BAB 19

144 23 13
                                    

Yoona tidak akan menjadi cemas seperti ini jika saja ponsel Taehyung atau Bhisnu bisa ia hubungi. Namun sejak tiba di Dingboche, ia sama sekali tidak bisa menghubungi kedua orang itu.

Rasa cemas semakin membuat sakit perut Yoona. Ia membuka pintu kamar penginapan. Meskipun angin malam itu hampir membekukan wajahnya, Yoona tetap berdiri menantikan kedatangan Taehyung.

Namun yang datang malah pendaki-pendaki lain, bukan Taehyung, bukan pula Bhisnu. Yoona sempat memperlihatkan foto Taehyung dan Bhisnu pada tiga rombongan pendaki yang kebetulan melintas di sana dan bertanya apakah mereka melihat atau berpapasan dengan kedua pria tadi. Tapi mereka semua menggelengkan kepala.

Saat hatinya bertambah resah dan ia hampir saja berlari menuju restoran dan meminta pemilik penginapan agar mencari cara untuk mengetahui kabar Taehyung dan Bhisnu, sayup-sayup Yoona mendengar suara langkah sepatu dari luar pagar.

Tanpa berpikir dua kali, Yoona tergesa-gesa berlari keluar pagar. Samar-samar, matanya yang belum begitu terbiasa dengan keadaan yang gelap gulita menangkap bayangan dua sosok manusia yang berjalan dengan begitu lambat.

"Taehyung!" Yoona yakin kedua lelaki yang dilihatnya adalah Taehyung dan Bhisnu.

"Yoona?" Taehyung mempercepat langkahnya.

Betapa lega dan bahagianya hati Yoona saat melihat Taehyung. Tanpa memedulikan bahwa ia tidak mengenakan selembar jaketpun, Yoona berlari kecil menyongsong lelaki tampan itu.

"Kenapa lama sekali?" Tanyanya setengah mengomel, setengah bersyukur lega. Ia hampir saja memeluk Taehyung, tapi mati-matian ditahannya keinginan itu.

"Kamu kesepian ya enggak ada aku?" Taehyung mencubit pipi Yoona. "Ah, kamu kedinginan begini. Ayo, cepat masuk. Yang mana penginapannya? Yang ini?"

Yoona tak ragu menggamit tangan Taehyung menuju penginapan.

Bhisnu cuma bisa tersenyum masam karena tidak sedikitpun Yoona acuh padanya atau menanyakan kabarnya.

"Tae, kenapa kalian lama sekali?" Sambil memasuki pekarangan penginapan, Yoona cemberut.

"Rutenya sangat panjang. Aku juga sempat mules beberapa kali, jadi kepaksa sering berhenti dan mampir di wc umum atau wc resto." Taehyung senang sekali tangannya dipegangi oleh Yoona seperti ini. Ia merasa seperti seorang prajurit yang baru saja disambut pulang dari medan pertempuran.

"Kamu sakit perut? Diare?" Yoona terkesiap cemas.

"Mungkin." Cengir Taehyung. "Tapi aku sudah minum obat diare. Aku dan Bhisnu memang lamban sekali. Tahu-tahu matahari sudah tenggelam. Oleh sebab itu kami mesti berjalan dengan sangat hati-hati karena gelap. Di sini kamar kita?" Taehyung memandang kamar yang pintunya terbuka lebar.

Yoona mengangguk. Di dalam kamar, ia membantu Taehyung melepaskan tas ranselnya yang berat.

"Wow, ada kamar mandinya." Taehyung menengok ke dalam toilet. "Dulu waktu aku ke Dingboche, enggak ada kamar mandi di dalam kamar."

"Tapi airnya dingin sekali."

"Enggak apa-apa. Kita kan enggak akan mandi di sini."

"Kalau mau mandi air panas, ada kamar mandi di luar." Yoona menunjuk sebuah bangunan kecil di dekat pagar penginapan, "tapi harus bayar."

"Kamu sudah mandi?" Toleh Taehyung.

"Belum." Yoona menggeleng. "Dingin begini."

Taehyung nyengir. "Tapi sudah makan, kan?"

Yoona kembali menggeleng, "aku menunggu kamu dan Bhisnu. Rasanya malas saja kalau mesti makan sendirian."

"Enggak boleh begitu, Yoona. Kamu kan lagi sakit. Harus makan tepat waktu. Sekarang sudah jam delapan lebih," Taehyung menoleh arlojinya dengan tajam, "kamu bisa bertambah parah kalau telat makan begini."

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang