BAB 29

127 26 29
                                    

"Kenapa tiba-tiba saja kamu tanya soal itu?" Taehyung merasa heran.

Hansung menghirup tehnya, "kadang-kadang, aku merasa seperti ingin naik gunung, padahal aku bukan orang yang senang beraktivitas fisik. Mungkin itu telepati kita? Mungkin perasaan ingin naik gunung itu bukanlah perasaanku, melainkan perasaanmu." Liriknya. Ia mendapatkan ide untuk berdusta setelah mendengar kata-kata Taehyung tadi tentang telepati mereka berdua sebagai sepasang anak kembar.

Taehyung menghisap rokoknya, "walaupun enggak bisa dibilang hobi, aku cukup suka naik gunung."

"Pernah ke Everest?"

Sorot mata Taehyung menajam untuk sesaat. "Pernah. Dua kali. Tapi itu juga sudah lama sekali." Ia melemparkan pandangan jauh ke luar jendela ruang tamu apartemennya.

Semakin lama, jantung Hansung semakin berdegup kencang. Ia tidak pernah ragu kalau Taehyung dan Yoona memang saling kenal. Tidak mungkin gadis itu tahu mengenai Kim Taehyung jika tidak pernah bertemu atau mengenal saudara kembarnya ini. Dari mulut Yoonalah ia mendengar nama saudara kandungnya pertama kali. Tapi kemudian ia ingat akan sikap dan kata-kata Yoona mengenai Taehyung. Taehyung adalah seseorang yang lancang. Pembohong. Dan juga seorang penipu.

Hansung menelan ludah. Ia ingin tahu, sebenarnya berapa banyak jumlah uang yang telah dilarikan oleh Taehyung dari Yoona sehingga gadis itu menyimpan api amarah besar kepada saudara kembarnya ini? Mengingat betapa kayanya Keluarga Ryu, tidak mungkin uang yang dilarikan oleh Taehyung cuma beberapa juta saja. Mungkinkah puluhan atau bahkan ratusan juta? Perasaan Hansung semakin tidak karuan. Ia malu jika memang ia memiliki saudara seorang penjahat. Apakah Keluarga Kim tidak sebaik yang ia dengar dari kedua orangtuanya? Ataukah mereka telah salah mendidik Taehyung sehingga pemuda itu tumbuh besar sebagai seorang penipu ulung?

Tapi sedekat apa hubungan Taehyung dan Yoona dulu sampai-sampai Yoona bisa memercayakan uangnya kepada Taehyung? Apa benar Taehyung memang seorang penipu?

Hati Hansung tentu saja meragu. Bagaimanapun, Taehyung adalah saudara kembarnya. Mereka berbagi wajah dan bentuk fisik yang sama persis. Walaupun mungkin sifat mereka cukup berbeda, ia yakin hati dan nurani Taehyung sama seperti hati dan nuraninya sendiri. Hansung percaya, ia bukan seorang penipu.

Tapi tak mungkin Yoona mengada-ada.

"Kenapa? Kamu seperti yang banyak pikiran?" Sekali lagi Taehyung menegur saudara kembarnya yang sering tampak melamun.

"Ah, enggak. Aku cuma sedang membayangkan bagaimana suasana di Everest." Hansung tersenyum hambar. "Oh ya, apa dulu kamu pergi ke Everest sendirian?"

Taehyung mengangguk. "Sebenarnya aku cuma iseng saja ke Everest. Teman-temanku semuanya kutu buku. Mereka tidak suka dan tidak mau kuajak naik gunung."

"Apa kamu bertemu orang-orang baru di Everest? Teman seperjalanan atau orang yang sangat berkesan untukmu..., orang yang masih bisa kamu ingat sampai sekarang?" Hansung bersikap seolah-olah ia acuh tak acuh dan hanya asal tebak saja. Padahal hatinya cukup berdebar-debar menantikan jawaban apa yang akan keluar dari mulut Taehyung.

Taehyung menghisap rokoknya dua kali sebelum akhirnya menggelengkan kepala. "Enggak. Aku enggak seberuntung itu."

Hansung tersenyum kecut. Ia tahu kembarannya tidak berkata jujur sepenuhnya. Entah bagaimana, ia bisa melihat selaput dusta yang menyelimuti kedua mata Taehyung walaupun hanya untuk sesaat saja.

"Kamu tertarik untuk naik ke Everest juga?" Taehyung balik bertanya. "Kalau kamu tertarik, kita bisa pergi bareng-bareng."

"Kamu mau naik Everest lagi? Apa enggak bosan?"

Taehyung mematikan rokoknya dan membuangnya ke dalam asbak di atas meja tamu. "Enggak juga. Maksudku, aku enggak bosan pergi ke Everest. Tapi aku belum berencana untuk pergi ke sana dalam waktu dekat. Entah kapan aku akan ke Everest lagi. Kecuali kalau kamu mau pergi ke sana, aku bisa mengosongkan jadwalku sebelumnya."

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang