ini kita harus makan yang banyak." Begitu keluar dari kamar, Taehyung menggamit tangan Yoona.

"Kita mau makan apa?" Kini Yoona tidak lagi merasa canggung setiap kali Taehyung menggenggam tangannya----semesra apapun itu.

"Bosan ya dengan makanan di resto penginapan? Aku sedang ingin makan steik."

"Steik? Pagi-pagi begini?"

"Mungkin buat nanti malam."

"Kalau sekarang?"

"Waffle atau pancake saja."

Di lorong penginapan, mereka tak sengaja berpapasan dengan Meylin yang baru keluar dari dalam kamar yang ia bagi bersama Franz.

"Good morning, Meylin." Sapa Yoona hangat. Entah mengapa pagi itu moodnya terasa bagus sekali.

"Good morning." Balas Meylin begitu melihat kedua teman seperjalanannya itu.

"Mana Franz?" Tanya Taehyung yang tidak melihat batang hidung si bule Jerman.

"Franz sedang sakit. Dia bilang kepalanya pusing."

"Franz tidak akan ikut sarapan?" Taehyung menoleh pintu kamar si gondrong pirang yang tertutup rapat.

Meylin menggeleng, "Franz titip pesan padaku agar pelayan resto mengantarkan makanan untuknya ke dalam kamar."

"Parahkah keadaan Franz? Aku mau lihat dia." Taehyung mengetuk pintu dan membukanya setelah terdengar sahutan Franz dari dalam kamar.

"What happened, Franz?" Tegur Taehyung dari muka pintu.

Sambil berbaring di atas ranjangnya, Franz menoleh. Rambut panjangnya yang biasa ia gelung kini terurai berantakan. Wajahnya lesu dan tidak berwarna. "Kepalaku sakit sekali." Keluhnya. "Entah karena pengaruh ketinggian atau gara-gara bir yang kuminum semalam." Gerutu Franz. "Aku malah curiga kalau aku terkena altitude sickness."

Altitude sickness adalah penyakit yang sering dialami oleh para pendaki, terutama mereka yang baru pertama kali mendaki gunung. Perubahan ketinggian yang ekstrim seringkali membuat tubuh sang pendaki mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tekanan oksigen yang jauh lebih rendah dari biasanya. Alhasil, sang pendaki akan menderita sakit kepala, mual-mual, bahkan kesulitan bernafas.

"Mau kupanggilkan dokter?" Tanya Taehyung menawarkan diri.

Franz menggeleng, "dokter sangat mahal di sini. Kalau boleh, aku ingin minta Bhisnu belikan obat sakit kepala untukku."

"Nanti akan kusampaikan. Aku pegang nomor telepon Bhisnu."

Franz mengangguk. "Terimakasih."

Setelah berbincang-bincang sebentar, Taehyung meninggalkan kamar Franz agar temannya itu bisa beristirahat.

Sarapan pagi dilewati oleh Taehyung, Yoona, dan Meylin dengan begitu saja tanpa banyak cakap. Menu yang sama dan monoton di setiap penginapan yang mereka singgahi membuat ketiganya tidak begitu berselera untuk menyantap apa yang ada di hadapan mereka. Bahkan waffle cokelat yang biasanya disukai dan dilahap oleh Taehyung pun tidak dihabiskan oleh pemuda tampan itu.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang