BAB 18

117 25 10
                                    


Merasakan bibir Taehyung yang hangat dan lembut sekonyong-konyong saja mengecap bibirnya, Yoona berjengit. Ia spontan menahan dada Taehyung agar lelaki itu tidak mencoba untuk berbuat lebih jauh lagi.

"Maaf," Taehyung nyengir tanpa rasa bersalah. Melihat raut wajah Yoona yang memucat menatapnya, keningnya pun berkerut, "kok kaget? Belum pernah dicium laki-laki?"

Kedua pipi Yoona merah padam dan terasa begitu panas, "terlalu cepat, Tae." Ujarnya sambil terburu-buru membuka pintu kamar.

Setengah berlari, Yoona menghampiri satu-satunya toilet di lantai dua itu. Jantungnya masih berdebar-debar dan berpacu kencang. Tak peduli seberapa banyak air dingin yang ia basuhkan ke wajahnya, ia tetap kepanasan. Bibirnya tetap berkedut-kedut.

Taehyung baru saja menciumnya. Yoona menatap pantulan wajahnya di cermin toilet. Cermin itu sangat kusam dan penerangan di dalam kakus juga tidak begitu terang, tapi ia bisa melihat betapa merah wajahnya. Ia menggigit bibir.

Bukan Yoona tidak suka dicium oleh Taehyung, tapi rasanya semua terlalu cepat terjadi. Ia dan Taehyung baru saja memulai hubungan, namun pemuda itu terlalu gesit dan tak membuang-buang waktu. Apakah memang sudah menjadi sifat Taehyung untuk selalu terburu-buru ataukah di Boston sana segalanya berjalan secara instan? Belum ada seminggu mereka saling kenal tapi Taehyung sudah membuatnya takluk dan setuju untuk berpacaran dengannya. Keputusan Yoona untuk menerima Taehyung sebagai pacar bukan semata-mata karena iseng, ia memang suka dan sayang pada Taehyung, ia memang jatuh cinta kepada pemuda itu. Taehyung mampu membelai, mengetuk, dan membuka pintu hatinya hanya dalam sekejap mata, seperti seorang maling yang diam-diam menyelinap masuk ke dalam rumah korbannya lalu mengambil jantung hatinya untuk dia miliki.

Tapi mencuri cium? Bolehkah pencurian semacam itu dibenarkan? Pantaskah ia membiarkan Taehyung mengecup bibirnya sedini ini? Jika sekarang saja Taehyung sudah berani menciumnya, apalagi nanti? Apa yang akan pemuda itu lakukan jika mereka sudah lama berpacaran?

Yoona kembali membasahi wajahnya dengan air keran yang begitu dingin. Apa yang harus ia katakan, atau harus seperti apakah sikapnya saat kembali ke kamar mereka nanti? Yoona termenung galau. Haruskah ia bersikap biasa-biasa saja atau berlagak marah?

Tapi marahkah ia? Marahkah ia karena Taehyung menciumnya?

Yoona menghela nafas. Ia tidak marah. Ia hanya... Malu. Malu karena semudah ini memberikan bibirnya kepada pemuda yang belum lama dikenalnya----meskipun pemuda itu adalah pacarnya sendiri. Dan ciuman tadipun terjadi bukan atas inisiasinya.

Haah, aku pusing. Jari-jemari Yoona menyisiri pangkal rambutnya yang basah terkena tetesan air.

Saat kembali ke dalam kamar, Yoona melihat Taehyung sedang berbaring di atas ranjangnya. Pemuda itu menolehnya dan tersenyum, "airnya dingin?"

Yoona mengangguk. Ia merasa heran karena Taehyung sama sekali tidak terlihat canggung ataupun menyesal karena sudah menciumnya tanpa izin.

Taehyung nyengir. Ia mencelat dari atas ranjang dan mengambil handuk fiber yang bertengger di atas pundak Yoona. "Pinjam." Ujarnya santai.

"Eh, enak saja!" Yoona spontan mengambil kembali handuk fiber miliknya. "Pakai handukmu sendiri." Deliknya.

"Enggak mau. Aku malas ubek-ubek ransel. Pinjam bentar. Pelit amat." Taehyung mempertahankan handuk yang ingin ia pakai.

"Jangan, kamu pasti mau pakai handukku untuk mengelap ketekmu." Yoona ingat kebiasaan Taehyung yang selalu menggosok ketiaknya dengan handuk setiap kali habis membasuh diri di toilet.

"Ketekku wangi, kok." Taehyung mengangkat lengan kanannya, "nih, boleh cium kalau mau bukti."

"Amit-amit!" Hidung Yoona mengerut spontan.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang