BAB 25

152 25 25
                                    

"Perkenalkan, ini ibu saya." Dengan bangga, Hansung mempertemukan Yoona dengan ibunya. "Ibu saya kebetulan sangat suka dengan meja makan yang saya beli di sini tempo hari. Dan sekarang ibu ingin mencari lemari piring yang senada dengan meja makan kemarin. Iya kan, Eomma?" Hansung tersenyum kepada ibunya.

Wanita berpakaian warna hijau toska itupun mengangguk. Senyumnya seramah senyum anak laki-lakinya, "Hansung pintar sekali memilih barang."

Yoona melengkungkan senyum. Bukan senyum yang tulus, tapi bagaimanapun juga wanita paruh baya itu adalah pelanggannya. Ia harus bersikap seramah mungkin, terlepas dari bagaimana perasaannya kepada anak wanita itu.

"Silahkan melihat-lihat furnitur ruang makan dan dapur kami. Saya yakin Ibu pasti akan menemukan banyak sekali pilihan yang cocok dengan selera Ibu." Yoona memanggil Minsol dan memintanya untuk menunjukkan display ruang makan dan dapur di toko mereka.

Sementara ibu Hansung sedang diberi tur keliling toko oleh Minsol, Yoona hanya berdiri diam mengawasi mereka berdua.

"Kamu tidak mau bertanya pada Ibu saya tentang saya?" Hansung sengaja tidak mengikuti Minsol dan ibunya menuju ruangan display. Ia memilih untuk tegak berdiri di samping Yoona.

Yoona menggeleng, "ibumu datang sebagai customer. Saya tidak pernah mengusik semua pelanggan toko."

"Lalu bagaimana dengan saya? Dua hari lalu saya juga datang sebagai customer, tapi Nona malah membuat saya bingung dan tidak enak hati."

Yoona menoleh Hansung. Dilihat dari sudut manapun, lelaki itu adalah Taehyung. Mereka bagai pinang dibelah dua. Tidak, mereka malah terlihat seperti satu buah pinang yang utuh. Rambut, alis, hidung, bibir, dagu, rahang, tinggi tubuh, dan berat badan. Semuanya adalah milik Taehyung. Termasuk kedua pasang mata yang indah itu.

Pada saat yang bersamaan, Hansung juga menoleh Yoona. Pipi pria itu sedikit bersemu saat kedua mata mereka saling bertatapan.

Barulah pada saat itu Yoona melihat sedikit perbedaan. Tatapan mata Hansung begitu sopan, jauh berbeda dari Taehyung. Selama dua minggu yang mereka habiskan di Everest dan Kathmandu, sorot mata Taehyung selalu memancar nakal dan lancang. Bahkan saat lelaki itu membisikkan kata-kata cinta yang membius hatinya, cara Taehyung menatapnya masih selalu sama. Nakal.

Dan sekarang tatapan itu tidak ia temukan pada Hansung.

"Kamu yakin kamu bukan anak kembar?"

"Mau seribu kali Yoona Sajangnim mendesak saya, jawaban saya akan tetap sama." Hansung tersenyum. "Saya bukan anak kembar. Silahkan saja tanya pada ibu saya."

Yoona tentu saja ingin bertanya. Cuma orangtua Hansung yang bisa memberinya sebuah kebenaran. Tapi tak mungkin ia bertanya pada wanita yang baru saja ia temui.

Hansunglah yang kemudian sengaja bertanya pada ibunya di depan Yoona.

"Eomma, apa saya ini anak kembar?"

Ibu Hansung menoleh puteranya dan mengerutkan alis, "kembar apa?"

Hansung nyengir, "Nona Yoona ini penasaran apa saya punya kembaran atau tidak."

Ibu Hansung memandang Yoona. "Kenapa Nona bisa bilang begitu?"

Yoona tersenyum kecut, "Hansung ssi mirip sekali dengan seseorang yang pernah saya temui."

"Nona Yoona mengira kalau saya ini orang lain." Hansung menambahkan.

Ibu Hansung memandang puteranya, lalu menoleh Yoona lagi. "Sejak lahir, cuma ada Hansung seorang. Saya tidak pernah melahirkan anak kembar."

"Nah, Yoona ssi dengar sendiri, bukan?" Hansung merangkul bahu ibunya dengan puas.

"Maafkan saya. Pasti saya sudah salah ingat." Senyum Yoona terasa begitu ganjil. Bagaimana mungkin aku salah ingat? Aku dan Taehyung menghabiskan setiap detik bersama-sama selama dua minggu. Menghabiskan siang dan malam saling bergandengan tangan, saling berpelukan mesra, dan... Yoona menghalau ingatannya yang satu itu. Ingatan di malam ulangtahunnya yang kesembilan belas saat Taehyung menciumnya, membaringkannya di atas ranjang, di bawah tumpukan selimut, membelainya, melucuti semua pakaiannya, meraba tubuhnya, dan menggagahinya.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang