BAB 32

91 23 23
                                    

Taehyung syok melihat sosok gadis yang kini berdiri tegak di hadapannya.

Yoona! Batin Taehyung mencelos. Sudah dua tahun ini aku mencari-carimu. Tak henti-hentinya kujelajahi luasnya Seoul dan juga Busan hanya untuk menemukanmu. Namun yang kudapati hanyalah setumpuk kekecewaan dan rasa putus asa dari kegagalanku selama ini. Betapa rindunya aku padamu, Yoong. Betapa sakitnya menahan cinta dan keinginan untuk bertemu dan bersatu selama empat tahun ini. Sejak kita berpisah, tidak pernah sedetikpun juga aku berhenti memikirkanmu....

Taehyung menelan ludah. Kedua matanya tak mampu berkedip memandang Yoona. Sudah bertahun-tahun berlalu sejak terakhir kali mereka berpisah di Bandara Tribhuvan, Nepal, namun wajah gadis itu sama sekali tidak berubah. Segala yang ada dalam diri Yoona saat ini adalah segala yang selalu menghiasi ingatannya. Betapa pedihnya rinduku padamu... Rindu yang berbalut dosa....

"Tae, inilah Yoona. Calon isteriku." Hansunglah yang memecahkan kesunyian yang menghantam kepala Taehyung.

"Hah?" Taehyung seperti orang yang baru saja terkena amnesia. "Oh, ya. Ya." Sahutnya sedikit linglung.

"Kamu ingat Yoona, kan? Kalian berdua pernah naik Everest sama-sama." Hansung menduga sikap kikuk Taehyung disebabkan oleh hutang-hutang saudaranya itu kepada Yoona. Pasti situasi ini membuat Taehyung canggung. Tenang saja, Tae. Biarpun aku tidak kaya, aku akan berusaha keras semampuku untuk membantu membayarkan hutang-hutangmu pada Yoona. Kamu tidak usah risau. Sebagai saudara ipar, Yoona pasti mau memaafkanmu. Aku pasti akan membujuknya untuk memaafkanmu.

Tadinya Taehyung hendak mengakui bahwa ia dan Yoona bukan hanya sekedar teman seperjalanan semata, tapi juga sepasang kekasih... Mantan kekasih. Namun air muka Yoona yang dingin dan menatapnya dengan begitu asing seolah-olah mereka berdua tidak pernah saling kenal membuat Taehyung membatalkan niatnya. Sorot mata Yoona merobek hatinya perlahan-lahan. Ia mengerti, gadis itu tentu tak sudi mengenalnya lagi. Tidak mau membiarkan orang lain tahu apa yang pernah terjadi di antara mereka berdua di Everest dulu.

"Oh ya?" Taehyung menggaruk lehernya, "kok aku bisa lupa, ya? Ah, sekarang aku baru ingat. Yoona, ya? Lim Yoona." Ia tersenyum. Tak mungkin aku bisa melupakan nama seindah namamu, Yoong.

Hansung memandang saudaranya dengan perasaan heran dan tidak percaya. Bagaimana mungkin Taehyung bisa lupa dengan orang yang pernah menghabiskan waktu selama dua minggu di tempat yang sama dengannya dan sudah meminjaminya sejumlah uang? Apakah Taehyung sedang bersandiwara?

Yoona merasa hatinya seperti yang dikorek keluar dari dalam rongga dadanya mendengar jawaban Taehyung. Ternyata benar dugaannya selama ini. Taehyung memang sudah melupakannya. Bisa-bisanya lelaki itu memandangnya tanpa ada setitikpun rasa sesal dan malu karena telah menipunya. Mencampakkannya. Menyiksa batinnya sepedih mungkin. Empat tahun aku menunggumu dalam kesia-siaan....

Ingin sekali Yoona berlari dari hadapan Taehyung tanpa pernah kembali lagi. Segala bayangan dan kenangannya bersama lelaki itu di Everest kini menusuk-nusuk setiap celah dalam jantung hatinya. Baru kali ini ia merasa seperti seonggok sampah, barang buangan, gadis kotor yang telah menyerahkan hati dan tubuhnya kepada seorang lelaki yang ia kira mencintainya dengan tulus. Tak tahunya, hanya ia sendiri yang mencinta. Sedangkan bagi Taehyung, kebersamaan mereka tidak ada artinya sama sekali.

"Kamu benar enggak ingat Yoona?" Tanya Hansung sekali lagi. "Padahal aku dan Yoona berkenalan karena dulu dia mengira kalau aku adalah kamu."

"Oh ya?" Taehyung tersentak kaget dan terpukul. Ia refleks menoleh Yoona, namun yang ditoleh malah membuang muka. Perih sekali hati Taehyung melihatnya.

"Hansung, ajaklah Taehyung untuk makan siang dulu. Masa kamu enggak menawarinya minum?" Ayah Hansung menegur puteranya.

"Oh iya." Hansung seolah tersadar. "Yoona, Taehyung. Kita bisa mengobrol sambil makan. Ayo!"

Tapi baik Yoona maupun Taehyung sama-sama tidak berselera untuk makan.

Obrolan di meja makanpun kebanyakan diisi oleh Hansung dan kedua orangtuanya yang menanyakan tentang kehidupan Taehyung selama ini, seperti apa rasanya menjadi seorang dokter hewan sekaligus berkeliling dunia bersama kru Wild Geo.

Taehyung menjawab sejujurnya. Sesekali ia menyelingi jawabannya dengan sebuah lelucon yang membuat semua orang di ruang makan itu tertawa, terkecuali Yoona.

Berulang kali Yoona menahan diri untuk tidak melemparkan gelas dan menyiramkan air di dalamnya ke muka Taehyung. Jika cinta bisa berubah menjadi benci, maka rasa benci yang lahir di hati Yoona sudah tak tertanggungkan lagi dalamnya. Segala penderitaan dalam hidupnya selama empat tahun ini kembali mendera ingatan Yoona. Semua rahasia yang semula ingin ia bagi dan ceritakan kepada Taehyung kini telah ia kubur dalam-dalam. Sampai matipun, ia tidak akan pernah mengatakan sepatah katapun soal itu pada Taehyung.

"Tae," Hansung sengaja meletakkan sendok dan garpu yang ia pegang ke atas piringnya.

"Ya?" Taehyung sengaja menatap Hansung. Sejak tadi ia mesti menahan diri untuk tidak melirik Yoona yang duduk di samping Hansung, sungguhpun hatinya sudah tak mampu lagi untuk membendung rasa rindunya kepada gadis itu.

"Di pernikahan kami nanti, aku ingin kamu menjadi bagian dari keluarga Park. Kamu harus mendampingiku. Berada di sebelahku sampai aku dan Yoona berdiri di depan altar." Semalaman Hansung mempertimbangkan tentang hal ini. Semula ia merasa khawatir kalau-kalau ternyata dulu Taehyung dan Yoona pernah memiliki sebuah hubungan atau perasaan istimewa terhadap satu sama lain, namun kini setelah melihat sikap mereka berdua yang tawar, apalagi sikap Taehyung yang acuh tak acuh terhadap Yoona, Hansung menjadi yakin bahwa kekhawatirannya selama ini tidak beralasan. Meskipun teman seperjalanan menuju kaki Gunung Everest, sepertinya Yoona dan Taehyung tidak terlalu dekat. Tidak sampai menumbuhkan benih-benih asmara. Itulah sebabnya ia memutuskan untuk menjadikan Taehyung sebagai salah satu orang penting di resepsi pernikahannya nanti.

Wajah Taehyung menjadi pucat. Ia spontan melirik Yoona. Gadis itu langsung menundukkan pandangannya seolah jijik jika harus beradu mata dengannya. "Aku jadi apa?" Tanyanya tak paham.

"My best man." Jawab Hansung. "Kalau boleh, aku juga ingin menitipkan cincin nikah kami padamu nanti. Kamulah yang akan bertanggung jawab membawa-bawa cincin itu sampai prosesi pemberkatan. Jika cincin itu sampai hilang, entah kamu harus menggantinya atau..." Ia melirik Yoona yang berada di sebelahnya, "aku dan Yoona terpaksa batal nikah."

Taehyung terkekeh. Jika memang itu rencana Hansung, ia jadi ingin menghilangkan cincin nikah mereka berdua.

"Jangan tertawa, aku serius." Tegur Hansung.

"Aku juga serius." Taehyung berdehem. "Kalau aku sampai menghilangkan cincin kalian, kamu dan Yoona batal nikah, kan?"

Yoona tak sengaja melirik Taehyung. Seperti ada kontak batin, Taehyung juga melirik ke arahnya. Selama sepersekian detik, pandangan mereka beradu dan terkunci dalam sebuah kerinduan yang enggan untuk memperlihatkan wujudnya.

Yoona cepat-cepat melepaskan tatapan matanya. Namun tidak dengan Taehyung. Hatinya terluka dan menderita mesti berpura-pura seperti ini, bersandiwara dan berdusta bahwa ia tidak ingat pada Yoona. Kenyataannya, tidak satu helaan nafaspun ia melupakan gadis itu. Yoona selalu hidup di dalam hatinya, bertahta kokoh tanpa tergoyahkan apalagi tergantikan oleh siapapun juga, selalu menemaninya dalam malam-malam panjang saat ia tak bisa memejamkan kedua matanya. Dan selalu membayangi kemanapun langkahnya menuju. Yoona adalah jantung dan hatinya. Nafas dan juga hidupnya.

Sejak berpisah di Bandara Tribhuvan empat tahun lalu, Taehyung selalu ingin berlari untuk mengejar dan menemui Yoona, ingin memadu kasih dan meluapkan perasaan rindu serta cintanya kepada gadis itu. Namun sayang, langkahnya tertahan di Boston, memaksanya untuk mengingkari semua janji yang pernah ia ucapkan kepada Yoona. Janji yang telah berubah menjadi sebuah perasaan berdosa yang teramat dalam.

Dan kini, ketika akhirnya ia terbebas dari belenggu yang selama ini merantainya di Boston, ia tetap tidak bisa menjangkau Yoona. Gadis yang ia cintai itu akan segera bersanding dengan lelaki lain. Lelaki yang mewarisi gen serta wajah yang sama dengannya.[]

================================

👇👇👇

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang